Biokimia Dasar (Urin Kuantitatif)
Urin adalah cairan
esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur, garam-garam anorganik dan
pigmen-pigmen (zat warna). Biasanya dieksresikan secara rutin dan tiap hari.
Jumlah dari pengeluaran ini bervariasi, biasanya bergantung : pakan, kerja,
temperature lingkungan, konsumsi air dan musim. Sebelum keluar, urin ditampung
dalam kandung kemih melalui ureter. Kandung kemih ini bersifat dapat mengembang
(Kustono, 1997).
Air yang
keluar dari ginjal disebut urine dan jumlahnya bervariasi tergantung dari
banyak faktor antara lain: volume dan susunan cairan tubuh, jumlah air yang
masuk, jumlah air yang keluar lewat saluran atau jalan lain, jumlah hasil
metabolisme dan hasil akhir yang mengandung nitrogen atau urea (Kamal, 1999).
Sebagian besar khlor yang terdapat pada urine berasal dari makanan yang
dimakan ternak. Semakin besar kandungan khlor dalam bahan pakan maka kadar
khlor dalam urine juga akan meningkat (Murray et al., 2003).
Urine normal, jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbedabeda
sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila
terlampau banyak protein dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang
diperlukan untuk melarutkan ureanya. Dalam urine normal terutama terdiri atas
air, urea, dan natrium khlorida (Pearce, 2002).
Perbedaan kandungan Cl dalam urine dapat disebabkan karena perbedaan
aktivitas ginjal, misalnya perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi
dalam tubulus, kadar aldosteron dalam darah dan hormonhormon adrenokorteksialin
dan hormon neuratik. (Ganong, 2003 ).
Sebagian besar khlor yang terdapat pada urine berasal dari makanan yang
dimakan ternak. Semakin besar kandungan khlor dalam bahan pakan maka kadar
khlor dalam urine juga akan meningkat (Murrayet al., 2003).
Analisis kuantitatif terhadap urin sangat penting guna mengetahui sampai
seberapa jauh terjadi kontaminasi oleh benda atau senyawa asing. Senyawa
nitrogen yang terdapat dalam urin akan diubah menjadi amonium sulfat oleh asam
sulfat pada suhu yang tinggi (Mantoharsono, 1999).
Urine basa dengan pH yang lebih tinggi dari 7 mengandung bikarbonat
tetapi tidak mengandung asam yang dapat dititrasi ataupun amonium. Urine basa
juga mengandung natrium dan kalium. Diuresis berarti meningkatnya jumlah
produksi urine. Hal ini dapat disebabkan oleh naiknya tingkat plasma dari satu
atau lebih komponen uriner, termasuk air. Diuresis ini terjadi apabila tekanan
osmotie turun ke tingkat yang tidak akan merangsang pelepasan ADH. Zat-zat
lebihan lainnya kecuali air haruslah tetap berada dalam larutan jika zat-zat
tersebut tidak berada dalam larutan tidak akan dapat disekresikan. Hal ini menimbulkan
diuresis osmotie. Air yang diperlukan untuk berperan sebagai pelarut
menghasilkan kenaikan volume urine (Frandson, 1992).
Apabila urin pekat,
terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut dan bila urine encer, terjadi
ekskresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini memiliki arti
penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh. Pengaturan
ekskresi air terutama dilakukan oleh hormon vasopresin yang bekerja pada duktus
koligentes (Ganong,2003).
Perbedaan kandungan Cl
dalam urine dapat disebabkan karena perbedaan aktivitas ginjal, misalnya
perubahan jumlah yang difiltrasi dan reabsorbsi dalam tubulus, kadar aldosteron
dalam darah dan hormon-hormon adrenokorteksialin dan hormon neuratik. (Ganong,
2003).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum urine kuantitatif ini adalah gelas piala, labu takar 100 ml, pipet tetes, buret, kertas saring, gelas piala, dan gelas Erlenmeyer.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum
urine kuantitatif ini adalah urine sapi PO (Peranakan Ongole) dan PFH, HNO3
pekat, AgNO3, air suling, indikator feriamonium-sulfat, dan amonium
tiosianat.
Metode
Kedalam
labu takar 100 ml ditambahkan 10 ml urine melalui pipet tetes. Kemudian
diteteskan 1 ml HNO3 pekat lalu dituangkan perlahan-lahan 20 ml
larutan standart AgNO3 dari sebuah buret sambil digoyangkan. Setelah
itu diencerkan dengan air suling sampai tanda. Selanjutnya digojok dan disaring
dengan kertas saring lalu filtrat ditampung di gelas piala.
