Dasar Teknologi Hasil Ternak (Pengujian Kualitas Telur)
Tinjauan Pustaka
klik gambar untuk memperbesar |
Kualitas
Telur Eksterior
Struktur telur. Bardasarkan susunan
fisikokimianya, telur terdiri dari 11% kerabang telur, 30% sampai 32% kuning
telur, dan 57% sampai 60% putih telur (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996).
Susunan telur yang lengkap terdiri dari discus germinalis, kuning telur,
putih telur, selaput kerabang dan kerabang telur (Buckle, et all, 1978).
Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas telur secara umum adalah berat, volume, lingkar panjang,
lingkar lebar indeks telur dan luas permukaan (Indratiningsih dan Rihastuti,
1996).
Berat telur.
Menurut
Indratiningsih dan Rihastuti (1996), berat telur saat peneluran bervariasi
antara 52 sampai 57,2 gram dan mempunyai hubungan linear dengan lama
penyimpanan, makin lama penyimpanan maka makin besarpersentase penurunan berat telur. Yang
mempengaruhi berat telur adalah hereditas, pakan, umur dan musim dalam setahun.
Tabel 1.1. Ukuran telur berdasarkan
berat telur
Golongan
|
Berat (gram)
|
Jumbo
|
> 65
|
Extra
|
60-65
|
Large
|
55-60
|
Medium
|
50-55
|
Small
|
45-50
|
Peewee
|
<45
|
(Hadiwiyoto, 1983)
Bentuk telurBentuk
telur dapat ditentukan dengan indeks telur yaitu perbandingan antara lebar
telur (diameter telur) dengan panjang telur dikalikan 100. Bentuk telur yang
baik adalah yang memiliki indeks telur sebesar 74 (Indratiningsih dan
Rihastuti, 1996). Bentuk telur ada lima macam yaitu spherical (speris), elliptical
(ellip), biconical (biconcus), conical (conus) dan oval (Indratiningsih dan Rihastuti,1996). Faktor
yang mempengaruhi bentuk telur adalah sama dengan yang mempengaruhi berat
telur.
Kerabang telur. Kerabang menentukan pula dalam kualitas telur, secara eksterior, seperti
retaknya kerabang, tekstur kerabang, warna kerabang dan kebersihannya
(Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). Faktor yang mempengaruhi kebersihan
kerabang dan adalah pakan (kandungan Ca dalam pakan), kemiringan lantai
kandang, kebersihan kandang, kesehatan saluran reproduksi ayam dan kebersihan
di dalam kloaka. Berdasarkan kebersihan
dan keutuhan telur dapat digolongkan menjadi empat kelas, seperti yang
ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 1.2. Golongan telur berdasarkan kebersihan dan keutuhan kerabang
Kelas
|
Keutuhan kerabang
|
Kebersihan kerabang
|
I
|
tidak retak atau tidak pecah
|
bersih
|
II
|
tidak retak dan tidak pecah agak
|
kotor
|
III
|
ada yang retak
|
kotor
|
IV
|
sudah pecah
|
kotor
|
(Hadiwiyoto, 1983)
Sedangkan untuk warna kerabang telur ada dua macam yaitu coklat dan putih.
Perbedaan warna kerabang telur dipengaruhi oleh adanya pigmen. Kerabang yang
berwarna coklat disebabkan adanya pigmen ooporpirin yang terdapat pada
permukaan kerabang. Pada telur ayam yang berwarna putih pigmen tersebut rusak
karena terkena sinar matahari saat keluar dari kloaka. Kerabang yang berwarna
coklat umumnya lebih tebal dibanding dengan telur yang berwarna putih (Sarwono,
1994).
Tebal kerabang. Ketebalan kulit telur yang berwarna putih berbeda dengan kulit telur yang
berwarna coklat. Ketebalan kulit telur yang berwarna putih 0,44 mm sedangkan
yang berwarna coklat 0,51 mm (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). ketebalan
kerabang ditentukan oleh kadar Ca dalam ransum pakan, karena kadar Ca dalam
kerabang adalah 98,2% jadi semakin besar kandungannya maka kerabang yang
terbentuk akan memiliki ketebalan yang lebih.
