Genetika (Isolasi DNA)
Isolasi DNA
Klik gambar untuk memperbesar |
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan antara lain inkubasi;
mikropipet (20 ml, 200ml, dan 100ml), rak eppendorf, eppendorf, gunting,
bluetip, yelowtip, sentrifuge.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sampel
telinga hewan, larutan DNA, lysis buffer, proteinase K, NaCl, isopropanol,
ethanol (Et-OH 70%), DDW (double Destilation Water).
Metode
Persiapan
isolasi DNA. Menghancurkan sel hewan
dengan menggunakan sempel jaringan telingga, masukkan potongan jaringan telinga
2cm ke dalam tabung eppedorf 1,5 ml, kemudian tambahkan 730 µl DNA lysis
buffer dan 10 µl protease K (20 mg/ml). inkubasi pada suhu 550C selama lebih dari 12 jam.
Isolasi
DNA. Tambahkan 250 µl NaCl 5M pada sempel
jaringan telinga yang sudah hancur; sentrifus selama 10 menit 40C 12.000 rpm; ambil 750 µl larutan bagian atas dengan blue
tip yang dipotong ujungnya; masukkan ke eppendorf baru, tambahkan
500 µl isopropanol; sentrifuge selama 10 menit 40C 12.000
rpm sampai terbentuk benang DNA; tambahkan Et-OH 75% 1 ml kemudian sentrifus
selama 5 menit 40C 12.000 rpm; buang larutan dan
keringkan degan membalik tabung yang berisi DNA diatas tisu; tambahkan DDW 500
µl kemudian inkubasi 370C selama 2-12 jam; terakhir
dilakukan visualisasi pemotongan pita DNA.
Hasil
dan Pembahasan
Perubahan
struktur kromosom Perubahan jumlah ataupun struktur kromosom disebut juga mutasi kromosom.
Perubahan struktur kromosom antara lain , delesi yaitu mutasi kromosom di mana
sebagian dari kromosom menghilang, duplikasi
adalah mutasi kromosom di mana sebagian dari kromosom mengalami penggandaan
(duplikasi), translokasi adalah tersusun kembalinya kromosom dari susunan
sebelumnya, dan inversi adalah penyusunan kembali materi genetik kromosom
tetapi terbalik dari susunan sebelumnya (Hardjosubroto,1998).
Pengenalan
analisis DNA Persiapan Isolasi DNA.
Pertama dilakukan preparasi sampel. Jaringan telinga sel hewan dihancurkan
dengan cara penambahan DNA lysis buffer dan Proteinase K. Penambahan DNA
lysis buffer berfungsi untuk mengahancurkan jaringan telinga dan
Proteinase K digunakan untuk hidrolisis protein. Enzim retriksi dapat digunakan
untuk memotong molekul DNA pada lokasi-lokasi spesifik yang jumlahnya terbatas
(Campbell, 2000). Larutan lalu di inkunbasi pada suhu 550C selama 12 jam. Pengaturan suhu dan waktu sedemikian
bertujuan agar enzim Proteinase K dapat bekerja secara optimal. Hasil dari
preparasi Isolasi DNA adalah larutan yang berisi jaringan telinga yang telah
hancur warnanya adalah kuning bening. Jika suatu larutan yang mengandung DNA
dipanaskan atau dibubuhi alkali yang kuat, maka hubungan hidrogen itu menjadi
labil dan putus. Dua pita spiral DNA itu membuka. Proses ini dinamakan
Denaturasi DNA (Suryo, 1994).
Sampel
jaringan hewan dari preparasi ditambah dengan NaCl yang berfungsi untuk
mengikat DNA. Larutan lalu di sentrifuge selama 10 menit yang menghasilkan
terbentuknya 3 lapisan pada larutan. Tiga lapisan yang terbentuk yaitu lapisan
atas adalah lemak, lapisan tengah adalah sampel, dan lapisan bawah adalah kotoran.
