Ilmu dan Teknologi Daging (Pengolahan Daging)
Tinjauan Pustaka
kluk gambar untuk memperbesar |
Sosis
Pertama kali diperkenalkan
sosis merupakan makanan yang berbentuk silindris atau bulat panjang yang
merupakan hasil pengolahan daging cincang yang telah dibumbui yang kemudian di
masukkan dalam casing yang dibuat dari usus sapi atau domba, atau bahan lain
sehingga berbentuk silindris. Pada pembuatan sosis dilakukan proses pemasakan
bahan yang antara lain bertujuan untuk menyatukan komponen adonan sosis yang
berupa emulsi minyak air dengan protein myosin daging sebagai penstabilnya.
Selain itu juga bertujuan untuk memantapkan warna daging dan untuk
menginaktifkan mikrobia (Rahmat, 2001).
Sosis dari kata salsus
yang berarti menggarami, merupakan makanan yang dibuat dari daging
(kadang-kadang dari ikan) yang telah dicincang kemudian dihaluskan dan diberi
bumbu-bumbu serta dimasukkan di dalam pembungkus yang berbentuk bulat panjang
yang berupa usus hewan atau pembungkus buatan dengan atau tanpa dimasak dan
dengan atau tanpa diasap (Hadiwiyoto,1983).
>Formulasi
sosis daging sapi yang tepat dan paten belum ada kepastian, seperti dijelaskan
oleh Endres dan Monagley (1987) bahwa formulasi sosis tidak berbeda dengan
sifat fisik, kemis, organoleptik, dan mikrostruktur dari daging olahan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa dalam formulasi
yang diubah adalah bahan pengikat, macam lemak, demikian pula kadarnya, dan
penambahan vitamin (fortifikasi).
Dalam
pembuatan sosis semua jenis daging ternak dapat digunakan termasuk bagian
jerohan, bibir, tetelan, dan daging bermutu rendah (Hendrickson, 1987 yang
disitasi Ismail, 1997). secara umum proses
pembuatan sosis meliputi persiapan bahan, penggilingan, pencapuran, pemasukkan
dakam casing, pengikatan, pemasakan, pendinginan, dan pengemasan
(Ismail, 1997).
Bakso
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang dibuat dengan cara
melumatkan daging kemudian mencampurnya dengan bumbu-bumbu, pati dan air. Campuran tersebut kemudian dibentuk
bulat-bulat, lalu dimasak dalam air panas (Tamino, 1988).
Bakso merupakan makanan
yang berasal dari cina yang sangat disukai oleh masyarakat di Indonesia.
Sebelumnya bakso hanya dibuat dari daging sapi saja, akan tetapi saat ini sudah
dikembangkan berbagai macam variasi bakso misalnya bakso ayam dan bakso ikan
(Yuyun, 2007).
Bakso merupakan produk olahan daging yang
sangat digemari masyarakat Indonesia.
Pada umumnya bakso dibuat dari daging sapi atau babi (Lestari,1991). Bakso
adalah olahan daging yang dibuat dengan cara melumatkan daging lalu
mencampurkan dengan bumbu-bumbu, filler,
air dan bahan tambahan, kemudian direbus dengan air panas (Astuti,1983).
Biasanya bakso disajikan dalam keadaan panas.
Menurut Astuti (1983)
bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang dibuat dengan cara
melumatkan daging lalu mencampurnya dengan bumbu-bumbu, bahan pengisi, telur,
air, dan bahan-bahan tambahan. Campuran tersebut lalu dibentuk bulat-bulat dan
direbus dalam air panas. Sebagai
produk daging bakso mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi karena mengandung
protein hewani yang lengkap dan seimbang (Triatmojo, 1992).
