Biokimia Dasar (Karbohidrat)
Tinjauan Pustaka
Klik gambar untuk memperbesar |
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul
karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. (Irawan, 2007)
Karbohidrat adalah molekul hidrogen yang dibina atas hidrogen
C (karbon, zat arang), H (hidrogen, zat air) dan O (oksigen, zat asam), Seperti
halnya protein, karbohidrat adalah senyawa polimer, monomernya ialah gula atau
sakarida. Secara umum rumus kimianya ditulis Cm(H2O)n. Huruf m dan n
menunjukkan angka. Jumlahnya 2 atau lebih. Molekul ini dibedakan atas jumlah
monomernya. (Rahayu, 2003)
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa
hidrogen yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen dan oksigen. Bentuk
molekul karbohidrat paling sederhana terdiri satu molekul gula sederhana.
Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang
terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-cabang. (Suhardjo, 2000)
Karbohidrat mempunyai struktur kimia yang mengandung C, H dan
O. Semakin kompleks susunan kimia, maka akan semakin sulit dicerna. Hidrogen
dan oksigen biasanya berada dalam rasio yang sama seperti yang terdapat dalam
molekul air yaitu H2O (2H dan 1O). (Widodo, 2005)
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang
mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen dan pada umumnya unsur hidrogen
dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. (Hutagalung,
2004)
Karbohidrat adalah senyawa organik netral yang berupa
polihidroksi aldehida ataupun polihidroksi-keton dengan formula empiris Cx(H2O)n
dengan ketentuan sebagian besar nilai n sama dengan 3 atau lebih. Disamping
unsur penyusun karbohidrat berupa C, H dan O ada juga karbohidrat yang
mempunyai unsur lain yang berupa fosfor (P), nitrogen (N), atau sulfur (S).
Bentuk polihidroksi-aldehida disebut juga dengan nama aldosa dan yang bentuk
polihidroksi keton disebut dengan nama ketosa. Kedua bentuk karbohidrat tersebut
dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
1.
Golonga gula yang terdiri dari monosakarida dan oligosakarida
2.
Golongan non-gula yang terdiri dari polisakarida dan karbohidrat kompleks.
Polisakarida
juga disebut glikan terdiri dari 2 kelompok yaitu;
1. Homoglikan;
yang hanya tersusun dari unit-unit monosakarida sehingga pada hidrolisis hanya
akan menghasilkan monosakarida misalnya glukan akan menghasilkan glukosa.
2.
Heteroglikan; yaitu glikan yang bila dihidrolisis akan menghasilkan
monosakarida dan derivatnya. (Kamal, 1994)
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi, gelas
ukur, pipet tetes, penyaring, pengaduk, penjepit tabung, pemanas dan mikroskop.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain glukosa, laktosa,
fruktosa, sakarosa, selulosa, pati (amilum), maltosa, arabinosa, HCl encer, HCl
pekat, H2SO4, Na2CO3, Na-Asetat padat, asam asetat, fenilhidrazin padat,
R.Molisch, R.Luff, R.Benedict, R.Selliwanoff dan timol biru.
Metode
Uji
Mereduksi.
Uji Benedict. Larutan benedict dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 3 ml. Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 1
ml 0,01 M, 0,02 M dan 0,04 M glukosa. Masingmasing tabung dipanaskan dalam
p[enangas air mendidih selama 10 menit. Kemudian endapan merah bata yang
dihasilkan diamati dan dibandingkan.
Uji Luff. 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 0,02 M fruktosa,
0,02 M glukosa, 0,02 M laktosa, 0,02 sakarosa dan 0,02 pati. Kemudian ke dalam
masing-masing tabung ditambahkan 1 ml larutan buff encer lalu dicampur dan
dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 15 menit, kemudian endapan
merah bata yang dihasilkan diamati dan dibandingkan.
Pengaruh
Asam (dehidrasi)
Uji Molisch. Ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing diisikan larutan 1 ml
0,02 M glukosa, 0,01 furforal, 0,01 selulosa dan 0,7 % larutan pati. Kemudian
pada masing-masing tabung ditambahkan 5% naftol (R. Molisch) dan 3 ml H2SO4 melalui
dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan. Perbedaan warna pada batas lapiran
masing-masing diamati dan dibandingkan.
