Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Tongkol Jagung)

Pengamatan Fisik
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Tongkol Jagung)
Klik gambar untuk memperbesar
Bahan pakan adalah bahan yang dapat di makan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pakan adalah bahan yang dapat di makan (Tillman et. al., 1998). Tongkol jagung, bahan pakan yang digunakan dalam praktikum kali ini merupakan konsentrat. Jagung disebut “The King of Cereal” atau “The Golden Brain”. Beberapa sifat jagung yaitu palatable, serat kasar rendah dan nilai kecernaannya (TDN) tinggi mencapai 80% (Zuprizal dan Kamal, 2000).

Tabel 1. Pengamatan Fisik Tongkol Jagung
Parameter
Pengamatan
Tekstur
Halus sedikit kasar
Warna
Cokelat muda (krem)
Bau
Apek
Rasa
-
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa bahan pakan yang digunakan dalam praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum kelompok VII adalah tongkol jagung, karena mempunyai tekstur yang halus tetapi sedikit kasar, berwarna cokelat muda (krem) , dan berbau apek.

Tongkol jagung. ;Salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting adalah jagung, selain gandum dan padi. Jagung sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam untuk pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung/maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Kandungan karbonat jagung adalah ETN yang hampir seluruhnya pati, sehingga menghasilkan energi tinggi. Kadar Ca jagung rendah yaitu 0,02%, kadar P lebih rendah dari biji-bijian yang lain. Kandungan marsin lebih rendah dari biji-bijian sebangsa padi, kadar B2 juga rendah tapi kaya akan vitamin E, dan kandungan lemak tinggi dibanding biji-bijian lainnya (Morrison, 1980).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 30 sampai 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung bervariasi. Meskipun jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang mencapai 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dan buku-buku batang bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidakseperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman tumbuh berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan cenderung lebih siap untuk penyerbukan 2 sampai 5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa ”tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan ”rambut”. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.

Analisis Proximat
Komposisi susunan kimia dan kegunaan suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende Experiment Station di jerman oleh Hennberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen yang ada pada makanan .Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Dari sistem analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi yaitu, (1) air / bahan kering (dry matter) , (2) abu (ash), (3) protein kasar (crude protein), (4) lemak kasar (ekstrak ether), (5) serat kasar (crude fibre), dan (6) ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan yaitu 100 – jumlah % dari kelima fraksi yang lain (Tillman et al., 1998).

            Tabel 2, Analisis Proximat Tongkol Jagung
Parameter
Nilai
Kadar air (%)
6,4214%
Protein kasar (%)
3,9%
Serat kasar (%)
16,75%
Lemak kasar (%)
0,5734%
Abu (%)
39,49%
BETN (%)
39,2866%
Total (dalam BK)
100%

Secara ringkas nutrien yang terdapat dalam hasil analisis proksimat adalah sebagai berikut:
Fraksi
Komponen
Air
Air dan asam-asam yang menguap serta basa-basa (kalau ada)
Abu
Mineral esensial

Makro : Garam (NaCl), Ca (calcium), P (fosfor), Mg (magnesium), K (potasium), dan S (sulfur) > 100 ppm dalam tubuh.
Mikro : Cu (copper), Fe (besi), I (yodium), Mn (mangan), Se (selenium), Zn (seng), Co (cobalt), < 100 rpm dalam tubuh.
Mineral non esensial.
Protein kasar
Protein, asam amino, amine, nitrat, vitamin B, asam nukleat.
Ekstrak ether
Lemak, minyak, lilin, organik, pigmen, sterol, Vitamin A,D,E,K.
Serat kasar
Selulosa, hemiselulosa, lignin.
Ekstrak tanpa N (ETN)
Selulosa, hemiselulosa, lignin, pati, gula fruktan, pektin, asam organik, resin, tanin, pigmen, vitamin yang larut dalam air.

Penetapan kadar air. Menurut Kamal (1998) yang dimaksud air adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100°C sampai 110°C dengan tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan air dari suatu bahan sebenarnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari suatu bahan.
Berdasarkan hasil dari praktikum, Kadar air tongkol jagung kelompok VII adalah 6,4212% dan kelompok VIII adalah 7,53%. Kadar air yang diperoleh dari hasil praktikum tersebur berada dibawah kisaran normal. Menurut Mc cutcheon dan samples (2002), kisaran normal kadar air pada tongkol jagung 50 sampai 55%. Dengan demikian kadar air yang diperoleh dibandingkan dengan literature, kadar air tersebut berada di bawah normal, perbedaan tersebut dapat dikarenakan umur tanaman  yang berbeda. Pada penetapan kadar air digunakan silica disk, hal ini dikarenakan jika memakai vochdoos akan mengalami peleburan pada saat pembakaran pada tanur, pengovenan 105% berfungsi untuk memperoleh bahan kering (DM) dengan cara menguapkan kadar air.
Air merupakan bahan makanan utama yang sering dilupakan. Lebih kurang 70% tubuh ternak terdiri dari air, bila terjadi pengurangan air hingga 20% akan menyebabkan kematian. Kebutuhan air untuk hewan yang lebih muda relative tinggi, juga akan meninggi bila suhu udara semakin tinggi. Kebutuhan air dalam tubuh ternak dapat dicukupi melalui air minum, air dalam bahan makanan dan air metabolic (air yang berasal dari proses metabolisme zat makanan dalam tubuh).

