Biokimia Dasar (Darah)
Tinjauan Pustaka
Klik gambar untuk memperbesar |
Darah memiliki banyak
fungsi, tapi yang paling utama adalah sebagai alat transport terutama O2
dan juga nutrient-nutrien dalam tubuh. Darah terdiri dari berbagai macam
susunan dan fungsinya. Salah satu komponen darah adalah sel darah merah yang
memiliki fungsi sebagai transport O2
dan nutrient. Komponen lainnya adalah sel darah purih yang memiliki fungsi
sebagai alat pertahanan tubuh dari gangguan penyakit maupun virus. Komponen
yang terakhir adalah plasma darah, di bagian ini terkandung berbagai macam air
dan mineral (Fujaya, 2004).
Darah terdiri atas plasma
darah dan sel-sel darah. Sebagian besar sel darah terdiri atas sel darah merah
atau eritrosit, sedangkan sel darah putih atau leukosit relatif sangat sedikit,
yaitu 2 permil dari jumlah eritosit. Disampig eritrosit dan leukosit masih ada
partikel lain yang disebut trombosit yang berperan dalam proses penggumpalan
darah (poedjiadi, 1994).
Fungsi sel darah merah
dalam pengangkutan gas terutama oksigen sangat tergantung dari aktivitas metabolisme
sel itu sendiri. Dengan adanya penemuan fosfat organik, kita dapat memahami
banyaknya proses pemecahan oksigen yang sangat banyak (Nielsen, 1983).
Secara umum darah
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh, sebagai alat pertahanan
tubuh, mencegah kehilangan darah yang terus menerus, alat transport nutrient
dan O2, mengatur keseimbangan air, dan mengatur suhu tubuh (Suripto,
1998).
Bila sejumlah darah
ditempatkan dalam tabung yang khusus (Westergren/Wintrobe) dan sebelumnya telah
diberi antikoagulan seperti heparin, natrium sitrat (metode Westergren) atau
kristal amonium oksalat (metode Wintrobe). Selanjutnya tabung dibiarkan berdiri
vertikal dan dibiarkan selama 1 jam, maka sel-sel darah akan mengendap karena
adanya pengaruh gravitasi. Dengan mengukur ketinggian supernatan plasma dalam
mm, maka dapat diukur kecepatan pengendapan darah. Pada suhu kamar antara 22 -
270C, maka berturut-turut laju endapan darah untuk pria, wanita, dan
anak-anak, berturut-turut adalah 1-3 mm, 4-7 mm, dan 0,5 mm per jam. Laju
endapan darah akan meningkat bila dalam keadaan seperti : mengandung (35
mm/jam), menstruasi atau mengidap TBC paru-paru (65 mm/jam), anemia, adanya
tumor ataupun karena infeksi penyakit ( Frandson, 1992).
Reaksi utama yang terjadi
pada proses pembekuan darah adalah perubahan fibrinogen (protein yang larut)
menjadi fibrin (protein yang tidak larut). Perubahan fibrinogen menjadi fibrin
dipengaruhi oleh suatu enzim yang disebut trombin (Suripto, 1998).
Keberadaan dari fosfat
organik dapat menjelaskan mengapa kandungan hemoglobin murni memiliki afinitas
oksigen yang jauh lebih besar daripada darah pada umumnya. Fosfat organik
tersebut ditambahkan ke dalam zat hemoglobin dan afinitas oksigennya menurun
dengan sangat cepat (Nielsen, 1983).
Sebagai pigmen respirasi,
hemoglobin merupakan protein konjugasi dengan berat molekul 68.000. Hemoglobin
terdiri atas protein globin yang berkombinasi dengan heme. Heme merupakan
porfirin tertentu (porfirin tipe III atau protoporfirin III) yang mengandung
Fe. Porfirin III sendiri terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan satu
antara lain oleh jembatan metilen (=CH-) (Suripto, 1998).
Bila darah terkena udara
atau bila pembuluh darah pecah, globulin plasma (fibrinogen) mengendap
membentuk jalinan fibrin, meninggalkan cairan berwarna kuning yang dikenal
sebagai “serum”. Benda darah akan terkait pada jalinan fibrin dan terbentuklah
“bekuan darah”. Bekuan darah akan mencegah perdarahan lebih lanjut (Hartono,
1989).
Keberadaan dari fosfat
organik dapat menjelaskan mengapa kandungan hemoglobin murni memiliki afinitas
oksigen yang jauh lebih besar daripada darah pada umumnya. Fosfat organik
tersebut ditambahkan ke dalam zat hemoglobin dan afinitas oksigennya menurun
dengan sangat cepat (Nielsen, 1983).
Di dalam darah memiliki
protein yang berupa albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin memiliki sifat
yang mudah larut dalam air dan garam encer, sedangkan globulin mudah larut
dalam garam encer tapi sedikit larut dalam air (Frandson, 1992).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, stopwatch, gelas penutup,
mikroskop, pembakar spritus, kertas saring, corong kaca, dan penjepit tabung
reaksi.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah darah, CaCl2, H2O, larutan (NH4)2SO4
jenuh, amonium sulfat padat, asam asetat, indikator klorofenol merah, HNO3
pekat, NH4OH, KCL, AgNO3, amonium molibdat,
kalium oksalat, gliserol, bubuk Na2CO3 bebas air, larutan
CuSO4, larutan benzidin, H2O2 3%, dan serum.