Uji Selliwanoff. Ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing diisikan larutan 1 ml
0,01 M glukosa dan 2 ml 0,01 M fruktosa, ditambahkan 2 ml asam klorida pekat.
Masing-masing larutan dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit.
Kemudian ditambahkan 0,05 ml 0,5 % larutan reorsinol (dalam alkohol) dan
perubahan warna yang timbul dicatat.
Pembentukan
Osazon.
Uji fenilhidrazina. Ke dalam 3 tabung msing-masing diisi dengan 5 ml 0,01 M
glukosa, 5 ml 0,01 fruktosa dan 5 ml 0,01 arabinosa kemudian ditambahkan asam
asetat, fenilhidrazin dan Na asetat padat. Masingmasing larutan disaring dalam
tabung kosong dan dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit, lalu kristal
yang terbentuk dilihat dalam mikroskop.
Hasil
Hidrolisis.
Uji Benedict. Ke dalam 3 tabung reaksi dimasukkan 5ml larutan sakarosa, 5ml
laktosa dan 5ml maltosa, ditambahkan HCl encer dan timol biru. Pada
masing-masing larutan dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1 didihkan selama 30
menit sementara tabung 2 dibiarkan dingin. Kemudian pada masing-masing larutan
ditambahkan 2% Na2CO3, lalu kedua tabung diuji dengan uji benedict.
Uji Selliwanoff. 2 ml HCl pekat dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang
masing-masing beisi 2ml larutan sakarosa, maltosa dan laktosa. Kemudian
masing-masing larutan dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1 didihkan selama 30
menit sementara tabung 2 dibiarkan dingin dan ditambahkan 0,5 ml 0,5 %
resorsinol kemudian perubahan warna yang terjadi diamati.
Uji Hasil Hidrolisis Amilum. 10 ml larutan 1% dicampur dengan 3ml
3 M larutan HCl kemudian dipanaskan dalam penangas air mendidih. Setiap 3 menit
larutan ditetesi dengan uji yod sampai uji yod sudah negatif, lalu waktu
dan perubahan warna dicatat. Larutan dinetralkan dengan Na2CO3 lalu diuji
dengan benedict.
Hasil dan Pembahasan
Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber
energi utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur utama,
yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Jenis-jenis karbohidrat sangat
beragam dan dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-atomnya,
panjang/pendeknya rantai serta jenis ikatan antara karbohidrat yang satu dengan
lain. Dari kompleksitas strukturnya dikenal kelompok karbohidrat sederhana
(seperti monosakarida dan disakarida) dan karbohidrat dengan struktur yang
kompleks atau polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa).
Di samping itu, terdapat oligosakarida (stakiosa, rafinosa, fruktooligosakarida,
galaktooligosakarida) dan dekstrin yang memiliki rantai monosakarida yang lebih
pendek dari polisakarida. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal
dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana
mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula. Melihat struktur
molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai suatu polihidroksialdehid
atau polihidroksiketon. Contoh glukosa; adalah suatu polihidroksi
aldehid karena mempunyai satu gugus aldehid dan 5 gugus hidroksil (OH) dan
fruktosa; adalah suatu poli hidroksi keton karena menpunyai satu gugus keton
dan 5 gugus hidroksil (OH).
Pada percobaan ini, dilakukan pengujian daya mereduksi
karbohidrat pada larutan glukosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda
menggunakan larutan benedict. Dari percobaan yang dilakukan, masingmasing
glukosa yang dipanaskan dengan uji benedict mula-mula berwarna biru muda
kemudian berubah menjadi biru tua dan menghasilkan endapan merah bata.
Banyaknya endapan merah bata yang dihasilkan oleh larutan glukosa tersebut
sangat bervariasi tergantung konsentrasi larutan. Semakin tinggi konsentrasi
larutan yang digunakan, maka semakin banyak pula endapan merah bata yang
dihasilkan. Endapan merah bata tersebut terbentuk karena adanya Cu2+ dalam
larutan benedict yang dapat direduksi oleh gugus reduksi pada glukosa menjadi
Cu+.