Berat jenis. Menurut
Indratiningsih dan Rihastuti (1996), berat jenis minimal adalah 1,09. Berat
jenis telur diukur dengan menimbang sebutir telur kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur yang diberi air guna mendapatkan volume telur (ml), dan kemudian
dihitung dengan rumus berat telur (gram) dibagi dengan volume telur (ml).
Faktor yang mempengaruhi besarnya berat jenis tersebut adalah berat dari telur
dan volume dari telur itu sendiri.
Tabel 1.3. Standar telur dari luar (eksterior).
Parameter
|
Nilai
|
Berat (gram)
|
58,0 gram
|
Volume (ml)
|
53,0 cc
|
Berat Jenis
|
1,09
|
Lingkar Panjang (cm)
|
15,7 cm
|
Lingkar Lebar (cm)
|
13,5 cm
|
Indeks Telur (%)
|
74
|
Luas Permukaan (cm2)
|
68,0 cm2
|
(Indratiningsih dan
Rihastuti, 1996)
Kualitas Telur Interior
Indeks albumen. Menurut Buckle et al., (1987),
indeks albumen bervariasi antara 0,054-0,174. Apabila telur disimpan,
makin lama indeks akan turun dan semakin kecil, ini disebabkan karena putih
telur semakin encer (Card dan Neishein, 1975). Indeks albumen adalah
perbandingan antara tinggi albumen kental dengan setengah dari jumlah
panjang rata-rata dan lebar rata-rata albumen kental dikalikan seratus
persen (Anonimus,2001).
Indeks yolk. Indeks yolk yang baik
berkisar antara 0,40-0,42. Apabila telur disimpan terlalu lama maka indeks yolk
menurun hingga 0,25 atau kurang. Hal ini disebabkan kuning telur semakin encer
dan semakin lebar. Telur yang baru mempunyai indeks yolk sebesar
0,30-0,50 (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). Indeks yolk
dapat dihitung dengan perbandingan antara tinggi yolk dengan diameter
rata-rata yolk dikalikan seratus persen (Anonimus,2001).
Haugh Unit. Haugh
unit adalah logaritma dari tinggi albumen kental dikalikan seratus
dan diadjust dengan berat telur. Digunakan untuk menentukan kualitas telur yang
menyatakan hubungan antara berat telur dengan tinggi albumen kental (Card
dan Neishein, 1973). HU dinyatakan dengan rumus :
HU
= 100 Log ( H + 7,57 – 1,7 W0,37)
Keterangan
: H : tinggi albumen kental (mm),
W : berat telur (gram)
Table 1.4. Klasifikasi telur berdasarkan besarnya HU
Grade
|
Nilai HU
|
A
|
>72
|
A
|
60-72
|
B
|
31-60
|
C
|
< 31
|
(Hadiwiyoto,
1983)
Rongga udara. Rongga
udara sangat berguna sebagai tempat memberi udara sewaktu embrio bernafas.
Kantong udara yang timbul dari telur sangat menguntungkan letaknya bagi calon
anak unggas. Makin besar kantong udara, umur unggas relatif makin lama.
Membesarnya rongga udara disebabkan oleh menguapnya air dalam telur
(Sarwono,1994). Bertambah besarnya rongga udara dipengaruhi oleh bebrapa faktor
antara lain tekstur kerabang, temperatur serta kelembaban udara (Indratiningsih
dan Rihastuti, 1996).
Berat albumen. Albumen terdiri dari empat lapis yaitu lapisan cair luar (23,2%),
lapisan dalam tebal (57,3%), lapisan cair tengah (10,8%) dan chalaziferous
(2,7%) (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). Menurut Hadiwiyoto (1983), putih
telur memiliki berat rata-rata pada tiap telur yaitu 33,0 gram.
Berat yolk. Kuning telur merupakan bagian yang penting dari telur karena mengandung bahan
makanan untuk calon embrio. Menurut Hadiwiyoto (1983), kuning telur memiliki
berat rata-rata pada tiap telur ayam, itik dan sebangsanya sebesar 18,5 gram.
