Teknologi Hasil Ternak (Pengujian Kualitas Susu)
Tinjauan Pustaka
klik gambar untuk memperbesar |
Definisi susu
dipandang dari segi peternakan adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi
yang sedang laktasi dan dilakukan pemerahan dengan sempurna, tidak termasuk
kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi oleh suatu komponen dari segi kimia
yaitu mengandung zat kimia organis ataupun anorganis berupa zat padat, air dan
zat yang larut dalam air zat tersebut adalah protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan enzim (Soeparno et al.,2001).
Komposisi kimia
susu rata-rata adalah air 87,25% dengan kisaran 84-89,50%, lemak 3,8% dengan
kisaran 2,6–6%, protein 3,5% dengan kisaran 2,8-4%, laktosa 4,8% dengan kisaran
4,5-5,2% dan abu 0,65% dengan kisaran 0,6-0,8% (Soeparno, 1992).
Uji Kebersihan
Kandungan
bakteri dalam susu umumnya digunakan untuk mengukur kualitas kebersihan susu.
Kandungan bakteri dalam susu dapat menggambarkan kondisi peternakan yang
menghasilkannya. Susu yang memiliki kandungan jumlah bakteri dalam kisaran
normal, maka dapat digunakan sebagai tolok ukur bahwa kebersihan dan kondisi
peternakan tersebut sudah terjamin dengan baik, sebaliknya susu yang memiliki
kandungan jumlah bakteri diatas jumlah kisaran normal maka dapat digunakan
sebagai tolok ukur bahwa kebersihan dan kondisi peternakan tersebut belum
terjamin dengan baik (Adnan, 1984). Kontaminasi bakteri dalam susu dapat
berasal dari bagian ambing, tubuh ternak, udara, peralatan yang digunakan,
bahan yang ditambahkan dalam susu serta kondisi pemerahan (Eckles et al.,
1984).
Uji Warna, Bau, Rasa dan Kekentalan
Susu
yang baik berwarna putih bersih sedikit kekuningan dan tidak tembus cahaya.
Warna ini tergantung dari bangsa ternak, pakan yang diberikan, lemak dalam susu
dan bahan padat. Apabila diberikan pakan hijauan segar yang lebih banyak, maka
lemak dalam susu tinggi, karena kandungan karoten lebih banyak sehingga warna
susu akan lebih kuning. Susu yang berwarna kemerahan tidak normal, kemungkinan
berasal dari ternak yang sakit yaitu menderita mastitis (Soeparno et al.,2001).
Susu
mengandung laktosa dan garam yang terlarut dalam air susu. Hal ini menyebabkan adanya rasa manis dan asin pada susu.
Pada susu yang dihasilkan oleh sapi mastitis akan menyebabkan rasa manis dan
asin secara merata yang disebabkan karena rasio antara chlor (Cl) dan laktosa
tinggi. Kandungan lemak dalam susu bertanggung jawab dalam memberikan rasa
gurih pada susu (Walstra et al., 1999).
Uji Reduktase dengan Metilen Biru
Daya reduktase mempunyai hubungan
yang erat dengan jumlah bakteri, karena daya reduktase disebabkan oleh
aktivitas enzim-enzim tertentu yang ada dalam susu (Eckles et al., 1984). Enzim yang menyebabkan reduktase oksidoreduktase
yang dihasilkan oleh bakteri dalam susu yang mengkonsumsi oksigen sehingga
terjadi perubahan warna (Adnan, 1984). Perubahan warna methylene blue
tergantung atas kemampuan tumbuh bakteri dan mengkonsumsi oksigen (Salle,
1982).
Uji Alkohol
Pada susu murni partikel kasein
terikat dengan garam Ca dan Mg dalam keadaan stabil. Pertikel diselubungi oleh
mantel air (micelle casein phosphate) dalam bentuk koloidal. Bila ikatan
kasein garam Ca dan Mg kuat alkohol belum mampu untuk mendehidrasi mantel air
sehingga tidak terjadi perubahan yaitu hasil negatif. Namun bila susu asam,
titik isoelektrik yang tercapai mempengaruhi kestabilan micelle sehingga
garam-garam Ca dan Mg lepas dari ikatan dan masuk kelarutan, pelepasan
garam-garam menyebabkan pengikatan air berkurang sehingga alkohol mendehidrasi
mantel air dan terjadi presipitasi kasein, hasilnya positif (+) (Diggins,
1994).