Lapisan atas dan tengah diambil dengan blue tip yang dipotong ujungnya
dimasukan eppendorf baru. Pemotongan ujung blue tip bertujuan
agar kotoran bila ikut masuk bisa dikeluarkan. Larutan ditambah isopropanol
yang akan mengendapkan DNA menjadi 2 lapisan. Larutan disentifuge lagi untuk
membentuk benang-benag DNA. Larutan dibuang dan dikeringkan diatas tissue lalu
ditambah ET-OH. Penambahan ET-OH bertujuan untuk membersihkan dari larutan
sebelumnya yang masih tersisa. Disentrifuge lagi dan ditambah DDW (Double
Destilation Water) yang berfungsi untuk melarutkan DNA. Larutan kemudian
disimpan dengan suhu 40C
selama 12 jam. Larutan yang kemudian didinginkan kembali dan dinetralisir
secara perlahan-lahan, maka terbentuklah pasanganpasangan basa itu kembali.
Peristiwa ini dinamakan renaturasi (Suryo, 1994).
Reaksi
rantai polimerase (PCR) menklon DNA seluruhnya secara in vitro. PCR digunakan
untuk membuat banyak salinan segmen DNA tertentu secara tepat. Metode yang
diotomatisasi dengan mudah ini menggunakan primer yang mengurung urutan yang
diinginkan dan DNA polimerase resisten panas yang khusus (Campbell, 2000).
Visualisasi
DNA
PCR
(Polymerase Chain Reactions). Reaksi
PCR meniru reaksi penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk
hidup. Secara sederhana PCR merupakan reaksi penggandaan daerah tertentu dari
DNA cetakan (template) dengan batuan enzim DNA polymerase (Anonim, 2011).
Komponen
PCR
Selain
DNA template yang akan digandakan dan enzim DNA polymerase, komponen lain yang
dibutuhkan adalah:
Primer. Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida
pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau
polimerisasi DNA. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu
sepanjang maksimum 10000 bp, dan dengan teknik tertentu bisa sampai 40000 bp.
Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan DNA template, jadi
dirancang agar menempel mengapit daerah tertentu yang diinginkan (Anonim, 2011).
dNTP
(deoxynucleoside
triphosphate). dNTP
atau building blocks sebagai „batu bata? penyusun DNA yang baru. dNTP terdiri atas 4
macam sesuai dengan basa
penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP(Anonim,
2011).
Buffer. Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk mengkondisikan
reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase (Anonim,
2011).
Ion Logam. Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor
bagi enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak dapat
bekerja sedangkan ion logam monovalen adalah kalsium (K+) (Anonim, 2011).
(Anonim, 2011).
Setiap
siklus reaksi PCR terdiri atas tiga tahap, yaitu:
a.
Denaturasi
Denaturasi
dilakukan dengan pemanasan hingga 96oC selama 30-60detik. Pada suhu ini DNA utas ganda akan memisah
menjadi utas tunggal (Anonim, 2011).
b. Annealing
Setelah DNA menjadi utas tunggal, suhu diturukan ke kisaran
40-60°C selama 20-40 detik untuk memberikan kesempatan bagi primer untuk menempel
pada DNA template di tempat yang komplemen dengan sekuen primer (Anonim, 2011).
c. Ekstensi/elongasi
Tahap ini dilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum
enzim DNA polymerase, biasanya 70-72°C. Pada tahap ini DNA polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai pada pasangannya, jika basa pada template adalah
A, maka akan dipasang dNTP, begitu seterusnya (ingat pasangan A adalah T, dan C
dengan G, begitu pula sebaliknya). Enzim akan memperpanjang rantai baru ini
hingga ke ujung. Lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang
akan diamplifikasi, secara kasarnya adalah 1 menit untuk setiap 1000 bp. Selain
ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh tahapan
berikut:
d. Pra-denaturasi
Tahap ini dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk
memastikan kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis
hot-start alias baru aktif kalau dipanaskan terlebih dahulu) (Anonim, 2011).
e. Final Elongasi
Tahap ini biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama
5-15 menit untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah diperpanjang secara sempurna. Proses ini dilakukan
setelah siklus PCR terakhir.
