Biokimia Ternak (Ekskresi Derivat Purin dalam Urin)
Tinjauan Pustaka
Klik gambar untuk memperbesar |
Saluran purin yang
melebihi keperluan akan sintesis polinukleotida akan dipecah. Adenosit
mula-mula akan mengalami deaminasi oleh kerja enzim adenosine deaminase.
Kemudian Fosforilasi nukleosida mengeluarkan residu ribose sehingga hasilnya
adalah hipoxanthin. Xanthin oksidase mengubah hipoxanthin menjadi xanthin.
Selanjutnya menjadi asam urat. Guanosin menempuh jalur yang sama. Fosforilase
nukleosida akan menghasilkan guanine dan basa yang dihasilkan diubah menjadi
xanthin dan enzim guanin deaminase (Chen dan Gomes,1995).
Xanthin
oksidase adalah suatu enzim yang kompleks, oleh karena ia menggunakan oksigen
molekuler dan suatu pereduksi ia digolongkan sebagai suatu oksidase fungsi
campuran enzim ini aktif diginjal, hati dan usus halus (Chen dan Gomes, 1995).
Pada
urin, domba presentase fase ekskresi allantonin sebesar 60-80%, asam urat
10-30%, xanthin dan hipoxanthin 5-10%. Sedangkan pada urin sapi presentase
allantonin 80-86% dan asam urat 15-29% sedangkan xanthin dan hipoxanthin
nilainya sangat kecil, sehingga sering kali diabaikan (Van Soest, 1994).
Purin
yang diabsorbsi akan didegredasi dan diekskresikan dalam urin sebagai
derivatnya yaitu hipoxanthin, xanthin, asam urat dan allantonin (Tamminya,
1992).
Asam nukleat merupakan sebagian
komponen makanan. Asam nukleat membentuk kira-kira 5,2 sampai 9,5% dari seluruh
nitrogen di dalam rumput-rumputan dan pakan hijauan (Aorora, 1989).
Devirat purin yang
ditemukan dalam urine sapi PO berasal dari pemecahan asam nukleat mikrobia yang
keluar dari rumen. Di UH, purin nukleotida akan dihidrolisis menjadi purin
nukleosida dan purin bebas. Keduanya diabsorbsi dari rumen UH untuk didegradasi
dalam mukosa UH selanjutnya asam nukleat tersebut diolah menjadi produk akhir
metabolisme yaitu hipoxanthin, xanthin, asam urat, dan alantoin (Osuji, et al,
1993).
Derivat purin merupakan
penjumlahan eksresi allantoin dan asam urat dari urin (Yusiah, et al, 1996).
Perbedaan eksresi derivate purin diduga karena perbedaan jumlah konsumsi PK
menyebabkan berbedanya kandungan NH3 dalam rumen. Sedangkan sintesis
protein dipengaruhi pemecahan nitrogen makanan kecuali absorbsi NH3
dan asam amino dan jenis fermentasi rumen berdasarkan jenis makanan (Yusiah, et
al, 1996).
Jalur
degradasi basa purin sebagai penyusun asam nukleatnya diantoin dalam urin
terdiri dari beberapa reaksi. Asam nukleatnya didegradasi oleh pankreatik
ribonuklease dan deoksiribonuklease dan diabsorbsi di usus halus. Basa purin
mengalami metabolisme dalam pool body (Anonimus, 1997).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum
acara ekskresi derivat purin dalam urine yaitu tabung reaksi, vortex,
spektrofotometer, labu takar, dan oil bath.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum
acara ekskresi derivat dalam urine yaitu larutan sample, blanko, standar,
aquadest, NaOH, Hcl 0,5 M, penil hidrazin, alkohol dingin 40%, Hcl pekat, K2FeCN,
urine, 5% NaCN, arseno phosphotungstate, buffer KH2PO4, buffer
KH2PO4 (pH 9,4), dan enzim uricase.
Metode
Penentuan kadar allantonin urin
Prinsip
kerja. Allantonin akan dihidrolisis dalam kondisi alkali lemah pada suhu 110ºC
menjadi alam lemah. Asam glioksilat bereaksi dengan penilhidrazin hidroklorid
menghasilkan derivate penil hidrazon dari asam tersebut. Derivat ini akan
membentuk kromofor bila bereaksi dengan kalium ferrisianida. Kemudian dibaca
dpada panjang gelombang 522 nm.
