Fisiologi Ternak (Faali)

Tinjauan Pustaka
Fisiologi Ternak (Faali)
Klik gambar untuk memperbesar

Pulsus. Pulsus merupakan denyut jantung. Denyut jantung dipengaruhi oleh temperatu lingkungan, ketinggian tempat, kelembaban, stress, penyakit, dll. Setiap kontraksi sistolik dari ventrikel kiri mendorong lebih banyak darah ke dalam arteri dan arteriol yang telah terisi oleh darah dari tekanan diastolic. Darah tambahan pada setiap systole akan lebih memekarkan arteri. Gelombang tekanan sistolik yang bermula di jantung dan menyebar ke seluruh jaringan arterial disebut pulsa. Gelombang ini dapat dirasakan di dalam arteria didekat permukaan badan terutama apabila arteri dapat ditekan kea rah tulang yang terdapat di dekatnya ataupun kea rah struktur lain yang padat (Frandson, 1992).
Pada ternak besar, pulsus dapat dirasakan pada arteri fasial yang terdapat di sekitar ramus horizontal dari mandibula atau juga dapat dirasakan pada arteri caudal atau koksigeal tengah dari permukaan ventral ekor. Arteri femoral pada sisi medial paha mudah diraba. Pada anjing, domba, dan kambing, pulsa ini dapat dirasakan pada arteri digital (Frandson, 1992).
Jantung merupakan suatu organ tubuh yang dapat menerima darah dari arteri dan memompa darah tersebut melalui ventrikel ke jaringan dalam tubuh dan darah kembali ke jantung lagi. Jantung dibungkus oleh lapisan pericardium yang terdiri dari dua lembaran yang disebut lamina dan parientalis. Keduanya membatasi suatu ruang yang disebut pericardium, didalamnya terdapat cairan pelumas jantung jantung yaitu linguar pericardium (Suwasono, 1990).
Secara umum kecepatan denyut jantung yang normal cenderung lebih besar pada hewan-hewan dan kemudian semakin lambat dengan semakin besarnya ukuran hewan, sebagai contoh jantung tikus berkisar 325 sampai 850 kali dalam tiap menit. Sedangkan denyut jantung gajah hanya berkisar 20 kali dalam tiap menitnya. Kisaran denyut jantung normal berbagai jenis ternak dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tabel I.1. Kisaran pulsus pada berbagai hewan ternak.
Hewan
Rata-rata pulsus (kali/menit)
Kisaran (kali/menit)
Sapi
65
60 – 70
Kambing
90
70 – 135
Kelinci
205
123 – 305
Ayam
225
180 – 450
Domba
90
70 – 135
                                                                                                          (Smith, 1988)

Respirasi. Respirasi yaitu aksi fisik dengan pertolongan udara yang keluar dan masuk melalui paru-paru secara teratur. Dua fungsi utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen untuk tdarah dan mengambil karbondioksida dari darah. Fungsi sekunder respirasi antara lain membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstra seluler dalam tubuh, membantu pengendalaian suhu tubuh, eliminasi air dan fonasi. Dalam fisiologi, respirasi termasuk semua proses kimia dan fisik dimana suatu organism menukar udara dalam lingkungannya. Bentuk respirasi yang paling sederhana adalah antara organism dengan lingkungannya secara langsung. Oksigen akan di bawa oleh darah menuju jaringan sedangkan karbondioksida diambil dari jaringan oelh darah, selanjutnya dikeluarkan oleh paru-paru bersama udara bebas (Frandson, 1992).
Respirasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu: Respon fisiologis akibat berubahnya temperatur lingkungan, Temperatur lingkungan, Suhu tubuh, Ukuran tubuh, dan keadaan bunting (Smith, 1988).
Tabel I.2. Kisaran normal respirasi pada berbagai ternak.
Hewan
Rata-rata respirasi (kali/menit)
Kisaran normal (kali/menit)
Unggas
23
15 – 40
Sapi
20
24 – 42
Kambing
19
26 – 54
Kelinci
-
37
Domba
19
26 – 54
                                                                                                           (Smith, 1988)