Uji Titrasi Keasaman
Keasaman titrasi bertujuan untuk
mengukur pembentukan asam laktat oleh bakteri asam laktat, karena adanya
komponen penyangga dari susu sehingga pengukuran pH bukan cara yang sesuai
dalam penentuan pembentukan asam laktat (Hui, 1993). Keasaman titrasi pada susu segar disebabkan karena
konstituen-konstituen susu tertentu. Beberapa diantaranya memberikan reaksi
asam dan beberapa lainnya bergabung dengan alkali. Keasaman titrasi susu yang
berasal dari berbagai jenis sapi berkisar 0,08-0,24% bila dihitung secara asam
laktat (Adnan, 1984). Keasaman titrasi susu meningkat dengan meningkatnya
jumlah mikroorganisme yang berubah sebagai laktosa menjadi asam laktat. Nilai
keasaman yang rendah disebabkan kerena ada produk alkali atau bakteri asam
laktat dari golongan psikotrop susu akan pecah apabila keasaman mencapai 0,21%
(Eckles et al., 1984).
Uji Berat Jenis
Berat
jenis susu dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain interval waktu pemerahan
dengan saat pemeriksaan (Tilman et al., 1991). Hukum Archimedes, air
diberi tekanan ke bawah akan memberi tekanan baik keatas sama besar. Berat
jenis susu berkisar 1,028 dengan suhu 27°C. Variasi jumlah berat jenis karena
perbedaan kadar lemak dan berat kering (BKTL) dalam susu. Berat jenis meningkat
dari saat pemerahan, lambat laun dan mencapai maksimum 12 jam setelah
pemerahan. Kenaikan berat jenis terjadi pembebasan CO2
dan gas N2 yang terdapat pada susu segar (Diggins, 1994).
Uji Kadar Lemak
Lemak
dari susu itu terdapat didalam keadaan emulsi dan jika diperiksa dibawah
mikroskop, terlihat sebagai butiran-butiran kecil tersebar merata didalam susu.
Jika susu didiamkan beberapa waktu lamanya, maka butiran-butiran lemak itu akan
naik keatas permukaan susu dan membentuk lapisan kepala susu. Kadar lemak dari
susu itu sangat berubah-ubah tidak tetap. Begitu pula besar kecilnya butiran
lemak tidaklah selalu sama. Sapi perah yang sedang birahi kadar lemak susunya
menjadi lebih kurang dari biasanya. Produksi susu pagi hari biasanya lebih
besar daripada produksi sore hari, tetapi perahan sore umumnya lebih tinggi
kadar lemaknya. Cara pemerahan juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar
lemak susu. Susu dari permulaan pemerahan mengandung lemak jauh lebih kurang
daripada susu akhir pemerahan (Diggins, 1994).
Perhitungan Kadar Lemak dan Bahan Kering Tanpa Lemak
Perhitungan ini
digunakan untuk mengetahui dengan cepat kadar Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
atau solid non fat (SNF) susu. Rumus
perhitungan bahan kering (BK) :
Klik gambar untuk memperbesar |
L = Kadar Lemak
Rumus perhitungan bahan
kering tanpa lemak (BKTL) = Bk – Lemak (Soeparno, 2001).
Materi dan Metode
Materi
Uji Kebersihan
Alat.
Peralatan yang digunakan untuk uji kebersihan adalah botol tidak berdasar
dengan klem khusus, erlenmeyer, corong dengan diameter 15 cm, kapas penyaring
dan kertas saring.
Bahan.
Bahan yang digunakan adalah susu sapi.
Uji Warna, Bau, Rasa dan Kekentalan
Alat.
Peralatan yang digunakan adalah tabung-tabung reaksi dan kertas putih sebagai
latar belakang.
Bahan.
Bahan yang digunakan adalah susu sapi.
Uji Reduktase dengan Metilen Biru
Alat. Peralatan yang digunakan adalah
pipet steril 0,5 ml, pipet steril 10 ml, tabung reaksi, penyumbat dan
inkubator.
Bahan. Bahan
yang digunakan adalah susu sapi dan metilen biru.
Uji Alkohol
Alat.
Peralatan yang digunakan adalah tabung reaksi dan pipet steril 10 ml.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah susu sapi dan alkohol dengan
kadar 70%.
Uji Titrasi Keasaman
Alat.
Peralatan yang digunakan adalah tabung buret berskala 0,1 ml, erlenmeyer 125 ml
dan pipet tetes.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah susu sapi, 0,25 N NaOH dan
phenolptaline.
Uji Berat Jenis
Alat.
Peralatan yang digunakan adalah laktodensimeter, gelas ukur ukuran 500 ml dan
thermometer.
Bahan.
Bahan yang digunakan adalah susu sapi.
