Biokimia Dasar (Pencernaan)
Tinjauan Pustaka
Sistem pencernaan atau sistem gastro
intestinal merupakan pintu gerbang masuknya bahan makanan, vitamin, mineral dan
cairan ke dalam tubuh (Ganong, 2003). Pencernaan bahan makanan utama merupakan proses yang
teratur yang melibatkan sejumlah besar enzim pencernaan. Enzim kelenjar saliva
dan kelenjar lingualis mencerna karbohidrat dan lemak, enzim lambung mencerna
protein dan lemak, DNA dan RNA.
Enzim lain yang melengkapi proses pencernaan di temukan di dalam membran luminal dan sitoplasma sel-sel dinding usus halus. Kerja berbagai enzim tersebut dibantu oleh enzim asam hidroklorida yang disekresikan lambung dan empedu yang disekresi oleh hepar (Ganong, 2003).
Enzim lain yang melengkapi proses pencernaan di temukan di dalam membran luminal dan sitoplasma sel-sel dinding usus halus. Kerja berbagai enzim tersebut dibantu oleh enzim asam hidroklorida yang disekresikan lambung dan empedu yang disekresi oleh hepar (Ganong, 2003).
Pada usus halus tejadi penyerapan
makanan yang terjadi pada duodenum, jejenum dan ileum, tetapi pada duodenum
hanya sebagian kecil saja. Sari makanan terdiri dari: asam amino, glukosa, asam
lemak dan gliserol sedangkan sari makanan yang tak dicerna di sini adalah
vitamin dan garam mineral (Thomy, 1998).
Pencernaan dalam mulut
terjadi karena secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik dilakukan oleh gigi
dengan jalan dikunyah dan secara kimiawi dilakukan oleh saliva. Setelah didalam
mulut makanan akan melalui pencernaan oesophagus dan di dalam faring dan
oesophagus tidak terdapat tahap enzime sehingga tidak mempunyai fungsi
pencernaan kemik (Tillman, 1998).
Pencernaan
dalam lambung. Lambung adalah ruang sederhana yang berfungsi sebagai tempat
pencernaan dan penyimpanan makanan (Tilman,
1998). Zat organik yang ada pada cairan lambung adalah HCl, NaCl. KCl dan
fosfat, sedangkan zat organik yang terdapat pada cairan tersebut adalah enzim
pepsin, renin dan lipase, dengan adanya HCl menyebabkan cairan dalam lambung
berubah asam dengan pH antara 1,0 sampai 2,0 (Poedjiadi, 1994). Di dalam
lambung terjadi pencernaan protein, lemak dan pencernaan karbohidrat tidak
terjadi lagi karena enzim petialin bersifat normal sedangkan pada lambung
bersifat basa sehingga enzim petialin tidak aktif lagi dan menyebabkan pencernaan
karbohidrat di dalam lambung tidak terjadi (Tillman et el., 1998).
Pencernaan
dalam usus. Ada dua organ tubuh yang mempunyai peran penting dalam pencernaan
di dalam usus yaitu pankreas dan empedu. Cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
maupun empedu mempunyai sifat basa. Oleh karena itu cairan makanan yang
bersifat asam akan dinetralkan dan aktivitasnya bersifat basa. Suasana basa ini
menyebabkan syarat bekerjanya enzim-enzim yang menjadi katalis dalam proses
pencernaan makanan di dalam usus (Poedjiadi, 1994). Zat organik yang terdapat
pada cairan pankreas adalah protein dan beberapa enzim yaitu tripsin,
kemotripsin, karboksi peptidase, amilase, lipase fosforilase, kolesterol ester
hidrolase, ribonuklease dan kolagerase. Sedangkan zat organik yang terdapat
pada cairan empedu adalah asam- asam empedu dan kolesterol (Tilman, 1998).
Materi dan Metode
Materi
Alat.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,
gelas ukur, api spirtus, kertas saring, penangas air 37ºC, corong, labu
Erlenmeyer, mangkuk, dan droplet.
