Biokimia Nutrisi (Mikrobia Rumen)
Tinjauan Pustaka
Klik gambar untuk memperbesar |
Sumber protein untuk ternak ruminansia adalah protein mikrobia rumen.
Mikrobia rumen sangat dibutuhkan peranannya untuk memecah komponen serat kasar
pakan sehingga mudah dimanfaatkan oleh induk semangnya. Jumlah dan aktifitas
sangat tergantung pada ketersediaan nutrien, pH rumen, produksi saliva dan
tingkat penyerapan produk fermentasi. Adanya mikrobia menyebabkan ruminanasia
dapat menggunakan NPN termasuk urea (Hartadi et al., 1990).
Rumen adalah kantung penampungan perrtama bahan pakan setelah dikunyah dan
ditelen. Cairan rumen merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
bakteri dan protozoa secara anaerobik. Salah satu bakteri yang penting di dalam
rumen adalah bakteri selulolitik yang menyebabkan ternak ruminansia hidup
dengan hijauan berkualitas rendah (Curch, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikrobia antara lain:
temperatur, substrat, pH, inhibitor, dari produk yang dihasilkan, kelembaban,
dan ketersediaan nutrien. Protein yang ada di dalam rumen merupakan protein
murni dan pritein mikrobia yang akan didegradasi dalam bentuk amonia. Amonium
yang terbentuk di dalam rumen digunakan untuk membentuk proyein tubuh mikrobia
(Page dan Soendoro, 1981).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbangan,
penghitung waktu, ependorf, pemanas, tabung reaksi, spektrofotometer,
inkubatir, dan referigator.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
cairan rumen, NaOH 1 N, 2,5 ml Lowry B, enzim, buffer, CMC, H2O, sodium tungstate, H2SO4, supernatan,
campuran phenol, dan hipoklorid.
Metode
Penentuan Biomassa Mikrobia Berdasar
Kandungan Protein Sel
Preparasi Sampel. Cairan
rumen disentrifuge pada 500 g selama, 10 menit. Supernatan
diambil dan dimasukkan dalam ependorf. Supernatan tersebut disentrifuge
pada 10.000 g selama 15 menit. Filtrat dipisahkan untuk penentuan aktivitas
dan kadar protein enzim. Endapan digunakan untuk penentuan kadar protein
mikrobia.
Penentuan Kadar Protein Mikrobia. Endapan hasil
preparasi sampel ditambah 1 ml NaOH 1 N kemudian didihkan pada suhu 90°C selama
10 menit dan selanjutnya digunakan sebagai sampel untuk penentuan protein
dengan metode lowry. Tabung reaksi disiapkan dan diisi 0,5 sampel dan 2,5 Lowry
B kemudian divortex dan dibiarakan selama 10 menit lalu ditambahkan 0,25 ml Lowry
A dan divortex serta dibiarkan selama 30 menit kemudian dibaca pada panjang
gelombang 750 nm dan kadar protein dihitung dengan persamaan:
Y = 0,0025X +
0,0146
Y = absorbansi
sampel
X = kadar protein
(mg/ml)
Penentuan Kadar Protein Enzim
Preparasi Sampel. Cairan rumen disentrifuge pada 500 g
selama, 10 menit. Supernatan diambil dan dimasukkan dalam ependorf.
Supernatan tersebut disentrifuge pada 10.000 g selama 15 menit. Filtrat
dipisahkan untuk penentuan aktivitas dan kadar protein enzim. Endapan digunakan
untuk penentuan kadar protein mikrobia.
Penentuan Kadar Protein Enzim. Filtrat hasil preparasi sampel ditambah 1 ml NaOH 1 N
kemudian didihkan pada suhu 90°C selama 10 menit dan selanjutnya digunakan
sebagai sampel untuk penentuan protein dengan metode lowry. Tabung reaksi
disiapkan dan diisi 0,5 sampel dan 2,5 Lowry B kemudian divortex dan dibiarakan
selama 10 menit lalu ditambahkan 0,25 ml Lowry A dan divortex serta dibiarkan
selama 30 menit kemudian dibaca pada panjang gelombang 750 nm dan kadar protein
dihitung dengan persamaan:
Y = 0,0025X +
0,0146
Y = absorbansi
sampel
X = kadar protein
(mg/ml)
Penentuan NH3 Cairan Rumen
Penentuan NH3 Cairan
Rumen. 1ml larutan A ditambah 2 ml cairan rumen dicampur 1 ml
larutan ß-1-4-glukanase dingin dan disimpan dalam referigator dan divortex.
Sampel ini disimpan selama = 48 jam kemudian disentrifuge sampai pada 15.000 g
selama 10 menit dan ditambahkan pada tabung yang lain 20 ml supernaan ampel
ditambah 2,5 ml larutan C ditambah 2,5 ml larutan D dan dicampur secepatnya.
Diinkubasi pada 40°C selam 30 menit kemudian didinginkan pada suhu kamar dan
dibaca pada spektofotometer dengan panjang gelombang 630 nm. Hasil absorbansi
dimasukkan dalam persamaan:
Y =
0,00682857142X + 0,027787
Y = absorbansi
X = kadar NH3
Hasil dan Pembahasan
Protein Mikrobia
Sumber utama untuk ternak ruminansia adalah protein mikrobia rumen.
Mikrobia rumen menyediakan sebagian besar protein yang dibutuhkan oleh induk
semang (Aora, 1989). Fungsi NaOH pada penentuan kadar protein mikrobia
berfungsi untuk melisiskan dinding sel. Dipanaskan sebesar 90°C berfungsi untuk
memecah sel. Larutan Lowry B terdiri dari CuSO4, Na2CO
3, dan Na-kartartat didalamnya terdiri dari ikatan
Cu-peptida disertai warna ungu. Larutan Lowry A terdiri dari aquades dan folin
didalamnya protein bereaksi dengan folin-clocalteau yang memberi warna
kompleks, warna tersebut dibentuk karena reaksi cuper alkali dengan
protein seperti pada biuret dengan terjadinya reduksi phospomplibdat oleh tyrosyn
dan tryptophan yang ada dalam protein.
Mikrobia di Dalam Rumen
Ekosistem mikrobia rumen merupakan suatu kondisi yang kompleks dan sangat
tergantung dari pakan yang diberikan. Kondisi rumen bersifat anaerob dengan
temperatur yang relatif konstan antara 38°C - 42°C dan pH berkisar
antara 6,5 – 6,8 yang dipertahankan oleh adanya sistem saliva yang berfungsi
sebagai buffer (Van Soest, 1994).
Amonia di
Dalam Rumen
Amonia dari
cairan rumen berasal dari degradasi protein pakan dan NPN oleh mikrobia
proteolitik. Degradasi protein menjadi amonia dimulai dengan hidrolisis proteni
menjadi peptida dan beberapa asam amino, selanjutnya degradasi protein menjadi
asam amino dan deaminasi asam amino lalu menjadi amonia (Orskov, 1990).
Faktor yang
Mempengaruhi Jumlah Protein Mikrobia di Dalam Rumen
Dalam laju jumlah
protein mikrobia diperlukan amonia, asam amino, dan mineral seperti P, sulfur,
dan kalsium (Orskov, 1990), ketersediaan rantai karbon dan N amonia untuk
mengoptimalkan sintesus protein mikrobia, konsentrasi protein mikrobia sebagai
keseimbangan antara laju produksi amonia dari pakan dan senyawa endogenous
sebagai pertumbuhan mikrobia (Leng, 1985).
Faktor
yang Mempengaruhi Jumlah Protein Enzim di Dalam Rumen
Jumlah protein
enzim dipengaruhi oleh suhu, jumlah substrat, konsentrasi enzim, pH, lama
inkubasi, dan jenis mikroorganisme (Widyantoro et al., 1987).
Faktor
yang Mempengaruhi Jumlah NH3 di Dalam
Rumen
Konsentrasi
amonia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain stabilitas dan laju
degradasi pakan (Widyobroto et al., 1994), level N dalam ransum, waktu
pengosongan rumen, dan absorbsi amonia, presentase dan degradabilitas protein
pakan serta kelarutan senyawa nitrogen pakan (Preston dan Leng, 1985).
Kadar
Standar Amonia di dalam Rumen
Konsentrasi
amonia cairan rumen 1–34 mg/100ml sedangkan untuk pertumbuhan maksimum dan
aktivitas mikrobia diperlukan cairan rumen sebesar 5–50 mg/100ml cairan rumen
(Bond, 1987). Sedangkan hasil yang diperoleh dalam praktikium sangat besar bila
dibandingkan dengan dasar teorinya yakni sebesar 149,76 mg/ml, perbedaan kadar
dapat disebabkan oleh tercemarnya lingkungan anaerob di dalam rumen oleh
lingkungan aerob yang berada di luar rumen dalam waktu yang cukup lama sehingga
terjadi kontaminasi.
Kadar
Standar Enzim di dalam Rumen
Pada hasil
praktikum diperoleh kadar enzim dalam rumen sebesar 1163,2 mg/ml sedangkan
menurut Bond (1987) kadar enzim dalam rumen sebesar 1-56 mg/100ml. Perbedaan
ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya suhu, jumlah substrat,
konsentrasi enzim, pH, lama inkubasi, dan jenis mikroorganisme (Widyantoro et
al., 1987).