Uji Kadar Lemak
Alat. Peralatan yang digunakan adalah butirometer, pipet ukur
10 ml, sentrifuge khusus, penangas air suhu 60°-70° C, pipet otomatis untuk
asam sulfat dan pipet otomatis untuk amylacohol.
Bahan.
Bahan yang digunakan adalah susu sapi, asam sulfat pekat (91-92%) dan larutan
amylacohol.
Perhitungan Kadar Lemak dan Bahan Kering Tanpa Lemak
Alat. Perhitungan kadar
lemak dan bahan kering tanpa lemak tidak menggunakan alat.
Bahan. Perhitungan kadar
lemak dan bahan kering tanpa lemak tidak menggunakan bahan.
Metode
Uji Kebersihan
Botol susu yang tidak berdasar
(dasar yang berlubang diatas) dipasang terbalik. Kemudian dipasang klem dengan
saringan kapas. Melalui corong contoh susu dituangkan perlahan melalui dinding
botol. Diperlukan 250 ml susu dan jumlah ini harus seragam pada contoh susu
deret pemeriksaan. Setelah semua
contoh susu melalui saringan, saringan diambil dan dikering udarakan.
Uji Warna, Bau, Rasa dan Kekentalan
Uji
Warna. Kedalam tabung reaksi
dimasukkan contoh susu kurang lebih 5 ml, kemudian dilihat dengan latar
belakang putih. Kemudian diamati apakah terdapat kelainan-kelainan pada warna
susu.
Uji
Bau. Kedalam tabung reaksi
dimasukkan contoh susu kurang lebih 5 ml, kemudian dicium baunya.
Uji
Rasa. Dituangkan sedikit
contoh susu ke telapak tangan kemudian dicicipi dan dirasakan ada tidaknya
kelainan.
Uji
Kekentalan. Diambil contoh susu
kurang lebih 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
digoyang-goyang secara perlahan dan diamati.
Uji Reduktasi dengan Metilen Biru
Tabung reaksi steril diisi dengan
contoh susu sebanyak 10 ml. Metilen biru ditambah kedalam tabung reaksi
sebanyak 0,25 ml. tabung reaksi kemudian disumbat dan dihomogenkan dengan cara
membolak-balikan tabung reaksi tersebut sampai warna biru merata. Tabung reaksi
diinkubasi pada suhu 37° C. Kemudian diamati setelah 1 jam 30 menit hingga
warna biru hilang atau lenyap.
Uji Alkohol
Diambil contoh susu sebanyak 3 ml,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambah kedalam tabung reaksi
alkohol 70% sebanyak sama dengan contoh susu dan dituangkan melalui dinding
tabung reaksi. Tabung reaksi digoyang-goyangkan secara perlahan-lahan kemudian
diamati ada atau tidaknya kepecahan atau penggumpalan susu.
Uji Titrasi Keasaman
Diambil contoh susu sebanyak 50 ml,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan indikator PP sebanyak
3-4 tetes. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,25 N sehingga timbul warna
merah muda yang tetap apabila kocok.
Uji Berat Jenis
Susu dituangkan kedalam gelas ukur,
dimasukkan laktodensimeter secara hati-hati dan dibaca skalanya. Termometer
dimasukkan dan diukur suhu pada susu.
Uji Kadar Lemak
Contoh susu diaduk hingga homogen.
Butirometer diletakkan diatas rak terbuka keatas. Kedalam butirometer
dimasukkan asam sulfat pekat 10 ml dengan pipet otomatis. Contoh susu ini
dimasukkan kebutirometer dengan pipet melalui dindingnya secara hati-hati agar
kedua cairan tetap terpisah. Amyalcohol 1 ml dimasukkan kebutirometer dengan
pipet. Tabung butirometer ditutup dengan penyumbat karet sedalam mungkin,
dibungkus dengan kain lap dan dikocok sempurna. Butirometer direndam pada
penangas air pada suhu 70°C selama 5 menit. Mulai saat ini butirometer harus
diletakkan pada posisi bagian atas kemudian dimasukkan dalam sentrifuge, dengan
skala pada posisi pusat, diputar dengan kecepatan 3300 rpm selama 3 menit.
Butirometer direndam lagi dalam penangas air pada suhu 70°C selama 5 menit.
Kadar lemak dapat dibaca pada skala butirometer.
Perhitungan Kadar Lemak dan Bahan Kering Tanpa Lemak
Setelah angka
kadar lemak dan berat jenis diperoleh, mala angka tersebut dimasukkan ke dalam
rumus dan kemudian dihitung secara biasa.