Warna yolk. Kecerahan kuning telur merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menentukan kualitas telur (Sudaryani, 1996). Biasanya warna kuning sampai
orange terletak pada bagian tengah telur terutama telur yang masih baru
(Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). Warna yolk menunjukkan adanya
karotenoid atau prekursor dalam makanannya (Well, 1987). Menurut Sudaryani
(1996), pengukuran warna yolk dengan yolk colour fan maka
warna telur yang baik berada pada kisaran angka 9-12.
Tabel 1.5. Klasifikasi telur interior
AA
|
A
|
B
|
C
|
|
Rongga Udara
|
1/8 INC
|
3/16 INCI
|
3/8 INCI
|
|
HU
|
>72
|
60-72
|
31-60
|
<31
|
Kuning Telur
|
Terpusat
|
Terpusat
|
Keluar
|
agak keluar dari pusat
|
Letak
|
Terang
|
Terang
|
Krg terang
|
|
Kenampakan
|
Tidak ada
|
Ada noda
|
Ada noda
|
noda
|
(Indratiningsih dan Rihastuti, 1996)
Materi dan Metode
Materi
Materi yang digunakan pada praktikum ini antara
lain timbangan digunakan untuk mengukur berat telur, berat kerabang, berat albumen
dan berat yolk. Jangka sorong untuk mengukur panjang telur, lebar telur,
panjang albumen dan diameter yolk. Plat kaca untuk meletakkan
telur yang sudah dipecah. Shell tickness micrometer untuk mengukur tebal
kerabang. Depth micrometer untuk mengukur tinggi albumen kental,
tinggi yolk dan tinggi rongga udara. Yolk colour fan untuk
mengukur warna yolk. Yolk separator untuk memisahkan yolk
dan albumen. Dalam praktikum ini digunakan telur ayam.
Metode
Keadaan, warna dan kebersihan kerabang. Dalam uji ini hanya dilakukan pengamatan langsung.
Uji berat jenis telur.
Telur ditimbang dan diukur volumenya. Pengukuran volume telur dilakukan dengan
memasukan telur ke dalam gelas ukur yang berisi air 900 mL kemudian diukur
perubahan skalanya.
Berat jenis diukur dengan rumus :
klik gambar untuk memperbesar |
Uji indeks telur.
Telur diukur panjang dan lebarnya dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran
masing-masing dilakukan tiga kali kemudian diambil rata-ratanya.
Indeks
telur dihitung dengan menggunakan rumus :
klik gambar untuk memerbesar |
Uji indeks albumen. Telur dipecah kemudian isi ditaruh pada
plat kaca. Tinggi albumen kental diukur pada posisi paling tinggi dengan
menggunakan depth micrometer. Lebar albumen diukur pada posisi
paling pendek dan posisi paling panjang dengan jangka sorong sebanyak tiga kali kemudian dirata-rata.
Indeks albumen
diukur dengan menggunakan persamaan :
klik gambar untuk memperbesar |
Uji indeks yolk. Albumen dan yolk
dipisahkan dengan yolk separator. Kemudian
tinggi yolk diukur dengan depth micrometer sedangkan diameternya diukur
dengan menggunakan jangka sorong sebanyak dua kali kemudian dirata-rata.
Indeks yolk diukur dengan persamaan :
klik gambar untuk memperbesar |
Nilai haugh unit. HU diukur dari data indeks albumen yang
metodenya sama pada pengukuranya.
Nilai HU dihitung dengan persamaan :
HU = 100 Log ( H + 7,57 – 1,7W0,37)
H
: tinggi albumen kental (mm)
W : berat telur (gram )
Tinggi rongga udara.
Telur yang telah dipecah dan dikeluarkan isinya kemudian diukur tinggi rongga
udara dengan menggunakan depth micrometer. Kemudian dibaca skalanya.
Ketebalan kerabang.
Kerabang dibersihkan selaputnya dan diambil sedikit kemudian diukur dengan
menggunakan depth micrometer. Kemudian dibaca skalanya.
Warna yolk. Yolk yang telah dipisahkan kemudian warnanya
dibandingkan dengan yolk colour fan dan dicatat hasilnya.
Berat
albumen dan yolk. Albumen dan yolk yang telah
dipisahkan masing-masing ditimbang.
