Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Tepung Jagung)
Pengamatan fisik yang dilakukan pada bahan cuplikan
pakan praktikum kali ini menggunakan
parameter tekstur, warna, bau, dan,
rasa. Pengamatan fisik tersebut menggunakan indra manusia yang bertujuan untuk
memprediksikan bahwa pakan tersebut berasal dari mana. Hasil yang diperoleh
seperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan fisik
Parameter
|
Pengamatan
|
Tekstur
|
Kasar
CoklatMuda
/ Krem
Sedap
Gurih,
Sepet, Sedikit manis
|
Warna
Bau
Rasa
|
Berdasarkan tabel di atas diperoleh data pengamatan fisik yang
menghubungkan antara parameter yang diberikan dengan pengamatan secara langsung
yaitu tekstur kasar , warna coklat muda atau krem, dan rasanya gurih, sepet dan
sedikit manis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bahan pakan yang diamati
adalah tepung jagung.
Tepung Jagung. Jagung atau dalam nama
ilmiah disebut Zea mays ,merupakan
bahan pakan inkonvensional yang disukai ternak ruminansia. Biasanya lewat
peternak rakyat bahan pakan ini masih sering dijumpai. Kelebihannya adalah
mudah ditemukan (cocok dengan iklim tropis), tersedia sepanjang tahun.
Kandungan nutrisi dari tepunga jagung dapat dilihat pada tabel 2 dibawah
yang meliputi kandungan bahan kering, protein kasar, serat kasar lemak kasar,
abu.
Tabel 2. Kandungan nutrisi tepung jagung
Parameter
(%)
|
Nilai
(%)
|
Bahan
kering
Protein
kasar
|
84-86
8-10
2-4
3,5-5
1,2-2
80.8
|
Serat
kasar
Lemak
kasar
Abu
BETN
|
(Hartadi et al.,1990)
Analisis
Proksimat. Analisis proksimat yang dilakukan pada praktikum dengan bahan
pakan berupa tepung jagung, dapat diketahui kadar nutrisi dari tepung jagung.
Menurut kamal (1998) disebut analisis proksimat karena hasil yang diperoleh
hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk menunjukkan nilai
dari system analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimum atau
maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut. Dari sisitem analisis proksimat
dapat diketahui adanya 6 macam fraksi yaitu:1). Air, 2). Abu, 3). Protein
kasar, 4). Lemak kasar (ekstrak ether), 5). Serat kasar, 6). Ekstrak Tanpa
Nitrogen (ETN). Khusus untuk ETN nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan
yaitu: 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain.
Tabel 3.
Analisis proksimat tepung jagung
Parameter
(%)
|
Nilai
(%) kel VII
|
Nilai
(%) kel X
|
Bahan
kering
Protein
kasar
|
90,74
5,455
7,27
9,7
3,02
70,996
|
90,83
12,118
|
Serat
kasar
Lemak
kasar
Abu
BETN
|
7,452
9,6
3,38
67,45
|
Penetapan
kadar air. Air adalah nutrien yang paling sederhana namun
sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Penentuan air dilakukan dengan
pemanasan 105 °C secara terus-menerus sampai sample bahan beratnya tetap
(konstan) (Tillman et al., 1998). Air adalah semua cairan yang menguap
pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100 sampai 110 oC
dengan tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak menguap mempunyai bobot
tetap (Kamal 1994). Penentuan kandungan air dari suatu bahan sebenarnya
bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari suatu bahan.