Temperatur Rektal. Temperatur rektal merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengetahui temperatu tubuh yang paling mudah pada ternak. Caranya dengan memasukkan termometer kedalam rectum. Dalam proses metabolism tersebut akan dihasilkan panas dan oleh darah panas tersebut akan dibawa ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas. Hal inilah yang disebut dengan temperatur rectal (Dukes, 1993).
Menurut hubungan lingkungan dan temperatur tubuh, hewan vertebrata dibedakan atas hewan homoioterm yaitu hewan yang temperatur tubuhnya relatif konstan, dan hewan poikiloterm yaitu hewan yang temperatur tubuhnya dipengaruhi secara langsung oleh lingkungannya.
Data temperatur rectal dari berbagai hewan:
Tabel 1.3, Kisaran temperatur rektal
Hewan
Rata-rata temperature (oC)
Kisaran (oC)
Sapi
38,3
36,7 – 39,3
Kambing
39,1
38,5 – 39,7
Kelinci
39,5
38,5 – 40,0
Ayam
41,7
40,6 – 43,0
Domba
39,1
38,3 – 39,9
Babi
39,2
38,7 – 39,8
                                                                                                             (Smith, 1988)


Materi dan Metode

Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah thermometer rectal, stetoskop, counter, arloji, probandus ( kelinci, ayam, kambing, dan domba).

Metode
Respirasi. Pertama-tama punggung telapak tangan didekatkan pada hidung ternak sehingga terasa hembusannya atau dengan mengamati kembang kempisnya perut. Percobaan ini dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata.
Pulsus. Untuk sapi yang diraba adalah pangkal ekornya sehingga terasa denyutan arteri caudalisnya. Untuk domba atau kambing yang diraba adalah pangkal pahanya sehingga terasa denyutan arteri femuralisnya. Untuk kelinci dan ayam yaitu dengan menempelkan stetoskop pada bagian dada sehingga terdengar detak jantungnya. Percobaan ini dilakukan selama 1 menit sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata.
Temperatur rektal. Pertama-tama skala thermometer dinolkan dengan cara dikibas-kibaskan dengan hati-hati. Kemudian thermometer dimasukkan ke dalam rektum ± 1/3 bagian thermometer selama 1 menit, sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata.


Hasil dan Pembahasan

Respirasi. Data respirasi hasil praktikum ditunjukkan pada table 2.1,
Tabel 2.1, Hasil pengukuran respirasi pada hewan ternak.
Probandus
Rata-rata Respirasi (kali/menit)
Sapi jantan
39,3
Sapi betina
24,6
Kambing jantan
46,6
Kambing betina
52
Domba jantan
109,3
Domba betina
58,6
Kelinci jantan
209,3
Kelinci betina
192,3
Ayam jantan
61
Ayam betina
56

Hasil pengukuran respirasi pada sapi jantan adalah rata-rata 39,3 kali / menit. Hasil ini menunjukkan bahwa respirasi pada sapi jantan berada pada kisaran normal karena kisaran normalnya adalah 24-42 kali/menit. Sedangkan untuk sapi betina didapat hasil rata-rata respirasinya 24,6 kali/menit. Menurut Smith (1988), respirasi normal sapi adalah 24-42 kali /menit. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kedua jenis sapi ini yaitu jantan maupun betina dalam keadaan sehat.
Hasil pengukuran respirasi pada ternak kambing jantan adalah rata-rata respirasinya 46,6 kali/menit. Sedangkan untuk kambing betina rata-rata respirasinya adalah 52 kali/menit. Menurut Smith (1988) kisaran normal respirasi kambing adalah 26-54 kali/menit. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kedua jenis kambing ini yaitu jantan maupun betina dalam keadaan sehat.
Hasil pengukuran respirasi domba jantan didapat hasil rata-rata 109,3 kali/menit. Sedangkan untuk domba betina didapat nilai rata-rata respirasi 58,6 kali/menit. Menurut Smith (1988), kisaran normal respirasi domba adalah 26-54 kali/menit. Menurut Smith (1988) respirasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu: respon fisiologis akibat berubahnya temperatur lingkungan, temperatur lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh, dan keadaan bunting. Jadi kambing hal ini dapat diakibatkan oleh faktor-faktor tersebut.
Hasil pengukuran respirasi kelinci jantan adalah 209,3 kali/menit. Sedangkan untuk kelinci betina didapat angka 192,3 kali/menit. Menurut Smith (1988), kisaran normal respirasi kelinci adalah 37 kali/menit. Jadi kisaran respirasi kelinci yang diuji sangat jauh dari kisaran normal. Hal ini mungkin terjadi karena faktor dari probandus serta faktor dari lingkungan, misalnya aktifitas gerak, kenaikan suhu lingkungan, kenaikan kelembaban, dan faktor stress pada ternak.
Hasil pengukuran respirasi ayam jantan didapat hasil rata-rata 61 kali/menit. Dan untuk yang betina didapat hasil rata-rata 56 kali / menit. Menurut Smith (1988), kisaran respirasi ayam atau unggas adalah 15-40 kali/menit.Jadi respirasi ayam berada diatas kisaran normal. Hal ini menurut Yuwanta (2000) dapat disebabkan yaitu: 1) Umur ayam, semakin tinggi ayam, semakin tinggi respirasinya, 2) Jenis ayam, ayam tipe ringan (SCWL) lebih tinggi respirasinya daripada tipe berat (pedaging) 3) Aktivitas, semakin banyak aktivitas, semakin tinggi respirasinya, 4)Temperatur lingkungan, yang paling sesuai dengan ayam adalah Zona Neutral thermic,5)Sirkulasi udara 6) Kepadatan kandang, semakin padat kandang dapat meningkatkan respirasi.