Bakso sesungguhnya
merupakan bulatan-bulatan yang terbuat dari daging sapi dan tepung tapioca,
namun dalam perkembangannya kemudian sebutan bakso menunjukkan keseluruhan
adonan bulatan-bulatan daging beserta kuah, mie, dan bahan lainnya (Astuti,
1983). Bakso merupakan salah satu bentuk hasil olahan ternak yang berasal dari
daging dan biasanya disajikan dalam keadaan panas (Lestari, 1991).
Bahan penyusun bakso
Komposisi utama bakso
adalah daging ayam, sapi atau ikan. Bahan yang selanjutnya adalah es yang
berfungsi sebagai pelarut adonan agar lembut dan menjaga suhu agar tetap dingin
sehingga protein dan komponen lain penyusun adonan tidak mudah rusak. Komponen
yang selanjutnya adalah tepung / filler
yang berfungsi untuk mengisi/ membentuk adonan. Tepung juga berfungsi sebagai
penahan air sehingga air tidak mudah lepas. Bumbu yang diperlukan dalam
pembuatan bakso antara lain adalah garam, gula, bawang putih, merica dan
penyedp rasa. (Yuyun, 2007).
Daging didefinisikan
sebagai sebuah jaringan hewan dan semua produk pengolahan jaringan tersebut
yang sesuai untuk dimakan dan tidak menimbulkan gangguan bagi yang memakannya
(Soeparno, 1998).
Daging yang digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan bakso sebaiknya mempunyai spesifikasi daging
segar, berwarna merah cerah, mempunyai bau yang spesifik daging segar (tidak
berbau), mempunyai kekerasan sedang, kandungan lemaknya cukup, tidak terdapat
bagian-bagian yang liat (urat), ataupun bagian yang berwarna hitam atu
kehijauan (Astuti, 1983).
Bahan yang sering
digunakan sebagai bahan pengisi/ filler antara
lain adalah tepung tapioka, tepung kentang, tepung jagung dan tepung sagu.
Tepung tapioka paling sering digunakan sebagai filler karena memiliki harga yang relatif murah. Selain itu tepung
tapioka juga memiliki elastisitas yang tinggi. Dalam pembuatan bakso sering
ditambahkan isolated soya protein.
Penambahan bahan ini berfungsi sebagai bahan binder/ pengikat yang berfungi sebagai pengikat antara minyak dan air. Selain itu
juga berfungsi untuk mempertahankan kandungan air dalam adonan sehingga adonan
menjadi kompak dan lembut (Yuyun, 2007).
Air merupakan komponen
yang terbesar dalam bakso. Besarnya air yang terkandung dalam bakso tergantung
dari banyaknya air yang ditambahkan dalam adonan dan proporsi daging yang
digunakan (Triatmojo, 1992). Penambahan air ini juga berfungsi untuk
meningkatkan keempukan, jus daging dan menggantikan sebagian air yang hilang
selama prossesing panas (Soeparno, 1998).
Penambahan air biasanya dalam bentuk es batu
yang berfungsi untuk menstabiolkan suhu selama proses chopping dan
membantu proses pembentukan emulsi (Astuti, 1983).
Penambahan
es batu juga bertujuan agar tidak terjadi denaturasi protein dan menyebabkan
kejutan temperatur yang berakibat kontraksi mendadak dari serabut otot daging
sehingga terjadi kekenyalan khusus (Setiyono,1992).
Garam
yang ditambahkan dalam pembuatan bakso berfungsi sebagai flavour dan pengawet
(Astuti,1983). Garam dapur dapat memperbaiki tekstur produk semacam bakso
daging sapi (Tamino,1988).
Bumbu
yang digunakan berfungsi sebagai penyedap rasa dan anti oksidan . Beberapa
rempah-rempah seperti bawang putih dan lada mempunyai efek pengawetan karena
efek bakteriostatiknya (Naroki dan Kanoni,1992). Bumbu-bumbu yang serimg
digunakan dalam pembuatan bakso adalah bawang merah, bawang putih, lada,
monosodium glutamat, dan hidroksilat protein tanaman (Astuti,1983).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum
pembuatan sosis dan bakso adalah pisau, telenan, timbangan elektrik, grinder, stuffer, kompor, panci dan
nampan.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum
pembuatan sosis dan bakso adalah daging sapi (has dalam), daging dada ayam,
susu skim bubuk, bawang putih, merica/lada, ketumbar, air es, gula, tepung
tapioka dan chasing plastik.