Berdasarkan
percobaan analisis proksimat menggunakan sampel
tepung jagung dapat diketahui kadar air dari
tepung jagung, kadar air kelompok 7 sebesar 9.26 %, sehingga kadar bahan keringnya 90.74 %. Kadar air kelompok 10 sebesar 9,17%, sehingga
dapat diketahui kadar bahan kering 90,83%. Menurut literatur yang ada kadar
bahan kering dari tepung jagung sebesar 84-86%, sehingga dapat diketahui bahwa
kadar air menurut literature sebesar 14-16%. Kadar air suatu bahan pakan besarnya dipengaruhi oleh
cara penyimpanannya dan kemasan. Kandungan air yang berlebihan akan menyebabkan
tumbuhnya jamur saat penyimpanan. Jamur ini dapat mempengaruhi produksi toksin,
perubahan komposisi nutrien dalam pakan dan turunnya nilai nutritif pakan bagi
ternak. Timbulnya jamur dapat dicegah
dengan cara dilakukan pengurangan kadar
air pakan hingga tinggal 12 %. Kadar air yang tinggi dalam
pakan tidak akan terjadi proses fermentasi karena akan timbul jamur yang
seperti kita tahu akan mempengaruhi produksi toksin yang dapat mematikan
aktifitas bakteri fermentasi.
Penetapan
kadar abu. Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu
bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 550 sampai 600 oC selama
beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2 dan
H20 dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap
itulah yang disebut abu atau abu adalah campuran dari berbagai oksida mineral
sesuai dengan macam mineral yang terkandung dalam bahannya (Kamal, 1994).
Menurut Hartadi et al.,(1997) kadar
abu suatu bahan pakan ditentukan oleh keadaan spesies dan varietas tanaman,
umur tanaman, komposisi tanah, bagian mana yang dianalisis, persediaan air dan
pemupukan. Kadar mineral yang semakin tinggi dapat disebabkan oleh tersedianya
air yang cukup sehingga penyerapan mineral meningkat.
Berdasarkan analisis proksimat dengan
menggunakan sampel tepung jagung dapat diketahui kadar abu, kadar abu kelompok
7 sebesar 3,02%, sedangkan pada kelompok 10 sebesar 3,38%, kadar abu pada
kelompok 7 dan 10 tidak terlalu berbeda. Kadar abu dari tepung jagung menurut
literatur yang ada sebesar 1,2-2%.
Abu bagi ternak memiliki fungsi sebagai:
1) bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras
dan kuat, 2) mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa dalam tubuh,
3) memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, 4) activator system enzim tertentu,
5) komponensi sistem enzim, 6)
mempunyai sifat karakteristik terhadap kepekaan otot dan syaraf.
Penetapan
kadar serat kasar. Perebusan menggunakan larutan asam dan basa disesuaikan
dengan proses pencernaan pada ternak, dimana terjadi pencernaan secara asam (di
lambung) baru setelah itu basa (di usus). H2SO4 1,25 %
berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein sedangkan NaOH 1,25 %
berfungsidalam penyabunan lemak. Ethyl
alkohol 95 % digunakan untuk mengikat air pada pencucian menggunakan air
panas pada crucible berlapis glass wool.
Menurut Hartadiet al. (1997)
serat kasar mengandung selulose,
hemiselulose, dan lignin. Selulose, dan
hemiselulose adalah komponen penyusun
dinding sel dan tidak dapat dicerna oleh hewan monogastrik. Serat kasar tercerna oleh hewan ruminansia karena
mempunyai mikroorganisme rumen yang merubah selulosa
dan hemiselulosa menjadi VFA (Volatile Fatty Acids), maka ternak
ruminansia mempunyai kemampuan untuk mencerna serat kasar (selulose dan hemiselulose)
secara enzimatik
Hartadi et al.(1997) juga mengemukakan fungsi serat kasar bagi ternak
antara lain memacu pertumbuhan otot-otot saluran pencernaan pada ternak muda,
dapat meningkatkan gerak peristaltic pada saluran pencernaan dan berperan
sebagai bulky,
pada ternak ruminansia berperan dalam menjaga ekologi rumen, dan sebagai
sumber energi bagi mikroorganisme rumen.
Berdasarkan analisis proksimat dengan
menggunakan sampel tepung jagung dapat diketahui kadar serat kasar, kadar serat
kasar kelompok 7 sebesar 7,27%, sedangkan pada kelompok 10 sebesar 7,452%,
kadar serat kasar pada kelompok 7 dan 10 tidak terlalu berbeda. Kadar abu dari
tepung jagung menurut literatur yang ada sebesar 2-4%.