Penetapan kadar abu. Menurut (Kamal, 1994), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan bila dibakar sempurna pada suhu 550oC sampai 600oC selama beberapa waktu maka senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O, dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai senyawa oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya.
Komponen abu pada analisis proximat tidak memberikan nilai makanan penting. Jumlah abu dalam bahan makanan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan pakan dari tanaman bervariasi dan pada hewan dapat digunakan sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor. Kenyataannya, kombinasi unsur-unsur mineral adalah bahan makanan yang berasal dari tanaman sangat bervariasi. Sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untukl menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting (Tillman et al, 1989).
Pada praktikum ini menggunakan silica disk bukan vochdosh karena silica disk terbuat dari bahan porselin dan lebih tahan panas, sehingga tidak akan pecah apabila ditanur.
Berdasarkan hasil dari praktikum, kadar abu tongkol jagung kelompok VII adalah 39,49% dan kelompok VIII adalah 31,91%. Kisaran normal kadar abu pada tongkol jagung adalah 2% (Cutcheon et al., 2002). Dapat disimpulkan bahwa kadar abu yang diperoleh dari hasil praktikum di atas kisaran normal.
Menurut Sutarmadji (1989), Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada berbagai bahan dan cara pengabuannya. Tujuan sampel ditanur pada 500 sampai 600°C adalah mengoksidasi semua zat organik pada suhu tersebut dan dilakukan penimbangan zat yang tertinggal selama proses pembakaran.

Penentuan kadar serat kasar. Menurut Kamal (1998) serat kasar adalah semua senyawa organik yang terdapat didalam pakan yang kecernaannya rendah, sedangkan pada analisis proksimat adalah semua sernyawa organik yang tidak larut dalam perebusan dengan larutan H2SO4 1,25 % atau 0,225 N dan pada perebusan dengan karutan NaOH 1,25% atau 0,3,13 N yang berurutan selama 30 menit, senyawa organik akan larut kecuali serat kasar dan beberapa macam mineral. Ampas hasil saringan bila dibakar sempurna maka serat kasarnya akan menjadi gas CO2 dan H2O yang menguap sedangkan mineralnya akan menjadi abu.
Fungsi larutan H2SO4 adalah sebagai pensuasana asam karena suasana di dalam lambung adalah asam. Fungsi larutan NaOH adalah sebagai pensuasana basa karena suasana di dalam usus adalah basa. Tujuan menggunakan crusible adalah pada saat pengeringan dengan pengovenan pada suhu 105° sampai 110°C alat yang digunakan tidak mengalami perubahan atau kerusakan pada fisiknya. Tujuan menggunakan glass wool karena serat kaca yang beratnya kecil, sehingga pada saat penimbangan tidak akan mempengaruhi bobot sampel.
Kadar serat kasar tongkol jagung kelompok VII adalah 16,75% dan kelompok VIII adalah 22,37%. Kadar serat kasar pada tongkol jagung adalah 36% (Cutcheon et al., 2002). Maka dapat disimpulkan kadar serat kasar dari hasil praktikum dikatakan di bawah kisaran normal.

kadar protein kasar. Menurut Kamal (1994) protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non-protein nitrogen atau NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan di atas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar.
Sampel dianalisis dengan alat Kjeldahl. Analisis ini menggunakan asam sulfat dengan suatu katalisator dan pemanasan. Zat organik dari sampel lalu dioksidasi oleh asam sulfat dan nitrogen dirubah ke dalam bentuk ”amonium sulfat”. Sedangkan kelebihan asam sulfat akan dinetralisir oleh NaOH dan sampai larutan menjadi basa.dari amonium sulfat tadi lalu didestilasi dalam medium asam untuk mendapatkan nitrogen secara kuantitatif. Protein rata-rata mengandung 16% nitrogen, maka faktor 100%/16%=6,25 harus dipakai untuk mendapatkan nilai protein kasar (protein kasar=N%x6,25) (Tillman et al, 1989).
Reaksi-reaksi untuk mendapatkan protein kasar ada tiga tahap, yaitu destruksi (melepaskan N organik sampel dengan adanya penambahan H2SO4), destilasi (melepaskan NH3 yang kemudian ditangkap oleh H3BO4), dan titrasi (untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi).
Kadar protein kasar tongkol jagung kelompok VII adalah 3,9% dan kelompok VIII adalah 3,2%. Kadar protein kasar pada tongkol jagung berkisar 2,8% sampai 3% (Cutcheon et al., 2002). Nilai kadar protein kasar dari hasil praktikum dapat dikatakan normal.