Bahan.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan NaCl 0,2%,
saliva encer, air bersih, larutan amilum 1%, larutan Iod, larutan Benedict,
larutan HCl encer, karmen fibrin, larutan pepsin, larutan HCl 0,4%, larutan HCl
pekat, larutan ekstrak penkreas netral, kongo merah fibrin, Na2CO3
2%, larutan empedu, susu, fenol red,
serbuk belerang, larutan MgSO4, larutan BaCl2 10%, R
Fouchet, dan larutan HNO3 pekat.
Metode
Fungsi saliva dalam mulut
Daya amilolitik saliva. Mula-mula
seorang praktikan berkumur dengan air bersih, kemudian berkumur dengan 20 ml
larutan NaCl 0,2%. Hasil kumuran ditampung dalam sebuah labu, digojok, kemudian
disaring sehingga diperoleh saliva encer. Setelah itu, larutan saliva encer
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 5 ml. Pada tabung 1, saliva
tersebut dididihkan lalu didinginkan dan ditambahkan 5 ml HCl encer kemudian 5
ml amilum 1%. Pada tabung 2, ditambahkan 5 ml larutan HCl encer kemudian 5 ml
amilum 1%. Tabung ketiga ditambahkan 5 ml amilum 1%. Ketiga tabung bersama-sama ditempatkan pada penangas air
dengan suhu 37ºC. Tiap menit sekali setetes cairan tabung 3 diuji dengan
larutan Yod, jika pengujian tidak menunjukkan reaksi positif perlakuan
dihentikan dan dikerjakan uji Benedict.
Pencernaan dalam lambung
Hidrolisis protein oleh pepsin. Tiga
buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 1 ml larutan pepsin. Pada tabung
1, ditambahkan 1 ml larutan HCl 0,4% dan 2 potong fibrin karmen (fibrin yang
diberi warna karmen). Pada tabung 2, ditambahkan 1 ml air dan 2 potong karmen.
Pada tabung 3, larutan pepsin dididihkan selama 1 menit kemudian didinginkan
dan ditambahkan 1 ml larutan HCl 0,4% dan 2 potong fibrin karmen. Setelah itu,
ketiga tabung tersebut ditempatkan di atas penangas air 37ºC. Kemudian hasil pengamatan ketiga tabung dicatat.
Pencernaan
oleh pancreas
Hidrolisis protein. Mula-mula
disiapkan 3 tabung, pada tabung 1 dan tabung 2 dimasukkan 1 ml ekstrak pankreas
netral,2 tetes Na2CO3 2% dan 2 potong kongo merah fibrin,
sedangkan pada tabung 2 ditambahkan 2 tetes empedu. Tabung 3 diisi dengan 1 ml
air dan 2 tetes Na2CO3. Kemudian ketiga tabung
ditempatkan pada penangas air dengan suhu 37ºC. Setelah itu, hasil pengamatan
yang terjadi pada ketiga tabung diamati dan dicatat, warna merah berarti
terjadi pencernaan.
Hidrolisis amilum. Sebanyak
5 ml larutan amilum ditambahkan 1 ml ekstrak pankreas netral dan diinkubasikan
pada suhu 37ºC. Kemudian perubahannya diuji dengan Yod, lalu diuji Benedict.
Hasil pengamatan dicatat.
Hidrolisis lemak.
Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Pada tabung 1 diisi 2 ml air susu dan 1 ml
extrak pankreas netral. Tabung 2, diisi 2 ml air susu,1 ml extrak pankreas
netral dan ditambahkan 2 tetes empedu. Pada tabung 3, diisi 2 ml air susu dan 1
ml air. Ketiga tabung ditambahkan 4 tetes fenol merah dan Na2CO3
2% sampai warna larutan menjadi merah muda. Kemudian diinkubasi di atas
penangas air pada suhu 37ºC. Diamati perubahan warna dari merah menjadi kuning.
Fungsi empedu
Penurunan tegangan muka oleh garam
kholat. 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan air dan
empedu encer. Serbuk belerang ditaburkan diatas permukaan cairan. Diamati
keadaan serbuk itu.