PCR
dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang dapat menaikkan dan
menurunkan suhu dalam waktu cepat sesuai kebutuhan siklus PCR (Anonim, 2011).
Restriction
Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Analisis
Restriction fragment length polymorphism (RFLP) adalah salah satu teknik
pertama yang secara luas digunakan untuk mendeteksi variasi pada tingkat sekuen
DNA. Deteksi RFLP dilakukan berdasar pada adanya kemungkinan untuk
membandingkan profil pita-pita yang dihasilkan setelah dilakukan pemotongan
dengan enzim restriksi terhadap DNA target/dari individu yang berbeda. Berbagai
mutasi yang terjadi pada suatu organisma mempengaruhi molekul DNA dengan
berbagai cara, menghasilkan fragmen-fragmen dengan panjang yang berbeda.
Perbedaan panjang fragmen ini dapat dilihat setelah dilakukan elektroforesis
pada gel, hibridisasi dan visualisasi. Aplikasi teknik RFLP biasa digunakan
untuk mendeteksi diversitas genetic, hubungan kekerabatan, sejarah domestikasi,
asal dan evolusi suatu spesies, genetic drift dan seleksi, pemetaan keseluruhan
genom, tagging gen, mengisolasi gen-gen yang berguna dari spesies liar,
mengkonstruksi perpustakaan DNA (Anonim, 2011).
Langkah-langkah
kerja untuk mendeteksi RFLP di laboratorium meliputi : 1) Isolasi DNA, 2)
pemotongan dengan enzim restriksi (digesti restriksi) dan elektroforesis gel,
3) transfer DNA dengan Southern blotting, 4) hibridisasi DNA (Anonim, 2011).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilakuan pada acara isolasi DNA dapat disimpulkan bahwa
proses isolasi DNA pertama dilakukan prepasi sampel yaitu dengan penambahan DNA
lysis buffer dan proteinase K pada sampel dan diinkubasi selama lebih dari 12
jam pada suhu 55°C yang bertujuan untuk menghancurkan dinding sel dan
mendenaturasi protein. Proses selanjutnya yaitu bertujuan untuk dapat
memisahkan DNA, mengendapkan dan membersihkan DNA dari larutan selain DNA yaitu
dengan penambahan berbagai larutan seperti NaCl, isopropanol, dan etanol (Et-OH
70%) serta dilakukan sentrifuge untuk memisahkan larutan.
Isolasi
DNA memiliki beberapa tahapan, yaitu: Isolasi jaringan, dinding dan membran sel
dilisiskan, diekstraksi dalam larutan, dipurifikasi, dan dipresipitasi.
Prinsip-prinsip dalam melakukan isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan
presipitasi. Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan
berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi
yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan
akan terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah
mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi,
contohnya 2500 rpm (rotation per minute) atau 3000 rpm (Kimball, 1990).
Daftar
pustaka
Anonim.2011.Mengenal
PCR Polimerase Chain Reaction.Diakses dari sumber http://sciencebiotech.net/mengenal-pcr-polymerase-chainreaction/
pada tanggal 12 Mei 2011.
Anonim.2011.Mutasi.Diakses
dari sumber http://biologimediacentre.com/mutasi/
pada tanggal 12 Mei 2011.
Campbell,
N.A, Jane B. Reece, Lawrence G, Mitchell. 2000. Biology, Fifth Edition.Jakarta:Erlangga.
Ganong,
W.1997. Fisiologi Kedokteran.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Hardjosubroto,
Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kimball,
John W. 1990. Biologi. ter. Siti Soetarmi dan Nawangsari. S. PT. Gelora
Aksara Pratama. Bandung.
Suryo.1994.
Genetika Strata 1. Cetakan ke 4.Gadjah Mada University Press.
Comments
Post a Comment