Metode
Pembuatan Sosis
Disiapkan daging ayam
166,67 g dan daging sapi 250 g dibersihkan dari jaringan, dipotong-potong
kemudian digiling dan dimasukkan garam 6,82 g lalu diikuti dengan bawang putih
5 g, merica/lada 2 g, ketumbar 2 g, gula 6,82 g dan air es 20,46 g. Ditambahkan
susu skim 13,64 g dan tepung tapioka 6,82g, kemudian dilakukan chopping (peremasan) selama 30 menit,
lalu distuffing ke dalam chasing plastik. Direbus selama 45
menit, didinginkan menggunakan air biasa kemudian ditiris lalu digoreng.
Pembuatan Bakso
Disiapakan daging sapi ½
kg dipisahkan dari jaringan kulit, digiling halus. Daging dan garam 7 g
dicampur terlebih dahulu dengan mesin pencampur, kemudian dimasukkan bawang
merah goreng 10 g, tepung tapioka 125 g, merica 3 g, bawang putih 20 g,
misonyal 1,5 g dan penyedap 1 g. Dimasukkan air es 100 g dan dicampur hingga
homogen, dibentuk bulat dan dimasukkan pada air mendidih sampai mengapung.
Uji Organoleptik
Produk sosis dan bakso di uji
organoleptik yaitu warna, rasa, tekstur keempukan dan daya terima. Lalu
dibandingkan dengan kontrol produk yang berasal dari pabrik.
Uji Keempukan
Pengukuran keempukan
dilakukan dengan menggunakan alat penetrometer merek K.I.C. Sampel diletakkan di bawah jarum penetrator dimana jarum
penunjuk disiapkan pada angka 0. Besarnya angka keempukan dapat diketahui
dengan membaca angka pada alat dikalikan dengan 1/10 mm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bakso
Tabel 1. Bahan pembuatan bakso
No.
|
Bahan
|
Berat
|
presentase
|
1
|
Daging sapi
|
500 gram
|
65,104%
|
2
|
Es batu
|
100,5 gram
|
13,1372%
|
3
|
Tepung
Tapioka
|
125 gram
|
16,2760%
|
4
|
Merica
|
3 gram
|
0,3902%
|
5
|
Garam
|
7 gram
|
0,9114%
|
6
|
Bawang
Putih
|
20 gram
|
2,6041%
|
7
|
Misonyal
|
1,5 gram
|
0,1953%
|
8
|
Penyedap
|
1 gram
|
0,1302%
|
9
|
Bawang
merah goring
|
10 gram
|
13,02%
|
Jumlah
bahan
|
768 gram
|
100%
|
Tabel 2. Uji organoleptik bakso
No.