Rumus perhitungan bahan kering (BK) :
Klik gambar untuk memperbesar |
L = Kadar Lemak
Rumus perhitungan bahan kering tanpa lemak (BKTL) = Bk – Lemak
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum uji kualitas
susu diperoleh hasil sebagai berikut:
I. Uji Organoleptik
Tabel I. Hasil Uji Organoleptik
Sampel
|
Warna
|
Bau
|
Kekentalan
|
Rasa
|
Susu kemarin
|
Putih
|
normal
|
Kental
|
Gurih
|
Susu baru
|
putih
|
Normal
|
Kental
|
Hambar
|
II. Uji Kebersihan
Tabel II. Hasil Uji Kebersihan
Sampel
|
Kebersihan
|
Susu kemarin
|
Bersih
|
Susu baru
|
Bersih
|
III. Uji Alkohol
Tabel III. Hasil Uji Alkohol
Sampel
|
Uji alkohol
|
Keterangan
|
Susu kemarin
|
(+)
|
Susu menggumpal
|
Susu baru
|
(-)
|
Susu tidak menggumpal
|
IV. Uji Reduktase dengan Metilen Biru
Tabel IV. Hasil Uji Reduktase dengan Metilen Biru
sampel
|
Uji MBRT (menit)
|
Keterangan
|
Susu kemarin
|
180
|
Warna sampel putih kembali
|
Susu baru
|
180
|
Warna sampel putih kembali
|
V. Uji Derajat Keasaman
Tabel V. Hasil Uji Derajat Keasaman
klik gambar untuk memperbesar |
VI. Uji Berat Jenis
Tabel VI. Hasil Uji Berat Jenis
klik gambar untuk memperbesar |
VII. Uji Kadar Lemak
Tabel VII. Hasil Uji Kadar Lemak
Sampel
|
Kadar Lemak (%)
|
Susu kemarin
|
2,7 %
|
Susu baru
|
4,3 %
|
VIII. Perhitungan Bahan Kering (BK) dan Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
Tabel VIII. Perhitungan Bahan Kering (BK) dan Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
Sampel
|
BK (%)
|
BKTL (%)
|
Susu kemarin
|
22,92 %
|
20,22 %
|
Susu baru
|
22,95 %
|
20,25 %
|
Pembahasan
Uji Kebersihan
Hasil
pengamatan untuk uji kebersihan susu menunjukkan bahwa kedua susu baik susu
lama dan susu baru bersih. Kemungkinan jumlah bakteri dalam susu dalam
keadaan normal dan tidak kontaminan karena dalam keadaan bersih hal ini sesuai
dengan (Eckles et al., 1984) yang menyatakan kontaminasi dalam susu
dapat berasal dari bagian ambing, tubuh ternak, udara, peralatan yang
digunakan, bahan yang ditambahkan dalam susu serta kondisi pemerahan.
Uji Warna, Bau, Rasa dan Kekentalan
Hasil
pengamatan dari sampel susu baru dan susu lama menunjukan bahwa warna kedua
susu sama-sama putih, berbau normal dan kental, namun susu lama lebih gurih
daripada susu baru. Hal ini sesuai dengan Soeparno et al (2001), bahwa
susu yang baik berwarna putih bersih sedikit kekuningan dan tidak tembus
cahaya. Rasa sedikit manis atau gurih. Tidak ada rasa asing misalnya pahit,
terlalu manis dan lain-lain. Susu yang baik berbau khas susu segar. Sedikit
berbau sapi, bebas dari bau asing misalnya asam, pahit atau berbau obat-obatan.
Bau dan rasa ini mudah sekali dipengaruhi dari luar sehingga defects susu pada bau dan rasa dapat
dipengaruhi oleh : sapi itu sendiri, pakan, bau sekeliling, dekomposisi
kandungan susu, material asing dan perubahan reaksi kimia.
Uji Reduktase dengan Metilen Biru
Hasil pengamatan susu kemarin dan susu baru
selama 180 menit, keduanya setelah diuji dengan metilen biru warnanya kembali
menkadi putih kembali, menurut Eckles et al (1984), daya reduktase
mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah bakteri karena daya reduktase
disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim tertentu dalam susu. Hal ini membuktikan
bahwa susu baru tidak terdapat mikrobia bakteri sehingga warna biru hilang.