Pigmen-pigmen empedu (fouchet). Sebanyak
15 ml empedu masak, ditambahkan 2 tetes larutan MgSO4 jenuh dan 5 ml
BaCl2 10%. Kemudian dimasak dan dibiarkan terbentuknya endapan dan
disaring. Endapan yang berada pada kertas saring ditambahkan 1-2 tetes R.
Fouchet. Dicatat warna (hijau) yang timbul pada endapan.
Pigmen-pigmen empedu (Gmelin). Sebanyak
3 ml HNO3 pekat ditambahkan 1 ml empedu encer melalui dinding tabung
sehingga terjadi 2 lapisan. Kemudian diamati dan dicatat warna yang timbul pada
bidang batas lapisan tadi.
Hasil
dan Pembahasan
Fungsi
saliva dalam mulut.
Daya
amilolitik saliva.
Dalam percobaan, pada penggunaan saliva yang dididihkan terlebih dahulu dan
pada saliva yang ditambahkan HCl dengan uji Iod menunjukkan reaksi yang positif
dengan warna biru kehitaman yang tidak sama dengan warna Iod. Hal tersebut
dikarenakan rusaknya enzim ptialin dalam saliva akibat pemanasan, dan tidak
samanya pH lingkungan dengan pH enzim ptialin akibat penambahan HCl. Pada
saliva tanpa dipanaskan dan ditambahkan
HCl, menunjukkan hasil negatif dengan uji Iod dimana warna sama dengan
Iod. Uji negatif ini menunjukkan enzim ptialin telah menghidrolisis amilum dan
Iod tidak lagi menghidrolisis amilum yang telah terhidrolisis. Apabila diuji
Benedict menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Hidrolisis
protein oleh pepsin. Tabung
pertama diisi oleh 1 ml pepsin + 1 ml HCl 0,4% + 1 potong fibrin karmen, lalu
letakkan pada penangas 37 10’ dan terjadi
hidrolisis protein. Tabung kedua diisi 1 ml air + 1 ml HCl 0,4% + 1 potong
fibrin karmen, lalu
letakkan pada penangas 37 10’ dan tidak terjadi
hidrolisis. Tabung ketiga diisi oleh 1 ml pepsin kemudiah didihkann dan
diinginkan dan ditambah1 ml HCl 0,4% + 1 potong fibrin karmen lalu letakkan pada penangas 37 10’ dan tidak terjadi
hidrolisis. Pada tabung pertama terjadi hidrolisis protein karena suasananya
asam dengan adanya penambahan HCl. Tabung kedua, meskipun dalam suasana asam
dengan adanya HCl tetapi tidak adan enzim sehingga tidak ada enzim sehingga
tidak terjadi hidrolisis. Tabung ketiga ketika dipanaskan enzim akan rusak dan
tidak terjadi hidrolisis.
Hidrolisis
protein di pancreas. Tabung
pertama diisi 1 ml ekstrak pancreas netral + 2 tetes Na2CO3 2%
ditambah 1 potong kongo merah fibrin, lalu letakkan pada penangsa 37 selama 10 menit dan
larutan berubah menjadi coklat. Tabung kedua diisi 1 ml ekstrak pancreas netral
+ 2 tetes Na2CO3 2% ditambah 1 potong kongo merah fibrin
dan 2 tetes larutan empedu lalu letakkan pada penangas air 37 selama 10 menit, larutan
berubah warna menjadi coklat tua. Tabung ketiga diisi 1 ml air, 2 tetes 2 tetes Na2CO3 2%
ditambah 1 potong kongo merah fibrin, lalu letakkan pada 37 selama 10 menit, larutan
bewarna bening. Pada tabung pertama larutan bewarna kecoklatan membuktikan
fibrin mengembang dan ada enzim tripsin dan khimotripsin dalam larutan tersebut
yang dapat menghidrolisis protein yaitu kongo merah fibrin menjadi polipeptida.