|
Parameter
|
Hasil
Praktikum
|
Kontrol
|
1
|
Warna
|
Abu-abu
|
Abu-abu
pucat
|
2
|
Rasa
|
Cukup enak
|
Enak
|
3
|
Tekstur
|
kasar
|
Halus
|
4
|
Keempukan
|
Empuk
|
Cukup empuk
|
5
|
Daya terima
|
Cukup diterima
|
Diterima
|
Tabel 3. Uji kualitas fisik bakso
No Parameter Hasil praktikum Kontrol
|
|||
1
|
Keempukan
|
1,55 cm
|
0,55 cm
|
2,65 cm
|
0,4 cm
|
||
Rata-rata
|
2,1 cm
|
0,475 cm
|
Sosis
Tabel 4. Bahan pembuatan sosis
No
|
Bahan
|
Berat
|
Presentase
|
1
|
Daging sapi
|
250 gram
|
52,102%
|
2
|
Daging dada ayam
|
166
gram
|
34,596%
|
3
|
Tepung tapioca
|
6,8
gram
|
1,4172%
|
4
|
Merica
|
2
gram
|
0,416%
|
5
|
Garam
|
6,8
gram
|
1,417%
|
6
|
Bawang Putih
|
5
gram
|
0,104%
|
7
|
Susu skim bubuk
|
13,6 gram
|
2,834%
|
8
|
Ketumbar
|
2
gram
|
0,416%
|
9
|
Es batu
|
20,8 gram
|
4,334%
|
10
|
Gula
|
6,83 gram
|
1,423%
|
Jumlah
|
479, 82 gram
|
100%
|
Tabel 5. Uji organoleptik sosis
No
|
Parameter
|
Hasil Praktikum
|
Kontrol
|
1
|
Warna
|
Abu-abu
|
Putih
kekuning-kuningan
|
2
|
Rasa
|
Enak
|
Enak
|
3
|
Tekstur
|
Kasar
|
Halus
|
4
|
Keempukan
|
Empuk
|
Lebih empuk
|
5
|
Daya terima
|
Diterima
|
Diterima
|
Tabel 6. Uji kualitas fisik sosis
No
|
Parameter
|
Hasil Praktikum
|
Kontrol
|
1
|
Keempukan
|
0,5 cm
|
0,8 cm
|
0,6 cm
|
1 cm
|
||
Rata-rata
|
0,55 cm
|
0,9 cm
|
Pembahasan
Pembuatan bakso. Komposisi utamanya
adalah daging sapi. Daging digiling halus dan diberi garam. Garam dan merica
merupakan bahan penyedap utama dalam pembuatan sosis (Soeparno, 2005). Diberi bumbu-bumbu, seperti bawang merah
goreng, tepung tapioka, merica, bawang putih, misonyal dan penyedap.
Kemudian air dingin dimasukkan, air dingin berfungsi
sebagai pelarut adonan agar lembut dan menjaga suhu agar tetap dingin sehingga
protein dan komponen lain tidak rusak. Tepung tapioka (filler) sebagai bahan pengisi atau pembentuk adonan. Adonan
dibentuk bulat dan dimasukkan dalam air yang mendidih, bakso akan terapung bila
sudah matang (Yuyun, 2007).
Uji
organoleptik bakso.
Warna. Dalam praktikum diperoleh bakso
warnanya abu-abu lebih tua dibandingkan dengan kontrol yang berwarna abu-abu
pucat. Adanya perbedaan ini disebabkan karena adanya formulasi yang tergantung
pada karakteristik komposisi dan bahan dasar yang ditambahkan pada produk
daging proses (Soeparno, 2005).
Rasa. Dalam praktikum, diperoleh rasa yang
cukup enak dibandingkan dengan kontrol. Cita rasa dikaitkan adanya lemak dan
senyawa volatil tertentu. Keseluruhan kesan palabilitas dipengaruhi oleh jus
daging karena pengaruh komponen flavor dan terjadi fragmentasi serta pelunakan
daging selama pengunyahan (Soeparno, 1998).
Tekstur. Dalam praktikum, diperoleh tekstur
bakso yang kasar dibandingkan dengan kontrol. Pada dasarnya tekstur bakso
dipengaruhi uleh kualitas dan kuantitas daging yang digunakan, metode
pengolahan dan bahan-bahan yang ditambahkan. Jaringan ikat dan lemak yang
terlalu banyak menyebabkan bakso yang dihasilkan kasar, tidak kompak dan mudah
pecah. Selain itu peran dari filler
yang ditambahkan juga mempengaruhi tekstur bakso yang dihasilkan (Mead dan Richardson, 2003).