Sampel/blangko/standar
sebanyak 0,5 ml ditambah 2,5 ml aquadest
ditambah dengan NaOH 0,5 M dan divortex. Dimasukkan dalam oil bath 100ºC selama
7 menit kemudian didinginkan pada air es. Ditambahkan 0,5 ml Hcl 0,5 M ditambah
dengan penil hidrazin dan divortex. Dimasukkan dalam oil bath 100ºC selama 7
menit. Didinginkan dengan alkohol dingin 40%. Kemudian ditambah 1,5 ml Hcl
Pekat dan 0,5 M K2FeCN, divortex dan didiamkan 20 menit dan dibaca
pada panjang gelombang 522nm.(standar allantonin = 100 mg/l).
Hasil dan Pembahasan
Penentuan Kadar Allantoin
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk menentukan kadar allantoin. Tabung reaksi diisi dengan urin dengan kode
14 yang sudah diencerkan 5 kali, ditambah dengan aquades dan NaOH. Penambahan
NaOH bertujuan untuk memberikan suasana basa agar campuran menjadi netral.
Tabung yang berisi campuran tersebut dimasukkan dalam oil bath sehingga suhunya
tetap konstan. Setelah itu didinginkan dengan air es dengan tujuan untuk
menghentikan proses hidrolisis agar tidak dihasilkan produk lain selain
allantoin. Setelah didinginkan, tabung diambil dan ditambah dengan HCl encer.
Fungsi HCl encer yaitu untuk mempercepat reaksi. Reksi dalam tabung mempunyai
laju yang cepat, lalu ditambahkan fenilhidrazin supaya dihasilkan derivat lain
dari purin selain allantoin yaitu derivat fenilhidrazon. Tabung reaksi
dimasukkan dalam oil bath lagi, didinginkan dengan alkohol dingin. Pendinginan
dengan alkohol berfungsi untuk menghentikan proses hidrolisis secara
keseluruhan, agar dihasilkan allantoin saja. Ditambahkan K2FeCN
untuk membentuk kronosfer sebagai indikator warna terjadinya reaksi. Warna akan
berubah dari kuning menjadi orange dan pada akhirnya berwarna hijau. Tabung
berisi larutan divortex dan dibiarkan selama 20 menit sampai warna merah bata.
Dibaca pada panjang gelombang 522 nm. Absorbansi allantoin pada saat praktikum
sebesar 0,373 dan hasilnya diperoleh 30,842 mg/dl.
Menurut Osuji et al., (1993), bahwa
derivat urin pada sapi PO berasal dari pemecahan asam nukleat mikrobia yang
keluar rumen. Asam ukleat tersebut diubah menjadi produk akhir metabolisme
yaitu hipoxanthin, xanthin, asam urat dan allantoin. Indeks yang dimasukkan
persamaan mempunyai hasil 30,842 mg/dl dengan absorbansi 0,373. Hal itu
mencerminkan absorbansi purin sebagai ekskresi derivatnya, dan bisa dijadikan
sebagai indeks pengukuran pada mikrobia (Chen dan Gomes, 1995). Menurut Yusiati
(1996), bahwa perbedaan derivat purin diduga karena perbedaan konsumsi protein
kasar sehingga menyebabkan perubahan komposisi amonia dalam rumen.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa kadar allantoinnya sebesar 30,842 mg/dl dengan absorbansi
0,373. Hal tersebut mencerminkan absorbansi purin sebagai ekskresi derivatnya
dan dijadikan sebagai indeks pengukuran pada mikrobial. Perbedaan derivat purin
dipengaruhi oleh perbedaan konsumsi protein kasar sehingga menyebabkan
perubahan komposisi amonia dalam rumen.
Daftar Pustaka
Anonimus. 1997.
Estimation of Rumen Microbial Yrold from Purin Derivate in Urine. Laboratori
Mamal. Vienna.
Aorora, S, P. 1989. Pencemaran
Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada Universty. Yogyakarta.
Chen, X.B. and M. J
Gomes. 1995. Estimation of Micribial Protein Supply to Sheep and Cathe Based on
Urinary Excretin of Purine Derivaties of Overview of The Thechnical Details.
International Feed Resources Unit. Power Resseearch Institute Buckburn. Aberden
ABS. SSB. UK.
Osuji, PO, Nsatila W
and Khalili. 1993. Feed Evalution ILCA Manual S. ILCA. Addis Ababa. Ethiopia.
Tamminya, S. 1992.
Nutrition Management of Dairy Cows as a Contribution to Pollution Control. J.
Dairy Sci 75 = 345-357.
Van Soest, P. J. 1994.
Nutritional Ecology of The Ruminant. 2nded. Comstack Publishing Associated, A
Division of Cornel. University Press. Ithaca and London.
Yusiah, L.M. 1996.
Pengukuran Derivat Purin dalam Urin. Kasus singkat: Teknik Evaluasi Pakan
Ruminansia. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Comments
Post a Comment