Berat kerabang.
Kerabang dipisahkan dari selaput yang menempel pada kerabang kemudian ditimbang
dan dicatat hasilnya.
Hasil dan Pembahasan
Kualitas Telur
Eksterior
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel
1.6. Hasil uji kualitas telur eksterior
No
|
Jenis Pengamatan
|
Telur 1
|
Telur 2
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
|
Jenis Telur
Bentuk Telur
Warna Kerabang Telur
Kebersihan Kerabang
Keutuhan Kerabang
Berat Telur (g)
Panjang
Telur (cm)
Lebar Telur
(cm)
Indeks Telur
Volume Telur (ml)
Berat Jenis Telur
|
Layer
Oval
Cokelat
Bersih
Utuh
43,425
5,99
4,4
0,73455%
60
0,72375
|
Layer
Oval
Panjang
Krem muda
Bersih
Utuh
38,380
5,4
4
0,748%
50
0,7676
|
Menurut Soeparno (2001),
kualitas telur merupakan karakteristik dari telur yang menentukan kesegaran
telur. Sebelum menentukan kualitas telur, diperlukan proses grading yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi keragu-raguan atau ketidaksepahaman
terhadap kualitas telur yang seragam. Dalam proses grading ini telur dipisahkan
berdasarkan warna, bentuk, dan berat. Telur
yang digunakan dalam praktikum uji kualitas telur ini adalah telur ayam layer.
Bentuk telur. Telur tidak mempunyai bentuk ukuran yang sama
besar, sehingga bentuk ellipsnya memberikan masalah untuk penanganan secara
mekanis dalam suatu sistem yang kontinyu. Adapun dalam praktikum diperoleh
semua telur berbentuk oval. Bentuk telur dan permukaan telur yang normal
ditentukan oleh magnum, tetapi permukaan telur yang menyimpang dari
keadaan normal (bersih dan utuh) dipengaruhi oleh kondisi abnormal pada isthmus
maupun uterus (Budi,1998).
Warna kerabang. Telur yang digunakan adalah telur ayam ras,
sehingga warna telur yang digunakan dalam praktikum berwarna coklat dan krem
muda. Menurut Hadiwiyoto (1983), warna kerabang telur ras secara umum yaitu
coklat dan putih. Menurut Budi (1998), warna ini dipengaruhi oleh adanya zat
warna yang dikumpulkan dalam kerabang sewaktu pembentukanya dalam isthmus.
Kebersihan kerabang. Hasil pengamatan selama praktikum diperoleh
keadaan telur semuanya bersih. Menurut Hadiwiyoto (1983), berdasarkan
kebersihan, secara estetis telur yang kerabangnya bersih akan lebih menarik
daripada telur yang kerabangnya kotor. Kerabang kotor dapat disebabkan karena
adanya bekas kotoran ayam atau bekas darah. Keutuhan
kerabang. Dari hasil pengamatan ketiga telur dalam kondisi utuh. Semua telur
masuk dalam kelas I, karena telur dalam keadaan utuh dan juga bersih. Menurut
Hadiwiyoto (1983), berdasarkan kebersihan dan keutuhan telur dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan mutu, seperti yang telah ditunjukkan tabel 1.2.
Berat telur. Berat telur hampir selalu tidak sama.
Berdasarkan tabel 1.8., maka dapat
diketahui telur 1 dan 2 termasuk dalam kelas peewee.
Tabel 1.7. Ukuran telur berdasarkan berat telur
Golongan
|
Berat (gram)
|
Jumbo
|
> 65
|
Extra
|
60-65
|
Large
|
55-60
|
Medium
|
50-55
|
Small
|
45-50
|
Peewee
|
<45
|
(Hadiwiyoto, 1983)
Indeks telur. Pengamatan yang diperoleh, telur 1 tidak
sesuai kisaran standar dan telur 2 sesuai kisaran normal. Menurut Soeparno, dkk
(2001), indeks telur ayam yang normal adalah 74, hal ini dipengaruhi oleh
bentuk telur. Indeks telur dihitung dari lebar telur dibagi panjang telur kemudian
dikalikan seratus. Berat jenis telur. Hasil pengamatan telur 1 dan 2 tidak
masuk kisaran normal. Berat jenis normal dikerenakan berat rata-rata diatas 58
gram, seperti yang digunakan dalam teori yaitu 58,0 gram (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996).