Uji
kualitas fisik bakso. Dalam praktikum, digunakan alat penetrometer merek K.I.C denfan beben seberat
10 gram. Bakso yang dibuat rata-rata keempukannya adalah 2,1 cm dan bakso
kontrol 0, 475 cm, sehingga bakso yang dibuat lebih empuk daripada bakso
kontrol. Faktor yang berpengaruh terhadap nilai keempukan adalah jaringan ikat
dan lemak marbling yang terdapat dalam produk, juga temperatur yang mempunyai
pengaruh bervariasi terhadap daya ikat air oleh protein daging, susut masak, pH
dan kadar jus daging (Soeparno, 1998).
Pembuatan
sosis. Pada pembuatan
sosis, digunakan campuran daging ayam dan daging sapi, digrinding dan diberi garam. Menurut
Judge et al., (1989), grinding digunakan untuk mengurangi
ukuran partikel daging dan lemak dan untuk pencampuran bahan-bahan yang
digunakan. Garam dan merica merupakan bahan penyedap utama dalam pembuatan
sosis (Soeparno, 2005). Ditambah bawang
putih, merica dan ketumbar yang merupakan bumbu. Penambahan bahan penyedap dan
bumbu, terutama ditujukan untuk menambah atau meningkatkan flavor (Soeparno,
1998).
Daging kemudian ditambah
gula. Fungsi utama gula dalam curing adalah
untuk memodifikasi rasa dan menurunkan kadar air yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroorganisme (Urbain, 1971). Air dingin dimasukkan, air dingin
berfungsi sebagai pelarut adonan agar lembut dan menjaga suhu agar tetap dingin
sehingga protein dan komponen lain tidak rusak (Yuyun, 2007).
Lalu di masukkan susu skim yang berfungsi
sebagai binder (bahan pengikat). Susu
skim bubuk ditambahkan dalam pembuatan sosis berfungsi sebagai pengikat (binder) yang dapat meningkatkan daya
ikat air sosis dan emulsi lemak, yang mempunyai ciri mengandung protein tinggi
(Soeparno, 1998).
Dimasukkan pula tepung
tapioka yang berfungsi sebagai pengisi (filler).
Filler mengandung karbohidrat dalam
jumlah yang relatif tinggi dan protein dalam jumlah yang relatif rendah,
sehingga mempunyai kapasitas mengikat air yang besar dan kemampuan emulsifikasi
yang rendah (Soeparno, 1998). Tapioka adalah pati yang diperoleh dari umbi
tanaman ubi kayu (manihot esculenta,
Crantz). Dalam perdagangan lebih dikenal sebagai tapioka flour atau tepung tapioka (Muljohardjo, 1987).
Dilakukan chopping (peremasan) agar adonan
tercampur rata, lalu stuffing, yaitu
pemasukan adonan sosis kedalam kasing dilakukan dengan stuffer. Stuffer
digunakan untuk menentukan ukutan dan bentuk sosis. Lalu dilakukan proses pemasakan bahan dengan
dikukus yang bertujuan untuk menyatukan komponen adonan sosis yang berupa
emulsi minyak air dengan protein myosin daging sebagai penstabilnya. Selain itu
juga bertujuan untuk memantapkan warna daging dan untuk menginaktifkan mikrobia(Rukmana, 2001).
Uji
organoleptik sosis
Warna. Dalam praktikum diperoleh sosis yang
warnanya abu-abu dan kontrol berwarna putih kekuning-kuningan. Adanya perbedaan
ini disebabkan karena adanya formulasi yang tergantung pada karakteristik
komposisi dan bahan dasar yang ditambahkan pada produk daging proses (Soeparno,
2005).
Rasa. Dalam praktikum, diperoleh rasa yang
enak sama seperti kontrolnya. Flavor dan aroma adalah hasil kombinasi
faktor-faktor yang melibatkan empat basis sensasi (asin, manis, asam, pahit) oleh
ujung-ujung syaraf permukaan lidah (Soeparno, 1998).
Tekstur. Dalam praktikum, diperoleh tekstur
sosis yang kasar dibandingkan dengan kontrol. Menurut Mead dan Richardson (2003), tingkat kontraksi otot
merupakan varianel yang dapat mempengaruhi tingkat kelembutan daging.