Penetapan kadar protein kasar. Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total
nitrogen dengan faktor 16% atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan
faktor 6,25 (100/lt) (Kamal, 1994). Prinsip yang dipakai dalam penetapan kadar
protein kasar adalah asam sulfat pekat dengan katalisator CuSO4 atau
K2SO4 dapat memecah ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4
kecuali ikatan N=N, NO dan NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepaskan NH3
yang kemudian dititrasi dengan HCl 0,1N.
analisis bahan pakan ternak dipakai istilah protein
kasar, protein murni dan non protein (NPN). Senyawa NPN adalah senyawa bukan
protein. Termasuk dalam NPN adalah asam-asam amino, nitrogen lipid, amin-amin,
amida-amida, alkaloid dan lain-lain.
Berdasarkan analisis proksimat dengan
menggunakan sampel tepung jagung dapat diketahui kadar protein kasar, kadar
protein kasar kelompok 7 sebesar 5,455%, sedangkan pada kelompok 10 sebesar
12,118%, kadar abu pada kelompok 7 dan 10 terdapat perbedaan yang sangat jauh.
Kadar protein kasar dari tepung jagung menurut literatur yang ada sebesar
8-10%.
Penetapan kadar lemak kasar. Prinsip kerja dalam análisis kadar lemak kasar yaitu
lemak dapat diekstraksi dengan menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain
menurut Soxhlet kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya.
Dalam tubuh ternak, lemak mempunyai
peran biologis yang penting yaitu 1) sebagai pembentuk energi cadangan, 2)
sumber asam lemak essensial, 3) pelarut dan pengangkut vitamin yang larut dalam
lemak, 4) komponen struktur membran, 5) komponen permukaan sel yang berperan
sebagai pelindung dalam proses interaksi sel dengan luar sel, dan 6) sumber
prostaglandin. Bila lemak ditambahkan pada pakan maka akan dapat mengurangi heat increament sehingga dapat menaikkan
efisiensi pakan.
Berdasarkan analisis proksimat dengan
menggunakan sampel tepung jagung dapat diketahui lemak kasar, kadar lemak kasar
kelompok 7 sebesar 9,7%, sedangkan pada kelompok 10 sebesar 9,6%, kadar lemak
kasar pada kelompok 7 dan 10 tidak terlalu berbeda. Kadar abu dari tepung
jagung menurut literatur yang ada sebesar 3,5-5%.
ETN(Ekstrak
Tanpa Nitrogen). Ekstrak tanpa nitrogen nilainya dapat dicari hanya
berdasarkan perhitungan yaitu 100%-jumlah% dari kelima fraksi yang lain.
Berdasarkan analisis proksimat dengan menggunakan sampel tepung jagung dapat
diketahui kadar ETN, kadar ETN kelompok 7 sebesar 70,996%, sedangkan pada kelompok 10 sebesar
67,45%, kadar abu pada kelompok 7 dan 10 tidak terlalu berbeda. Kadar abu dari
tepung jagung menurut literatur yang ada sebesar 80,8%.
Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam arti umum
adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalm analisis
proksimat yang dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah sekelompok karbohidrat
yang mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25% atau 0,255 N
dan perebusan dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang berurutan
masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian untuk penentuan kadar Ekstrak
Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100%- (%air+%abu+%serat
kasar+%protein kasar+%lemak kasar). Ekstrak Tanpa Nitrogen dipengaruhi oleh
kandungan nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat
kasar (Kamal, 1998).
Sumber :
Hartadi.,et al, 1990. Tabel Komposisi Bahan
Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Hari Hartadi, S. Reksohadiprojo, AD dan Tilman.
1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press, Yogyakarta
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Lab. Makanan
Ternak Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab.
Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM.
Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi,
S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip