Biokimia Ternak (Filtrasi Ginjal)

Tinjauan Pustaka
Biokimia Nutrisi (Filtrasi Ginjal)
Klik gambar untuk memperbesar

Ginjal merupakan organ yang vital dari tubuh. Ginjal kanan pada bagian dorsoventralnya berbentuk pipih, oval yang tidak beraturan. Ginjal kanan terletak kira-kira antara rusuk terakhir sampai vertebra lumbalis ke-3, dengan permukaan dorsalnya menghadap ke pangkal diafragma otot-otot sublumbal. Ujung kranialnya terletak dalam lekukan ginjal pada permukaan hati. Di sebelah ventral ginjal berdekatan dengan pankreas, kolon, dan sekum. Ginjal kiri terletak antara vertebrata lumbal ke-2 atau ke-3 dan lumbal ke-5. dengan demikian sebagian besar ginjal kiri terletak di sebelah kaudal dari ginjal kanan (Subronto, 1985).
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokeratin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 sampai 1,2 mg/dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Kreatinin merupakan racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya tidak normal (Budipitojo, 2006).
Regulasi ginjal atau ion-ion Na+ didasarkan pada ekskresi natrium dalam jumlah yang sama dengan yang termakan setiap hari, sepanjang konsentrasi natrium di dalam tubuh hewan itu berada dalam keseimbangan. Regulasi umumnya terjadi atas kerja hormon Aldosteron yang disekresikan dari kortek adrenal ketika konsentrasi natrium plasma berkurang, konsentrasi kalium plasma bertambah, dan volume plasma atau output jantung menurun. Dan merangsang sistem saraf simpatik (Frandson, 1992).


Materi dan Metode

Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah labu ukur, kuvet, alat sentrifuge, dan alat vortex.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel, asam pikrat jenuh, NaOH, aquadest, plasma, sulfat, dan tungstat-sulfat.

Metode
Penetapan Kadar Kreatinin Urin
Sampel/blanko/standar ditambah asam pikrat jenuh dan NaOH didiamkan selama 10 menit pada labu ukur 100 ml. kemudian ditepatkan sampai tanda dengan aquadest. Setelah itu, diambil larutan dan dimasukkan ke dalam kuvet. Dibaca pada panjang gelombang 520 nm.


Hasil dan Pembahasan

Penentuan Kadar Kreatinin Dalam Urin
Tabel Kadar kreatinin dalam urin
Kelompok
Absorbansi
Sampel

Blanko
17
0,015
0,596

Urin sapi PO

18
0,191
Urin sapi PFH

19
0,606
Urin sapi PO

20
0,199
Urin sapi PFH

21
0,192
Urin sapi PFH

22
0,192
Urin sapi PFH

23
0,617
Urin sapi PO

24
0,201
Urin sapi PFH


Pada praktikum ini, digunakan sampel praktikum berupa urin dari sapi PFH dan PO . Prinsip kerjanya yaitu larutan standar/ blanko/ sampel urin dicampur dengan asam pikrat jenuh dan NaOH sehingga akan terjadi reaksi pembentukan kreatinin yaitu reaksi antara kreatin dalam urin dan asam pikrat membentuk kreatin pikrat yang berwarna jingga. Fungsi dari penambahan asam pikrat jenuh adalah untuk mengikat kreatinin dalam urin, sedangkan fungsi dari penambahan NaOH adalah untuk membebaskan amonia yang dapat direaksikan dengan asam. Kreatinin digunakan untuk mengetahui kadar filtrasi ginjal karena kreatinin merupakan suatu konstituen yang relatif konstan, larut dalam air dan tidak mengalami reabsorbsi dalam tubulus
Jika diamati, larutan yang mengandung urin sapi PO warnanya sedikit lebih jingga daripada urin sapi PFH, karena sapi PO makanannya lebih banyak berupa konsentrat yang banyak mengandung protein, sedangkan sapi PFH makanannya lebih banyak berupa hijauan dan banyak mengandung air.
Setelah kreatinin terbentuk, larutan kemudian dibaca pada spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm untuk diketahui nilai absorbansinya, sehingga nilai tersebut bisa digunakan untuk menghitung kadar kreatinin dalam larutan sampel/ urin ternak yang digunakan baik PO mauoun PFH. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh kelompok 18,kadar kreatin yang terdapat pada urin PFH sebesar 0,5014 mg/ml sedangkan urin PO sebesar 1,76 mg/ml. Nilai tersebut didapatkan dengan memasukkan nilai absorbansi kedalam persamaan berikut :
Y = 0,0258 + 0,329 X
Dimana:
Y = Absorbansi
X = Kadar Kreatinin.
Kadar kreatinin tersebut tergolong normal karena nilainya hampir mendekati kadar larutan blanko, yaitu 0,033 mg/ml. Jika dibandingkan dengan larutan urin yang lain, kadar kreatinin larutan 18 adalah yang paling rendah. Kadar kreatini pada sapi PO yang digunakan tergolong tidak normal karean nilainya sangat jauh dari blanko. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kreatin dalam urin diantaranya absorbansi, kualitas urin, lama penyimpanan urin, dan faktor pengenceran.
Berdasarkan tabel absorbansi diatas, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai absorbansi suatu urin maka kadar kreatininnya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Apabila nilai absorbansi suatu urin rendah maka kadar kreatinin dalam urin juga akan semakin rendah.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Kadar kretinin dalam urin sapi PFH yang digunakan sebagai sampel sebesar 0,5014 mg/ml dan tergolong tipe normal karena nilainya hampir mendekati larutan blanko yaitu 0,033 mg/ml, sedangkan pada sapi PO sebesar 1,76 dan tergolong tidak normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kreatin dalam urin diantaranya absorbansi, kualitas urin, lama penyimpanan urin, dan faktor pengenceran.
Semakin tinggi nilai absorbansi suatu urin maka kadar kreatininnya akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya, apabila nilai absorbansinya semakin rendah maka kadar kreatinin dalam urin juga akan semakin rendah.


Daftar Pustaka
Budipitojo, T. 2006. Mikroanatomi dan Embriologi. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


Lampiran

Perhitungan

Kadar Kreatinin
Urin sapi PFH          
Y= 0,0258 + 0,3295 X.
0,191 = 0,0258 + 0,3295 X
0,191 – 0,0258 = 0,3295 X
0,1652 = 0,3295 X
X = 0,1652    = 0,5014 mg/ml
      0,3295


Urin sapi PO
Y= 0,0175 + 77,2545 X.
0,606 = 0,0258 + 0,3295 X
0,606 – 0,0258 = 0,3295 X
0,5802 = 0,3295 X
X = 0,5802    = 1,76 mg/ml
      0,3295



Comments

Popular posts from this blog

Anatomi dan Histologi (Ayam dan Domba)

Biokimia Dasar (Protein)