Metode
Hal : Serum Darah
Uji
Pengendapan Globulin. Ditambahkan 3 ml larutan (NH4)2SO4
jenuh ke dalam tabung yang sebelumnya telah diisi dengan 3 ml serum, lalu
di gojok. Endapan globulin yang terjadi dipisahkan dengan jalan menyaring
larutan. Filtrat yang terbentuk disimpan untuk percobaan pengendapan albumin.
Endapan di atas dipindahkan ke dalam tabung, kemudian dituangi sedikit air dan
digojok supaya bekuannya larut. Ditambahkan sedikit air (3-4 tetes) lalu
digojog, dan diamati endapannya.
Uji
Pengendapan Albumin. Filtrat (hasil percobaan pengendapan globulin)
ditambahkan amonium sulfat padat berlebihan kemudian digojok. Diamati endapan
yang terbentuk. Endapannya disaring, lalu dipindahkan ke dalam tabung,
ditambahkan air dan digojok. Endapannya akan larut, lalu diencerkan lagi dan
dibiarkan serta diamati hasilnya.
Hal : Zat-Zat Bukan Protein Dalam
Serum Darah
Deproteinasi
Serum Darah. Ditambahkan 5 ml serum darah dengan 10 ml air lalu dididihkan.
Selanjutnya ditambahkan setetes demi setetes 2% larutan asam asetat ke dalam
didihan di atas, sehingga terjadi endapan. Endapan tersebut disaring.
Filtratnya ditetesi 3 tetes indikator khlorofenol merah. Kemudian diasamkan
hingga pH menunjukkan 5,4 (warna indikator tepat hilang). Kemudian dididihkan
dan bilamana perlu disaring. Filtrat ini (filtrat P.1) dipergunakan untuk
percobaan berikut (uji khlorida, fosfat, kalsium, dan glukosa) (dibagi dalam 4
tabung).
Uji
Khlorida. Diambil sedikit filtrat (P.1) dan ditambahkan 1 tetes HNO3
pekat dan beberapa tetes larutan AgNO3 (sampai ada
endapan). Endapan ini akan larut lagi bila dituangkan NH4OH ke
dalamnya. Hasil yang terjadi diamati.
Uji Fosfat. Dituangkan sedikit filtrat (P.1) ke
dalam tabung dan ditambahkan 5 tetes amonium molibdat dan 1 tetes HNO3
pekat. lalu dipanaskan. Hasil yang terjadi diamati.
Uji
Kalsium. Ditambahkan ke dalam filtrat (P.1) 5 tetes kalium oksalat lalu
diamati apa yang terjadi.
Uji
Glukosa. Sebanyak 2 ml sisa filtrat (P.1) di atas dibubuhi dengan 2 tetes
gliserol, sedikit bubuk Na2CO3 bebas air, dan 2 tetes
2,5% larutan CuSO4 lalu di didihkan selama beberapa menit. Lalu
diamati apa yang terjadi.
Hal : Pigmen Darah.
Uji
Benzidin. Diencekan 1 tetes darah dengan 10 ml air. Diambil 1 ml larutan di
atas dan ditambahkan berturut-turut 1,5 ml larutan benzidin dan 0,5 ml larutan
H2O2 3% tetes demi tetes, lalu diamati hasilnya.
Uji
Hematin. 1 tetes darah di atas gelas obyek diratakan dan dikeringkan diatas
api kecil (keringkan bagian bawah gelas). Ditambahkan 2 tetes 0,1 KCl dalam
asam asetat glasial, pada darah kering di atas. Ditutup dengan gelas penutup
dan dipanaskan dia atas api kecil sampai mendidih. Ditambahkan 1 atau 2 tetes
pereaksi tersebut diatas melalui tepi gelas penutup dan kemudian dilihat di
bawah mikroskop. Diamati bentuk dan warna kristal yang ada pada gelas obyek.
Hasil dan Pembahasan
Hal : Serum Darah
Pengendapan Globulin. Dalam uji
ini saat tabung diisi 1 ml serum dan ditambah 2 ml larutan (NH4)2SO4
jenuh kemudian digokog maka akan didapat hasil akan terdapat endapan
karena gobulin akan sedikit larut dalam air namun tidak larut dalam larutan garam
encer dan larutan asam encer menurutFrandson,
(1992). Disini fungsi (NH4)2SO4,
berfungsi sebagai pelarut yang berupa garam, sehingga globulin akan mengendap
karena tidak larut dalam garam encer. Setelah endapan dipisahkan dengan
penyaringan dan ditambah 3-4 tetes air kemudian digojok, maka akan didapat
hasil endapan yang tadi terjadi akan larut. Hal ini dikarenakan globulin itu
sedikit larut dalam air.