Kualitas
Telur Interior
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.8. Uji kualitas interior
No
|
Jenis Pengamatan
|
1
|
Telur
2
|
3
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
|
Tinggi rongga udara
(mm)
Tinggi albumen (mm)
Panjang albumen
(mm)
Lebar albumen
(mm)
Rata-rata
panjang+lebar albumen (mm)
Indeks albumen
(%)
Berat albumen
(g)
Tinggi yolk
(mm)
Diameter yolk
(cm)
Berat yolk (g)
Warna yolk
Nilai haugh unit
Berat kerabang tanpa
selaput (g)
Tebal kerabang (mm)
Tebal kerabang tanpa
selaput (mm)
pH albumen
pH yolk
|
2,30
3,24
14,55
12,49
27,04
25,94
21,995
15,31
4,71
12,835
Kuning (II)
62,89
2,05
0,40
0,38
10
6
|
5,25
3,22
14,76
12,36
27,12
26,05
9,49
15,12
4,27
12,465
10
59,64
4,415
0,47
0,41
9
6
|
4,3
2,65
19,45
16,11
17,78
14,9
17,215
14,355
3,07
9,56
8
72,816
4,17
0,45
0,44
9
6
|
Berat albumen. Ketiga telur yang diamati, tidak ada yang masuk dalam kisaran normal,
hal ini mungkin disebabkan albumen yang tumpah sebelum ditimbang.
Menurut Budi (1998), albumen merupakan bagian terbesar dari komponen
telur, dengan berat rata-rata albumen (telur ayam, itik dan sebangsanya)
yaitu 33,0 gram.
Indeks albumen. Pengamatan diperoleh, indeks albumen pada telur 1 adalah
25,94%, telur 2 adalah 26,05% , dan telur 3 adalah 14,9%. Menurut Buckle et al., (1987), indeks albumen bervariasi antara 0,054-0,174.
Berat yolk. Semua telur yang diamati berada dibawah kisaran normal. Menurut
Hadiwiyoto (1983), berat yolk untuk telur ayam, itik dan sebangsanya
rata-rata sebesar 18,5 gram. Menurut Stadelman dan Cotteril (1994), berat yolk
dipengaruhi oleh lama peneluran, rata-rata kuning telur yang dihasilkan dari
peneluran jangka pendek maupun jangka panjang, umur dan telur yang mempunyai
berat yolk lebih kecil proporsi kuning telur lebih besar jika
dibandingkan dengan telur yang mempunyai ukuran lebih besar.
Warna kuning telur. Telur yang diamati memiliki warna kuning hingga orange. Telur yang
diamati memiliki wara yolk kuning (II), 10, dan 8. Menurut Scott et
al., (1982), selain dipengaruhi faktor genetik, warna kuning telur juga
dipengaruhi kadar pewarna alami dalam pakan, juga dipengaruhi kadar karotennya.
Menurut Indratiningsih dan Rihastuti (1996), kuning telur merupakan bagian yang
penting karena mengandung bahan makanan untuk calon embrio dan biasanya
berwararna kuning sampai oranye terletak pada bagian tengah telur terutama
telur yang masih baru.
Nilai Haugh Unit (HU). Telur 1 memiliki NHU 62,89. Telur 2
memiliki NHU 59,64. Telur 3 memiliki NHU 72,816. Menurut Stadelman dan
Cotterill (1994), HU adalah cara terbaik untuk mengukur kualitas telur dan
merupakan hubungan antara berat telur dengan albumen, dimana semakin
tinggi nilai HU menunjukkan kualitas
telur semakin baik. Terdapat koreksi antara tinggi albumen
dan nilai HU.
Berat kerabang. Pengamatan menunjukkan ketiga telur memiliki berat kerabang dibawah
rata-rata, hal tersebut dapat dikarenakan manajemen pakan yang kurang baik bagi
ayam layer sehingga telurnya kekurangan mineral. Menurut Hadiwiyoto (1983),
berat telur rata-rata untuk ayam, itik dan sebangsanya adalah 6,0 gram.