Kadar
Standar Protein Mikrobia
Kadar protein
mikrobia pada praktkum kali ini sebesar 255,904 mg/ml sedangkan menurut
Bond (1987) kadar protein mikrobia sebesar 50-100 mg/ml. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya amonia, asam amino, dan mineral
seperti P, sulfur, dan kalsium (Orskov, 1990).
Kesimpulan
Pada hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi sintesis protein MO adalah ketersediaan prekursor dalam konsentrasi
yang cukup dalam rumen, kelarutan dan tingkat degradasi protein pakan sebagai
sumber N, ketersediaan energi total hasil fermentasi dalam rumen untuk
menunjang pertumbuhan mikro organisme secara maksimal, kecepatan absorbsi
amonia dan asam amino, tingkat konsumsi pakan, laju aliran partikel dalam
rumen. Disamping itu, keadaan atau suasana (aerob atau anaerob) mempengaruhi
banyak sedikitnya konsentrasi protein mikrobia dan protein enzim,. Semakin
anaerob suasana maka semakin banyak mikrobia yang tumbuh seperti dalam keadaan
sebenarnya yaitu di rumen dan jika suasana semakin aerob maka banyak mikrobia anaerob
yang mati sehingga menyebabkan konsentrasi protein semakin kecil. Hal lain
terjadi pada amonia semakin banyak gas amonia di dalam rumen maka banyak
bakteri yang mati.
Daftar Pustaka
Aorora, S. P. 1989. Pencemaran Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada
University, Yogyakarta.
Bondi. A. A. 1987. Animal
Nutrition. John Willey and Sons Publ, New York.
Curch, DC. 1998. The Rminant Digestive Pysiologi and Nutrition, By
Prentice Hall. Adlivision of Simon and Scucter Englowood Ctifts. New Jersey.
Hartadi, Hari, Soedomo Reksohadi Prodjo dan Allen D Tillman. 1990. Tabel
Komposisi Pakan untuk Indonesia. University Press. Cetakan ke-2.
Leng, R. A. 1985. Determining Yhe Nutritive Value of Roghage. In: Forage in
South Pacific Agriculture. Proceeding of International Research Rodent Print
Silvater, NSW.
Orskov, E. R, and M. Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminant. Elsevier
Applied Science London.
Page, S.D dan Soendoro. 1981. Prisip-prinsip Biokimia. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Preston,T. R and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant ProductionSystem Watnh
Available Resources in The Tropic and Subtropic Preambule Books, Amidale.
Van Soest, P. J. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminan. Cornel
University, New York.
Widyobrono, B. P., S. Padmowisono, dan R. Utomo. 1994. Pendugaan
Kualitas Protein Bahan Pakan untuk Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Widyantoro, R. Utomo, dan M. Soejono. 1987. Study Penggunaan Kertas Bekas
Sebagai Sumber Glukosa untuk Sintesa Protein Mikrobia secara In Vitro.
Proceeding Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya.
Lampiran
Protein Mikrobia
Diketahui:
Absorbansi sampel : 0,989
Absorbansi blanko : 0,102
Y :
0,989 – 0,102 = 0,887
Ditanyakan : kadar protein
(X)
Jawab:
Y = absorbansi
sampel – absorbansi blanko
= 0,989 – 0,102 = 0,887
Y = 0,025 X +
0,0146
X = Y – 0,0146
0,025
X = 0,087 –
0,0146
0,025
X = 348,96 mg/ml
X = 348,96 mg/ml
x 1,1 ml
X = 383,856 mg
X dalam 1 ml
rumen = 383,856 mg = 255,904 mg/ml
1,5 ml
Protein Enzim
Diketahui:
Absorbansi sampel : 0,998
Absorbansi blanko : 0,111
Y :
0,998 – 0,111 = 0,887
Ditanyakan : kadar protein
(X)
Jawab:
Y = absorbansi
sampel – absorbansi blanko
= 0,998 – 0,111 = 0,887
Y = 0,025 X +
0,0146
X = Y – 0,0146
0,025
X = 0,087 –
0,0146
0,025
X = 348,96 mg/ml
X = 348,96 mg/ml
x 5 ml
X = 1.744,8 mg
Dalam 1 ml rumen
maka terdapat 1163,2 mg/ml
Protein Amonia
Diketahui:
Absorbansi sampel : 0,805
Absorbansi blanko : 0,416
Y :
0,805 – 0,416 = 0,389
Ditanyakan : kadar protein
(X)
Jawab:
Y = absorbansi
sampel – absorbansi blanko
= 0,805 – 0,416 = 0,389
Y = 0,025 X +
0,0146
X = Y – 0,0146
0,025
X = 0,389 –
0,0146
0,025
X = 149,76 mg/ml
X = 348,96 mg/ml
Comments
Post a Comment