Biokimia Nutrisi (Penetapan Kadar Phosphor)
Tinjauan Pustaka
Klik gambar untuk memperbesar |
Phosphor pada tubuh terutama terdapat bersama dengan Ca dalam tulang. Pada
jaringan yang lain P terdapat phospoprotein atau asam nukleat sebagai
polipeptida. Jumlah P dalam tubuh lebih sedikit dari pada Ca. Jumlah P pada
tulang dan gigi hanya mencapai 80 % sedang jumlah Ca mencapai 90 % dari seluruh
jumlah Ca dan P yang dalam tubuh. Dalam serum terdapat P sebanyak 4 - 12 mg per
100 cc (Kamal, 1982).
Fosfor memiliki peranan penting
dalam otot, metabolisme energi, metabolisme karbohidrat, asam amino dan lemak,
metabolisme jaringan syaraf, kimiawi darah normal, pertumbuhan kerangka dan
pengangkutan asam lemak serta lipida lainnya. Darah mengandung kurang lebih 35
– 45 mg fosfat per 100 ml. Hanya sekitar 10 % terdapat dalam bentuk fosfat anorganik.
Biasanya terdapat suatu hubungan terbalik antara serum kalsium yang tersebar
dan serum fosfat anorganik (Anggorodi, 1985).
>
Phospor berfungsi sebagai bagian
dari struktur gigi dan tulang. Sekitar 80 % berada dalam bentuk kalsium fosfat kristal yang tidak larut, yang
memberikan kekuatan pada gigi dan sisanya (20 %) di distribusi dalam tiap sel
dan dalam cairan di luar sel bersama dengan karbohidrat, lipid, protein serta
senyawa lainnya. Peyerapan fosfor dibantu oleh vitamin D dan disekresi melalui
urin. Fosfor dalam makanan dapat diserap oleh tubuh sekitar 70 %. Kekurangan
fosfor mengakibatkan demineralisasi tulang dan terjadi pertumbuhan kurang baik
(Poedjiadi, 1994).
Secara biokimia dan fisiologi, P
adalah mineral yang penting untuk metabolisme. Sebuah sel dalam tubuh
mengandung P-organik, yang ikut serta di semua fungsi dari sel. Sebagai bagian
dari ATP dan ADP yang mempunyai peranan dalam proses – proses bioenergi,
transduksi energi untuk aktivasi sel. Fosforilasi adalah suatu langkah mutlak
yang harus ada dalam metabolisme monosakarida (Tilman et al., 1986).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah silica disk, penangas air, kertas saring
bebas abu, labu ukur, lakmus biru, pipet tetes dan tabung Erlenmeyer.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah abu, HCl
10 %, HCl pekat, aquadest, AgNO3, dan
campuran H2O dengan HNO3 – Vanado – Molibdat.
Metode
Preparasi Sampel. Abu hasil
penetapan kadar abu ditambahkan 10 ml HCl pekat dan dipanaskan dalam penangas
hingga volume maksimalnya tersisa sepertiga bagian. Kemudian ditambah dengan
HCl 10 % dan dipanaskan kembali hingga volumenya sepertiga bagian, setelah itu
ditambah dengan aquadest dan dipanaskan selama 10 menit. Kemudian disaring
dengan kertas saring bebas abu kedalam labu ukur 500 ml dan dicuci dengan air
panas sampai bebas asam (dicek dengan lakmus biru), untuk mengetahui filtrat
telah bebas asam dapat di tes dengan menggunakan AgNO3. kemudian ditambah air sampai tanda batas pada labu
ukur. Filtrate disimpan untuk percobaan penetapan kadar Ca dan P.
Penentuan Kadar Phosphate. 0,5
ml larutan hasil preparasi sampel dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan larutan campuran H2O dengan
HNO3 – Vanado –
Molibdat (7:2) sebanyak 4,5 ml, dicampur kemudian ditunggu selama 30 menit,
kemudian dibaca pada spektronik dengan panjang
gelombang 470 nm. Aquadest sebagai pembanding (blanko).
Perhitungan:
Y = 0,01176 + 0,002277 X
Y = Absorbansi
X = Kadar P
X x faktor
pengenceran (µ)
Kadar P (%) =
—————————————x 100%
berat sampel (g)
Hasil dan Pembahasan
Pada pembuatan blanko, 1 ml aquadest ditambahkan campuran H2O dengan HNO3-Vanado-molibdat
(7:2), dicampur dan ditunggu selama 30 menit dan dibaca pada spektonik dengan
panjang gelombang 470 nm. Penentuannya adalah sampel disedot dengan menggunakan
pipet kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi
dan ditambahkan ke dalamnya larutan campuran H2O dengan HNO3-Vanado-Molibdat (7:2), dicampur dan ditunggu selama 30
menit. Dibaca pada spektonik dengan panjang gelombang 470 nm, aquadest sebagai
pembanding (blanko). Hasil dari praktikum didapat kadar phoshor tepung tulang
adalah 25%. Hal ini berbeda dengan teori menurut Tillman et al (1998),
bahwa dalam tepung tulang dibakar mengandung P sebesar 13%. Perbedaan ini
terjadi karena faktor pengenceran yang dilakukan praktikan, pengenceran yang
dilakukan dalm praktikum kali ini masih kurang karena kadar P(%) praktikum
masih setengah kali dari kadar P(%) dasar teorinya. Menurut Anggorodi (1985),
bila penggunaan kalsium lebih banyak daripada phosphor maka kelebihan kalsium
tidak dapat diserap oleh tubuh, kelebihan kalsium tersebut bergabung dengan phosphor
membentuk tricalsium phosphat yang tidak larut, sebaliknya kelebihan
phosphor akan mengurangi penyerapan kalsium dan phosphor.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah semakin besar
nilai P maka berat sampel akan semakin kecil dan apabila semakin kecil harga P
maka berat sampel akan semakin kecil. Jadi, besarnya nilai P berbanding
terbalik dengan nilai berat sampel. Disamping itu, faktir pengenceran
berbanding lurus dengan nilai P, jika nilai P besar maka nilai faktor
pengenceran juga akan diperbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Ternak Unggas. Fakultas
Peternakan Institut pertanian Bogor. UI Press. Jakarta.
Kamal, M. 1982. Ilmu Makanan Ternak Umum. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar – Dasar
Biokimia. UI Press. Jakarta.
Lampiran
Pada praktikum penentuan kadar phosphor digunakan persamaan sebagai
berikut:
X x
faktor pengenceran (µ)
Kadar P (%) =
—————————————x 100%
berat sampel (g)
Diketahui: Y :
0,74
Faktor
Pengenceran : 475 x 5 = 2.375
Berat sample : 2,072
Ditanyakan: Kadar
P (%)
Jawab:
Y
= 0,001176 + 0,002277 X
0,502 =
0,001176 + 0,002277 X
0,50024 =
0,002277 X
X
= 219, 69 µ
X x faktor
pengenceran (µ)
Kadar P (%) =
—————————————x 100%
berat sampel (g)
219,69
x 2375 x 0,000001 g
Kadar P (%) =
—————————————x 100%
2,072 g
0,52
Kadar P (%) =
————x 100%
2,072
% P = 25%
Jadi dapat
diketahui bahwa Kalsium dalam abu sebanyak 25%.
Comments
Post a Comment