Pulsus. Data pulsus dapat ditunjukkan dengan tabel 2.2,
Tabel 2.2, Hasil pengukuran pulsus pada hewan ternak.
Probandus
Rata-rata Pulsus (kali/menit)
Sapi jantan
60
Sapi betina
70,3
Kambing jantan
45,3
Kambing betina
39,3
Domba jantan
79,6
Domba betina
70,6
Kelinci jantan
189,6
Kelinci betina
137
Ayam jantan
213,3
Ayam betina
269

Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapat hasil rata-rata pulsus pada sapi jantan adalah 60 kali/menit dan untuk sapi betina didapat hasil rata-rata pulsusnya 70,3 kali/menit. Menurut Smith (1988), kisaran normal pulsus sapi adalah 60-70 kali/menit. Jadi baik sapi jantan maupun betina dalam keadaan kesehatan yang baik.
Untuk pengukuran pulsus kambing jantan didapat nilai rata-rata 45,3 kali/menit dan untuk kambing betina didapat rata-rata 39,3 kali/menit. Menurut Smith (1988), kisaran normal pulsus kambing adalah 70-135 kali/menit. Jadi pulsus kambing berada di bawah kisaran normal. Hal ini menurut Ganong (1981), perbedaan pulsus dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: temperatur lingkungan, latihan otot, aktifitas, dan tidur. Dalam keadaan panas frekuensi pulsus meningkat karena temperatur tersebut berfungsi untuk mempercepat pemompaan darah ke permukaan tubuh kemudian akan terjadi pembebasan panas.
Untuk pengukuran pulsus domba jantan didapat nilai rata-rata 79,6 kali/menit dan untuk domba betina didapat hasil rata-rata 70,6 kali/menit. Menurut Smith (1988), kisaran normal pulsus domba adalah 70-135 kali/menit. Hal ini menunjukkan bahwa pulsus domba baik jantan maupun betina masih dalam kisaran normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa domba yang diuji masih dalam keadaan yang sehat.
Untuk pengukuran pulsus kelinci jantan didapat nilai rata-rata 189,6 kali/menit dan untuk yang betina didapat hasil rata-rata 137 kali/menit. Menurut Smith (1988), kisaran normal pulsus kelinci adalah 123-304 kali/menit. Dari dua data yang diambil baik dari kelinci jantan maupun betina ternyata pulsusnya masih dalam kisaran normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelinci yang diuji masih dalam keadaan yang sehat.
Hasil yang didapat untuk pengukuran pulsus ayam jantan adalah 213,3 kali / menit dan untuk ayam betina didapat hasil 269 kali / menit. Mneurut Smith (1988), kisaran normal pulsus ayam atau unggas adalah 180-450 kali/menit. Ternyata pulsus ayam yang kami ambil datanya masih normal, jadi dapat disimpulkan bahwa ayam yang di uji masih dalam keadaan sehat.

Temperatur Rektal. Data temperature rektal yang berasal dari praktikum dapat ditunjukkan dari table 2.3,
Tabel 2.3, Hasil pengukuran temperature rektal pada hewan ternak.
Probandus
Rata-rata Temperatur Raktal (oC)
Sapi jantan
38,6
Sapi betina
38,5
Kambing jantan
39,4
Kambing betina
38,9
Domba jantan
38,7
Domba betina
38,9
Kelinci jantan
38,8
Kelinci betina
36
Ayam jantan
41
Ayam betina
41,5