Sebanyak
50 ml filtrat diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
dan ditambahkan 5 ml indikator. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
amonium tiosianat sampai timbul warna merah.Untuk mengetahui banyaknya gram NaCl yang terdapat di
dalam 20 ml urine, dipergunakan rumus sebagai berikut :
(
20 – 2X ) x 0,01 = gram NaCl
dengan X = jumlah ml AgNO3 sisa
Kadar
BaCl = BA Cl x gram NaCl
BM NaCl
BACL = Berat atom Cl = 35,5
BM
NaCl= Berat molekul NaCl = 58,5
Hasil dan Pembahasan
Urin
merupakan larutan
berair, yang berwarna jernih kekuningkuningan, berbau, reaksinya asam dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kegiatan ginjal. Di dalam urin terdapat
beberapa senyawa baik organik maupun anorganik seperti urea, kreatinin, fosfat,
sulfat, ion amonium, magnesium, pigmen, natrium, kalium, kalsium dan klor.
Kadar yang diukur dalam percobaan ini adalah kadar klor yang terdapat dalam
urin sapi PO dan PFH. Warna urin sapi PO dan PFH yang digunakan dalam pengujian
mula-mula berwarna kuning jernih. Ketika urin ditetesi HNO3 warna berubah
menjadi orange dan ketika ditambahkan larutan AgNO3, larutan menjadi keruh
berwarna merah muda. Terbentuknya larutan berwarna merah muda atau pink
menunjukan adanya ion Cl dalam urin. Hal ini terjadi karena terikatnya ion Cl
sehingga membentuk endapan AgCl, akibat penambahan AgNO3. Dimana peran AgNO3 adalah
sebagai pengikat ion Cl dan asam nitrat yang digunakan untuk mengasamkan
larutan urin sebelum ditambahkan AgNO3 berfungsi mencegah terbentuknya endapan
perak phospat. Sesuai prinsip kerja, bilamana dalam suatu larutan yang
mengandung ion klor dibubuhkan AgNO3 dan diasamkan dengan asam nitrat maka akan
membentuk endapan AgCl. Setelah ditambahkan indikator, larutan dititrasi dengan
larutan NH4CNS (Ammonium Tiosianat) menghasilkan larutan berwarna merah.
Reaksi yang terjadi pada uji khlor:
1. NaCl + AgNO3 (berlebih)
AgCl (endapan putih) + NaNO3
2. AgNO3 (sisa) + NH4CNS
NH4NO3 + AgCNS
3. NH4CNS + FeNH4(SO4)2 Kompleks
Fersulfosilat (merah)
Dari percobaan yang
dilakukan, didapatkan bahwa kadar khlor pada 10 ml urin yang terdapat pada sapi
PO adalah 0,0042% sedangkan pada sapi PFH adalah 0,0054%. Perbedaan kandungan
Cl pada urin disebabkan oleh perbedaan temperatur, konsumsi air dan pakan.
Selain itu juga disebabkan oleh aktivitas ginjal, misalnya perubahan jumlah
yang difiltrasi dan yang diabsorbsi dalam tubulus, kadar aldosteron dalam darah
dan hormon adrenokartikal dan hormon neuratik lain. Selain itu pH juga sangat
berpengaruh. Kaitannya disini bahwa pH urin tergantung pada kualitas berbagai
ion yang terdapat di dalam urine hewan tersebut. Peningkatan bikarbonat di
dalam urine dapat menyebabkan adanya peningkatan kebasaan dalam urin. Urin yang
bersifat asam dapat dihasilkan dari pertukaran Na dengan ion-ion hidrogen atau
amonium klorida.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini,
dapat diketahui bahwa urin kadar Cl yang terdapat dalam 10 ml urin PO adalah
0,0042% sedangkan pada sapi PFH adalah 0,0054%. Kandungan Cl pada urin
disebabkan karena perbedaan temperatur, konsumsi air dan pakan. Selain itu juga
disebabkan oleh aktivitas ginjal, misalnya perubahan jumlah yang difiltrasi dan
yang diabsorbsi dalam tubulus, kadar aldosteron dalam darah dan hormon
adrenokartikal dan hormon neuratik lain.
Daftar Pustaka
Frandson.R.D. 1992
Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Ganong, W.F. 2003. Fisiologi
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Kamal, M. 1999.
Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan UGM: Yogyakarta.
Mantoharsono.1999.
Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press: Jakarta
Murray, Robert, K. Darylk, Granner,
Peter, A. mayos, Victor, W. Rodwell. 2003. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.
Kustono. 1997. Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Pearce, 2002. Animal
Phisyologi. JB. Lippincott Company : Philadelphia and Toronto.
Comments
Post a Comment