Tebal kerabang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketiga telur memiliki tebal
kerabang mendekati literatur. Menurut Indratiningsih dan Rihastuti (1996),
tebal kulit telur yang berwarna putih yaitu 0,44 mm, sedangkan yang berwarna
coklat 0,51 mm. Faktor yang mempengaruhi ketebalan kerabang antara lain waktu
peneluran, umur ayam, jenis ayam dan pakan.
Rongga udara. Tinggi rongga telur 1 adalah 2,3 cm, serta telur 2 dan 3
masing-masing adalah 5,25 cm dan 4,3 cm. Menurut Sarwono (1994), makin besar
kantung udara, umur telur relatif lama, dan membesarnya rongga udara disebabkan
oleh menguapnya air dalam isi telur. Sedangkan menurut Indratiningsih dan
Rihastuti (1996), faktor yang menyebabkan membesarnya rongga udara yaitu
tekstur kerabang, temperatur serta kelembaban lingkungan, dan tingginya
dikelompokkan menjadi 4 kelompok seperti yang ada pada tabel 1.9.
Table 1.9.
Klasifikasi telur interior
klik gambar untuk memperbesar |
(Indratiningsih dan Rihastuti ,1996)
Kesimpulan
Kualitas
eksterior meliputi bentuk telur, telur yang diamati memiliki dua macam bentuk
yaitu oval dan oval panjang. Warna kerabang, telur-telur memiliki warna
kerabang coklat dan krem muda. Kedua telur memiliki kebersihan dan keutuhan
yang baik. Berdasarkan berat telur, ketiga telur masuk dalam kelas peewe.
Indeks telur dari dua telur yang diamati berada dibawah kisaran normal, kecuali
telur kedua. Berat jenis kedua telur berada dibawah kisaran normal.
Kualitas
interior meliputi, berat albumen: hampir semua telur memiliki berat albumen
dibawah kisaran normal. Begitu pula untuk indeks albumen yang melebihi
dari kisaran normal. Kondisi sama juga ditemukan pada pengukuran berat yolk,
dimana semua telur beada dibawah kisaran normal. Warna yolk, telur 1, 2,
dan 3 masing-masing adalah kuning (II), 10, dan 8. Nilai Haugh Unit
telur 1 dan 2 berada pada grade A dan telur 3 pada grade AA.
Berat kerabang, ketiga telur memiliki tebal kerabang yang mendekati kisaran
normal. Rongga udara, telur 1 masuk kedalam grade AA, begitu pula pada
telur 2 dan 3.
Jadi untuk
menentukan kualitas telur, paling baik digunakan adalah dengan penentuan nilai Haugh
Unit, dimana satu dari ketiga telur masuk dalam katagori AA atau sangat
baik, dan sisanya masuk dalam kategori A atau baik, sehingga layak untuk
dikonsumsi.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2001. Hand Out Praktikum Dasar Teknologi
Hasil Ternak. Jurusan THT, Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.
Buckle, K, A, R A. Edward., G.H.Fleet, M. Wotton. 1987. Food Science. Australia Vice Chancellorst Commite. Sidney.
Budi, Tri Akoso. 1998. Kesehatan Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.
Card, et al. 1975. Poultry Production.
11 th ed Lea and Fibinger. Philadelpia.
Indratiningsih dan Rihastuti. 1996. Dasar
Teknologi Hasil Ternak Susu dan Telur. Fakultas
peternakan UGM. Yogyakarta.
Sarwono,
B.1994. Pengawasan dan Pemanfaatan
Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suparno. 2001. Dasar Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Soewedo, H. 1983. Hasil-hasil Olahan susu,
Ikan, Daging dan Telur. Liberty. Yogyakarta.
Stadelman , et al. 1977. Egg Science and
Tecnology. The Avi Publishing Company Inc Westport Conneticut. California.
Yuwanta, T. 1983. Beberapa Metode Praktis
Penetasan Telur. Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta. Sudaryani, T.1996. Kualitas
Telur.Penebar Swadaya. Tangerang.
Ko per
ReplyDelete