Hasil pengukuran temperature rektal sapi jantan adalah 38,6 oC dan untuk sapi betina adalah 38,5 oC. menurut Smith (1988), kisaran normal temperatur rectal sapi adalah 36,7-39,1 oC. Dari dua data yang diambil baik dari sapi jantan maupun betina ternya masih dalam kisaran normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa sapi yang diuji baik untuk jantan maupun betina masih dalam keadaan sehat.
Hasil pengukuran temperatur rektal pada kambing jantan didapat nilai rata-rata suhu 39,4 oC dan untuk kambing yang betina adalah 38,4 oC. menurut Smith (1988), kisaran normal temperatur rektal kambing adalah 38,5-39,7 oC. Dari dua data yang diambil baik dari kambing jantan maupun betina ternyata masih dalam kisaran normal Jadi dapat disimpulkan bahwa kambing yang diuji baik untuk jantan maupun betina masih dalam keadaan sehat.
Hasil pengukuran temperatur rektal pada domba jantan didapat nilai rata-rata suhu 38,7 oC dan untuk domba yang betina adalah 38,9 oC. Menurut Smith (1988), kisaran normal temperatur rektal domba adalah 38,3-39,9 oC. Dari dua data yang diambil baik dari domba jantan maupun betina ternyata masih dalam kisaran normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa domba yang diuji baik untuk jantan maupun betina masih dalam keadaan sehat.
Hasil pengukuran temperatur rektal pada ayam jantan didapat nilai rata-rata suhu 41 oC dan untuk ayam yang betina adalah 41,5 oC.. Menurut Smith (1988), kisaran normal temperatur rektal ayam adalah 40,6-43,0 oC. Dari dua data yang diambil baik dari ayam jantan maupun betina ternyata masih dalam kisaran normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa ayam yang diuji baik untuk jantan maupun betina masih dalam keadaan sehat.
Hasil pengukuran temperatur rektal pada kelinci jantan didapat nilai rata-rata suhu 36,8 oC dan untuk kelinci yang betina adalah 36 oC. Menurut Smith (1988), kisaran normal temperatur rektal kelinci adalah 38,5-40,1 oC. Dari dua data yang diambil baik dari kelinci jantan maupun betina ternyata berada dibawah kisaran normal. Menurut Dukes (1993), temperatur rektal pada ternak dipengaruhi beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, aktivitas, pakan, minuman, dan pencernaan produksi panas oleh tubuh secara tidak langsung tergantung pada makanan yang diperolehnya dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran pencernaan. Jadi kelinci itu bias saja mengalami hal tersebut.


Kesimpulan

Pada probandus sapi didapat hasil frekwensi respirasi rata-rata 31,95 kali/menit dan pada frekwensi pulsus rata-rata 65,15 kali/menit, sedangkan pada temperatur rektal rata-rata 38,55 oC. Hal ini dapat dikatakan normal.
Pada probandus kambing didapat hasil frekwensi respirasi rata-rata 42,3 kali/menit dan pada frekwensi pulsus rata-rata 42,3 kali/menit, sedangkan pada temperatur rektal rata-rata 39,65 oC. Hal ini dapat dikatakan normal tapi pada pulsus tidak normal.
Pada probandus domba didapat hasil frekwensi respirasi rata-rata 83,95 kali/menit dan pada frekwensi pulsus rata-rata 75,1 kali/menit, sedangkan pada temperatur rektal rata-rata 38,8 oC. Hal ini dapat dikatakan normal tapi pada respirasi tidak normal.
Pada probandus kelinci didapat hasil frekwensi respirasi rata-rata 200,8 kali/menit dan pada frekwensi pulsus rata-rata 163,3 kali/menit, sedangkan pada temperatur rektal rata-rata 36,4 oC. Hal ini dapat dikatakan normal, sedangkan pada respirasi tidak normal.
Pada probandus ayam didapat hasil frekwensi respirasi rata-rata 58,5 kali/menit dan pada frekwensi pulsus rata-rata 241,15 kali/menit, sedangkan pada temperatur rektal rata-rata 41,25 oC. Hal ini dapat dikatakan normal sedangkan pada pulsus, tidak normal.


Daftar Pustaka
Dukes. 1993. Fisiology of Domestic Animal. New York University College, Camel.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak ed:IV. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ganong, 1981. Receive of Logical Physiology. Large Medical Publishing, California.
Smith, John b. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press. Jakarta<.
Suwasono, P. 1990. Fisiologi Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
Yuwanta, Tri. 2000. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Anatomi dan Histologi (Ayam dan Domba)

Biokimia Dasar (Protein)