Pada uji luff, dilakukan pengujian beberapa larutan sakarida
yaitu fruktosa, glukosa, laktosa, sakarosa dan amilum (pati). Dari percobaan
yang dilakukan, larutan glukosa (aldosa), fruktosa (ketosa) dan laktosa yang
merupakan gabungan antara glukosa dan fruktosa dengan ikatan (1-4)-a-
glikosidik dapat menghasilkan endapan merah bata karena mempunyai gugus reduksi
bebas yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ membentuk Cu2O3 (endapan merah bata).
Sedangkan pada larutan sakarida dan amilum tidak menghasilkan endapan merah
bata karena sakarosa merupakan gabungan antara glukosa dan fruktosa dengan
ikatan (1-2)-a- glikosidik sehingga tidak mempunyai gugus reduksi bebas
sementara amilum (pati) marupakan polisakarida yang harus diubah menjadi
disakarida dan monosakarida terlebih dahulu baru menjadi furfural untuk dapat
bereaksi dengan larutan luff menghasilkan endapan merah bata.
Untuk mengetahui pengaruh asam pada karbohidrat, dilakukan
uji molisch dan uji selliwanoff. Pada uji molisch, larutan yang digunakan
adalah furfural, glukosa, selulosa dan pati. Masing-masing larutan tersebut
dipanaskan dengan ditambahkan larutan molisch dan H2SO4 pekat lewat dinding . Masing-masing
larutan yang mula-mula berwarna bening kemudian berubah warna dan pada beberapa
larutan mulai terlihat cincin ungu yang terbentuk. Pada larutan furfural,
cincin ungu yang terbentuk sangat banyak karena furfural tersebut bisa langsung
terdehidrasi oleh asam pekat dan uji molisch yang dipanaskan sehingga apabila
bereaksi dengan alfa naftol atau timol dalam alkohol akan membentuk suatu
senyawa yang berwarna. Pada larutan glukosa, cincin ungu yang terbentuk
jumlahnya sedikit, karena glukosa harus mengalami dehidrasi terlebih dahulu untuk
menjadi furfural sedangkan pada selulosa dan amilum, cincin ungu yang tebentuk
sangat sedikit karena kedua-duanya merupakan polisakarida yang harus
terdehidrasi terlebih dahulu menjadi disakarida dan momosakarida menjadi
furfural untuk membentuk senyawa berwarna.
Pada uji selliwanoff, dilakukan untuk mengetahui adanya gugus
keton pada karbohidrat. Larutan yang digunakan adalah glukosa dan fruktosa.
Pada larutan fruktosa setelah penambahan HCl pekat dan larutan selliwanoff
serta pemanasan dengan penangas mendidih, larutan yang mula-mula berwarna
bening kemudian berubah menjadi merah, sedangkan pada larutan glukosa warna
tetap bening (tidak mengalami perubahan). Hal ini membuktikan bahwa di dalam
larutan fruktosa terdapat gugus keton yang apabila dipanaskan dengan penambahan
asam pekat akan terdehidrasi menjadi hidroksi metil furfural yang selanjutnya
akan bereaksi dengan resorsinol (dalam reagen selliwanoff) membentuk senyawa
berwarna merah.
Uji fenilhidrazina, dilakukan untuk mengetahui pembentukan
osazon pada karbohidrat. Larutan glukosa dan fruktosa masing-masing ditetesi
dengan asam asetat anhidrid dan dipanaskan dengan penambahan fenilhidrazin
padat dan natrium asetat padat. Setelah diuji, larutan glukosa yang awalnya
berwarna kuning kemudian menghasilkan sedikit gumpalan sedangkan pada larutan
fruktosa awalnya berwarna kuning pekat kemudian menghasilkan banyak gumpalan
yang merupakan osazon. Hal ini menandakan bahwa monosakarida pada keadaan asam
dengan pemanasan 100oC dan penambahan fenilhidrazina berlebihan akan
bereaksi membentuk fenil osazon.