Pengandapan Albumin. Dalam uji
ini filtrate hasil dari uji pengendapan globulin ditambah ammonium sulfat padat
berlebihan kemudian digojok, maka akan didapat hasil akan terdapat endapan pada
kertas saring. Kemudian endapannya disaring dan dipindahkan ke dalam tabung dan
ditambah air, kemudian digojog, maka endapannya akan larut. Hal ini dikarenakan
albumin larut dalam air dan garam encer, tetapi tidak larut dalam asam encer.
Disini fungsi ammonium sulfat padat berlebihan adalah untuk pensuasana asam
agar albuminnya mengendap.
Hal : Zat-Zat Bukan Protein Dalam
Serum Darah
Deproteinasi Serum
Darah. Dalam uji ini 5 ml serum darah ditambah 10 ml air lalu didihkan
kemudian ditambah setetes demi setetes asam asetat 2 % agar terjadi endapan. Setelah itu ditetesi indikator khlorofenol
merah, kemudian diasamkan hingga pH 5,4 kemudian didihkan dan disaring,
kemudian filtrate digunakan untuk uji berikutnya. Deproteinesi serum darah dilakukan
untuk menghilangkan protein dalam serum darah. Hal ini bertujuan agar percobaan
selanjutnya tidak terganggu oleh gumpalan protein karena sifat protein mudah
menggumpal atau mengalami koagulasi, yaitu pada pH 5,4. Fungsi dari asam asetat
2 % adalah untuk menghilangkan protein karena protein akan rusak apabila
ditambah asam.
Uji
Khlorida. Dalam uji
ini filtrat yang didapat dari uji deproteinasi protein ditambah 1 tetes HNO3
pekat kemudian ditambah beberapa tetes larutan AgNO3, maka
akan didapat hasil munculnya endapan putih, kemudian apabila ditambah NH4OH
maka endapannya akan larut. Endapan putih itu merupakan endapan AgCl yang
merupakan hasil dari reaksi Cl dari darah dengan Ag dari AgNO3. Endapan
itu akan larut dikarenakan NH4OH dapat melarutkan AgCl.
Uji
Fosfat. Dalam uji ini
filtrat dari uji deproteinasi serum darah ditambah 3 tetes ammonium molibdat
dan ditambah 1 tetes HNO3 pekat kemudian dipanaskan, maka akan
didapat hasil muncul endapan berwarna kuning. Hal ini dikarenakan apabila
ammonium molibdat bereaksi dengan gugus fosfat dalm darah yang dilepaskan
dengan bantuan HNO3 sehingga
akan membentuk senyawa ammonium fosfomolibdat yang mempunyai warna endapan
kuning.
Uji
Kalsium. Dalam uji
ini filtrat dari uji deproteinasi serum darah ditambah beberapa tetes larutan
kalsium oxsalat, maka akan didapat endapan putih dan larutan berwarna putih
keruh. Hal ini dikarenakan kalsium dalam darah akan diikat oleh kalium oxsalat
membentuk kalsium oxsalat yang berwarna putih.
Uji
Glukosa. Dalam uji ini filtrat dari uji deproteinasi
serum darah ditambah 2 tetes gliserol dan ditambah sedikit bubuk Na2CO3
bebas air, kemudian ditambah 2 tetes larutan CuSO4 2,5 %
kemudian didihkan selama beberapa menit, maka akan didapat endapan berwarna
merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa didalam darah terdapat gugus karbonil
yang reduktif, yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang
dibuktikan dengan adanya endapan merah bata.
Hal
: Pigmen Darah
Uji
Benzidin. Dalam uji
ini 1 tetes darah diencerkan dengan 10 ml air, kemudian diambil 1 ml dan
ditambah 1,5 ml larutan Benzidin kemudian ditambah 0,5 ml larutan H2O2
3 %, maka akan didapat hasil awal yang berwarna hijau muda. Hal ini
dikarenakan Hb dalam darah secara katalis akan mengubah H2O2 menjadi H2 dan
O2. Hal ini dikarenakan senyawa benzidin akan direduksi oleh O2
bebas menjadi derivatnya yang berwarna hijau.
Kesimpulan
Darah memiliki berbagai
macam kandungan. Di darah memiliki tiga macam protein yaitu albumin, globulin,
dan fibrinogen, hal ini dapat dibuktikan dengan uji pengendapan baik albumin
maupun globulin. Selain itu darah juga memiliki zat-zat yang bukan protein
dalam serum darahnya, zat-zat itu seperti khlorida, fosfat, dan kalsium, hal
ini dapat dibuktikan dengan uji-uji yang dilakukan dalam praktikum kali ini.
Darah juga memiliki pigmen benzidin yang dapat dibuktikan dengan uji benzidin.
Daftar Pustaka
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Fujaya,
Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Hartono. 1989.
Histologi Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi
Pusat antar Universitas Ilmu Hayat IPB, Bandung.
Nielsen, Knut S. 1983.
Animal Physiology. Cambridge University Press, New York.
Poedjiadi. A. 1994.
Dasar-Dasar Biokimia. Indonesia University press, Jakarta.
Suripto.
1998. Fisiologi Hewan. ITB, Bandung.
Comments
Post a Comment