Uji
kualitas fisik sosis. Dalam praktikum, digunakan alat penetrometer merek K.I.C, didapat hasil
rata-rata keempukannya adalah 0,55 cm dan sosis kontrol 0, 9 cm. Sehingga sosis kontrol lebih empuk dibandingkan sosis yang
dibuat. Penambahan filler
dapat mempengaruhi keempukan daging disamping berfungsi uniformitas atau keseragaman produk daging (Forrest et al., 1975).
Tiga komponen utama daging yang andil terhadap keempukan atau kealotan, yaitu
jaringan ikat, serabut-serabut otot dan jaringan adipose Menurut Soeparno
(1991).
Kesimpulan
Dari hasil praktikum, diketahui cara pembuatan bakso dan
sosis. Dalam uji organoleptik bakso, diketahui warna bakso abu-abu, rasa cukup
enak, tekstur kasar, empuk dengan rata-rata tingkat keempukan 2,1 cm dan cukup
dapat diterima.
Dalam uji organoleptik sosis, diketahui warna sosis
abu-abu, rasa enak, tekstur kasar, empuk dengan rata-rata tingkat keempukan
0,55 cm dan dapat diterima.
Daftar Pustaka
Astuti, E. 1983 .
Pengolahan Daging Cured, Sosis, dan Bakso di PT. Tirta Ratna Unit Badranaya Bandung . Laporan Kerja
Praktek Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Endres, J. G. and C. W. Monagle . 1987. Non meat Protein
Additive, In Advances in Meat Research : Restructured Meat and Poultry Product
A. M. Pearson and T. R. Duetson (ed) Vol 3 . Van Nastrand Reinhold Company, New
York.
Hadiwiyoto.1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan
Telur. Liberty , Yogyakarta.
Judge, M. D. , E. D.
Aberle, J.C. Forrest, H.B. Hendrick , dan R. A. Merkil . 1989 . Principles of
Meat Science 2ndEd . Kendall/Aunt Publishing Company. Dubuque, Iowa.
Ismail, N. M. 1997 . Teknologi dan Pemanfaatan Daging dalam
Peningkatan Gizi Masyarakat. Jurnal Peternakan
dan Lingkungan. 3:56-60.
Lestari, S.1991. Bisnis Bakso yang
Menguntungkan. Media Pertanian
DKI, Jakarta.
Mead, G. C. dan Richardson, R. I. 2003.
Poultry Meat Science Volume 25. CABI Publishing. New York : USA
Muljohardjo.
1987. Teknologi Pengolahan Patu. PAU,
Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Palupi, W.D.E. 1986. Tinjauan Literatur
Pengolahan Daging. Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional, LIPI.
Rahmat, Rukmana. 2001.
Membuat sosis: Daging Kelinci, Daging Ikan Tempe Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Setiyono.1992. Kualitas Fisik dan Komposisi
Kimia Bakso Daging Sapi, Ayam, dan Kombinasinya dengan Variasi Aras Sodium
Tripoliphospat, Skim milk dan Asam Askorbat. Fakultas Peternakan UGM,
Yogyakarta.
Soeparno. 1991. Ilmu
Otot dan Daging. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Soeparno.1998. Ilmu dan Teknologi
Daging. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Soeparno,
2005. Ilmu dan Teknologi Daging, cetakan 4. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Tamino. 1988. Studi Pembuatan Bakso
Daging Sapi Instan. Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian UGM, Yogyakarta.
Triatmojo, S. 1992 Pengaruh Level Tepung Tapioka dan Daging
Terhadap Mutu Bakso Daging Sapi. Laporan Penelitian UPF Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta
Winarno,
F.G.1996.Daging dan Susu Sebagai Sumber Gizi Prima. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan.2:19-29.
Yuyun, A. 2007.
Panduan Wirausaha Membuat Aneka Bakso. Agromedia. Jakarta.
Comments
Post a Comment