Untuk mengetahui hasil hidrolisis pada karbohidrat, dilakukan
uji benedict dan uji selliwanoff. Pada uji benedict, larutan yang digunakan
adalah maltosa dan laktosa. Pada larutan maltosa ditambahkan larutan timol biru
dan HCl encer lewat dinding tabung, sedangkan pada larutan laktosa ditambahkan
larutan timol biru dan HCl pekat lewat dinding tabung. Masing-masing larutan
tersebut dibagi menjadi 2. Tabung 1 didihkan selama 30 menit, didinginkan dan
ditambahkan Na2CO3 lalu diuji benedict, sedangkan larutan 2 dibiarkan dingin
dan ditambahkan Na2CO3 dan diuji benedict. Larutan yang awalnya dipanaskan
terlebih dahulu ternyata dapat menghasilkan endapan merah bata yang banyak
sedangkan larutan yang tidak dipanaskan, endapan merah bata yang dihasilkan
sedikit. Hal ini disebabkan karena dengan adanya pendidihan menyebabkan
terjadinya proses hidrolisis sempurna sehingga menghasilkan gugus reduksi bebas
yang lebih banyak, sedangkan tanpa pemanasan proses hidrolisis tidak bereaksi
sempurna sehingga endapan yang dihasilkan akan sedikit.
Pada uji selliwanoff, dilakukan untuk mengetahui adanya gugus
keton pada karbohidrat. Larutan yang digunakan adalah sukrosa, maltosa dan
laktosa. Pada masing-masing larutan ditambahkan larutan HCl pekat, didihkan
selama 30 menit, didinginkan dan ditambahkan larutan selliwanoff. Larutan
sukrosa yang mula-mula berwarna bening kemudian berubah menjadi merah karena
mengandung gugus keton, sedangkan pada larutan maltosa dan laktosa warna tetap
bening (tidak berubah). Hal ini disebabkan karena dengan adanya pendidihan
menyebabkan terjadinya proses hidrolisis pada sukrosa menjadi fruktosa dan
glukosa sehingga menghasilkan gugus keton, sedangkan pada laktosa, larutan akan
terhidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa san pada maltosa larutan akan
terhidrolisis menjadi glukosa dan glukosa sehingga meskipun larutan tersebut
sudah terhidrolisis sempurna namun larutan tersebut tetap bening (tidak berubah
warna) karna tidak terkandung gugus keton di dalamnya.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa monosakarida seperti glukosa dan fruktosa merupakan sakarida
(karbohidrat) yang mengandung gugus reduksi, sehingga ketika diuji dengan
R.Benedict dan Luff dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ membentuk Cu2O (endapan
merah bata) dan ketika direaksikan dengan uji molisch maupun uji selliwanoff
dengan penambahan asam pekat menghasilkan furfural dan membentuk senyawa
berwarna. Ketika direaksikan dengan fenilhidrazina berlebihan membentuk osazon.
Sedangkan hasil hidrolisis sakaridanya, ketika diuji benedict menghasilkan
endapan merah bata dan ketika diuji selliwanoff menghasilkan senyawa berwarna
(mengandung gugus keton). Pada uji polisakarida, larutan amilum yang
ditambahkan asam kuat dan uji iod ternyata menghasilkan larutan berwana kuning
dan berubah menjadi biru ketika diuji dengan bebedict. Hal ini membuktikan
bahwa di dalam amilum tersebut mengandung sakarida yang apabila direaksikan
dengan benedict akan menghasilkan senyawa berwarna.
Daftar
Pustaka
Hutagalung, Halomoan. 2004. Ilmu Gizi.
Medan : USU Press
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Irawan. 2007. Nutrisi dan Makanan.
Jakarta : Niaga Swadaya
Rahayu, Imam. 2003. Praktis Belajar
Kimia. Surabaya : Grafindo Media Utama
Suhardjo. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu
Gizi. Yogyakarta : Kanisius
Widodo,Wahyu. 2005. Nutrisi dan Pakan
Unggas. M
Comments
Post a Comment