Penentuan kadar lemak kasar. Bahan kering diekstraksi dengan dietileter selama beberapa jam, maka bahan yang didapat adalah lemak dan eter akan menguap (Tillman et al, 1989).
Praktikum ini menggunakan petroleum benzen sebagai pelarut lemak karena harganya yang tidak terlalu mahal dan tidak berbahaya dan pada proses ekstraksi tidak menimbulkan bau yang menyengat. Titik didih petroleum benzen adalah 60oc sampai 80oC.Proses ekstraksi dilakukan untuk pencucian lemak dan dilakukan selama 16 kali dan berwarna jernih, ini bertujuan agar lamak terlarut sempurna.
Kadar lemak kasar tongkol jagung kelompok VII adalah 0,5734% dan kelompok VIII adalah 0,152%. Kadar lemak kasar pada tongkol jagung adalah 0,7% (Suparjo, 2008). Kadar lemak kasar dari hasil praktikum dapat dikatakan di bawah kisaran normal. Ekstrak eter setelah dioven 105°C harus ditimbang panas-panas agar tidak terkontaminasi dengan udara bebas. Apabila ekstrak eter terkontaminasi dengan udara bebas maka beratnya dapat bertambah karena mengandung uap air.

Penentuan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Menurut Kamal (1994) ekstrak tanpa nitrogen dalam arti umum adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedang dalam anlisis proksimat yang dimaksud dengan ekstrak tanpa nitrogen adalah sekelompok karbohidrat yang mudah larut pada perebusan dengan H2SO4 1,25% atau 0,255 N masing–masing selama 30 menit. Walaupun demikian untuk penentuan kadar ekstrak tanpa nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100% - ( % air + % abu + % protein kasar + % lemak + % serat kasar ). Kandungan BETN suatu pakan sangat penting ada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar. Hal yang disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Biasanya yang ditemukan pada perhitungan tersebut tergantung pada keragaman hasil yang diperoleh.
Ekstrak tanpa nitrogen tongkol jagung kelompok VII adalah 39,2866% dan kelompok VIII adalah 42,368%.


Kesimpulan

Tongkol jagung merupakan salah satu jenis konsentrat dan merupakan bahan pakan sumber energi karena mempunyai SK<18%, PK<20% dan dinding sel<35%.
Kadar air kelompok VII adalah 6,412% dan kelompok VIII adalah 7,53%, jadi kadar air kelompok VIII lebih tinggi daripada kadar air kelompok VII. Kadar abu kelompok VII adalah 39,49% dan kelompok VIII adalah 31,91%, jadi kadar abu kelompok VII lebih tinggi daripada kadar air kelompok VIII. Kadar protein kasar kelompok VII adalah 3,9% dan kelompok VIII adalah 3,2%, jadi kadar protein kasar kelompok VII lebih tinggi daripada kadar air kelompok VIII. Kadar serat kasar kelompok VII adalah 16,75% dan kelompok VIII adalah 22,37%, jadi kadar serat kasar kelompok VIII lebih tinggi daripada kadar air kelompok VII. Kadar lemak kasar kelompok VII adalah 0,5734% dan kelompok VIII adalah 0,152%, jadi kadar lemak kasar kelompok VII lebih tinggi daripada kadar air kelompok VIII. Kadar ETN kelompok VII adalah 39,2866% dan kelompok VIII adalah 42,368%, jadi kadar ETN kelompok VIII lebih tinggi daripada kadar air kelompok VII.


Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Bahan Pakan Tongkol Jagung. Available at Wikipedia.com. Accession date 14 Oktober 2009
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Mc Cutcheon, J anf D. Samples. 2002. Grazing Corn Residues Extension Fact Sheet Ohio State University Extension. Us. Anr 10-20
Morrison.1980. Feed and Feeding. The Morrison Publ., Co., Ithaca. New York.
Sutarmadji, S.B. Haryono. Suhardi 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta Bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tillman, A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Tillman, A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Anatomi dan Histologi (Ayam dan Domba)

Biokimia Dasar (Protein)