Uji Alkohol
Hasil pengamatan susu kemarin
positif, yaitu susu menggumpal dan pada susu baru, hasilnya negatif, yaitu susu
tidak menggumpal. Menurut Soeparno et al (2001),
keasaman susu akan menyebabkan rusaknya susu, bila dengan uji alkohol 70%
terjadi penggumpalan susus, berarti uji tersebut positif atau susu telah rusak,
sehingga kurang baik untuk dikonsumsi. Apabila pada uji alkohol tidak terjadi
penggumpalan maka uji alkohol negatif atau susu masih dalam keadaan baik dan
layak dikonsumsi.
Uji Titrasi keasaman
Hasil pengamatan untuk susu kemarin
mempunyai °SH = 7,4° sedangkan susu baru mempunyai °SH = 7,8°. Menurut Dirjen
Peternakan (1983), derajad keasaman susu standar sebesar 4,5o sampai
7o SH, sehingga hasil derajat keasaman dalam praktikum tidak sesuai
dengan standar. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pH diantaranya pengencera
dan keasaan titrasi. Pemanasan dapat menyebabkan tiga perubahan yaitu 1)
kehilangan CO2 yang dapat menurunkan keasaman dan menaikkan nilai pH, 2) adanya transfer Ca dan fosfat ke
koloidal sehingga apat sedikit menaikkan keasaman dan menurunkan nilai pH fsn
3) pemanasan yang drastis dapat menghasilkan asam dari degradasi laktosa
(Soeparno et al., 2001).
Uji Berat Jenis
Hasil
pengamatan untuk susu kemarin suhunya 29°C dengan skala laktodensimeter 1,024
dan BJ susunya 1,000724. Susu baru suhunya 29°C dengan skala laktodensimeter
1,025 dan Bj susunya 1,000725. Menurut Diggins (1994) BJ susu berkisar 1,028
dengan suhu 27°C. Berarti kedua susu masih dalam keadaan normal.
Uji Kadar Lemak
Hasil
pengamatan susu baru kadar lemaknya 2,7% sedangkan susu kemarin 4,3%. Menurut
Diggins (1994), Susu bila didiamkan beberapa waktu lamanya, maka
butiran-butiran lemak akan naik keatas. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan
karena susu lama kadar lemaknya lebih rendah karena lemaknya naik keatas.
Uji Perhitungan Bahan Kering dan Bahan Kering Tanpa Lemak
Hasil
perhitungan BK susu kemarin dan susu baru adalah 22,92% dan 22,95% sedangkan
BKTL adalah 20,95% dan 20,25%. Menurut Soeparno et al (1992), kisaran normalnya BK 4,50-5,2% dan kisaran BKTL
0,60-0,80%. Berarti kedua susu BK dan BKTLnya diatas normal.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum, diketahui susu kemarin berwarna putih, berbau normal, kental,
gurih, bersih, bila diuji dengan uji alkohol hasilnya susu menggumpal (+),
diuji reduktase hasilnya kembali berwarna putih, derajat keasamannya 7,4o SH,
berat jenis 1,000724, kadar lemak 2,7%, bahan kering 22,92% dan bahan kering
tanpa lemak 20,22%.
Daftar Pustaka
Adnan, M. 1984. Kimia Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset. Yogyakarta.
Diggins, Ronald V. 1994. Dairy Production. Inc. Englewood
Cliffs. Prentice-hall.
Ditjen Peternakan. 1983. Syarat-syarat, Tata Cara Pengawasan dan Pemeriksasn Kualitas
Susu Produksi Dalam Negeri. SK Dirjen Peternakan No. Kpts/DJP/Deptan/83
tertanggal 19 Januari 1983.
Eckles, C.H.Comb.W.B and H.Macy. 1984. Milk dad Product. 4ed..Tata Mc Graw
and Hill Publishing Company Ltd. Bombay
New Delhi.
Hui, Y. H. 1993. Dairy Science and Technology Handbook three Application, Science,
Technology and Engineering. VCH Publishers. Inc. New York.
Salle, A.J. 1982. Fundamental Priciples of Bacteriology. 5ed. Mc Graw Hill
Book. New York Toronto London.
Soeparno. 1992. Faktor Komposisi dan Karakteristik Fisik Susu. Laporan Penelitian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soeparno, Indratiningsih, Suharjono Triatmojo, Rihastuti. 2001. Dasar Teknologi Hasil
Ternak. Jurusan Tekhnologi Hasil Ternak. Fakultas UGM. Yogyakarta.
Tilman, A.D, H. Hartadi, S. Prawiro Kusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan kelima.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Walstra, P., T.j. Geurts, A. Noomen, A. Jellema, M. A. J.
S Van Boekel. 1999. Dairy technology. Principle of Milk Properties and Process Department of Food
Science Wageningen Agriculture Univercity. Wageningen. The Netherlands.
Comments
Post a Comment