Tabung kedua berisa larutan kecoklatan yang lebih tua diakibatkan larutan
empedu yang menyempurnakan hidrolisi protein. Tabung ketiga larutan bewarna
bening kekuningan akibat tidak adanya cairan pancreas sehingga tidak ada enzim
maka tidak terjadi hidrolisi protein.
Hidrolisis amilum. Percobaan ini
digunakan untuk mengetahui kerja enzim yang ada di pankreas terhadap amilum.
Dalam percobaan ini digunakan amilum dan ekstrak pankreas sebagai sumber enzim.
Setelah amilum ditambah
ekstrak pancreas netral dan diinkubasi pada suhu 37o C, maka larutan
terdapat warna coklat. Setelah itu diuji Iod, sehingga warnanya sama seperti
warna larutan Iod. Ini berarti bahwa hasil dari uji tersebut adalah positif.
Kemudian diuji dengan larutan Benedict terbentuk warna merah bata dan terdapat
endapan.
Pankreas menghasilkan bermacam-macam enzim yang dapat menghidrolisis amilum
antara lain sukrose yang berfungsi memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa, maltase yang berfungsi memecah maltosa menjadi 2 molekul glukosa dan
laktase yang berfungsi memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Dari kesemuanya itu
menunjukkan bahwa amilum telah terhidrolisis oleh ekstrak pancreas netral. Hal
ini terjadi karena di dalam ekstrak pancreas netral terdapat enzim amylase yang
dapat menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Sedangkan Uji Iod dimaksudkan
untuk mengetahui apakah amilum sudah membentuk glukosa atau belum. Disini
terlihat bahwa amilum telah membentuk glukosa yang dibuktikan dengan
terbentuknya warna ungu pada Uji Iod. Sedangkan Uji Benedict dimaksudkan untuk
mengetahui gugus reduksi, dan hasil ujinya adalah positif dengan terbentuknya
endapan merah bata.
Hidrolisis lemak. Percobaan ini digunakan untuk mengetahui kerja enzim yang
disekresikan oleh pankreas terhadap lemak. Dari tabung 1 setelah susu, ekstrak pancreas netral,
fenol red dan Na2Co3 dicampurkan sampai berwarna merah
muda, lalu diinkubasi pada suhu 37o C, maka terbentuk warna oranye
dan masih terdapat warna pink. Hal ini berarti bahwa susu (sebagai lemak) telah
mengalami hidrolisis namun tidak sempurna, hal ini dibuktikan dengan masih
adanya warna pink. Hidrolisis ini terjadi karena adanya ekstrak pancreas netral
yang merupakan sumber enzim, sedangkan penambahan Na2CO3
dimaksudkan untuk mengkondisikan seperti suasana usus yang basa dan penambahan
fenol red hanya berfungsi sebagai indicator untuk pencirian warna. Adapun
inkubasi pada suhu 37o C dimaksudkan untuk mengkondisikan seperti
suhu tubuh kita. Pada tabung 2, setelah susu, ekstrak pancreas netral, larutan
empedu, fenol red dan Na2CO3 dicampur sampai berwarna
merah muda dan diinkubasi pada suhu 37o C, maka larutan menjadi
berwarna oranye. Hal ini menunjukkan bahwa susu (sebagai lemak) telah mengalami
hidrolisis sempurna karena warna pink sudah tidak terlihat lagi. Hidrolisis
sempurna ini terjadi karena adanya pancreas netral yang merupakan sumber enzim
dan adanya penambahan larutan lemak yang dapat mengemulsi lemak sehinga reaksi
hidrolisis ini terjadi dengan cepat dan sempurna. Adapun penambahan Na2CO3
serta inkubasi pada suhu 37o C mempunyai fungsi yang sama seperti
pada tabung 1. Pada tabung 3, setelah susu, air, fenol red, dan Na2CO3
dicampur sampai warna merah muda lalu diinkubasi pada suhu 37o C,
maka warna larutan tetap yaitu berwarna merah muda (pink) pekat. Hal ini
berarti bahwa susu (sebagai lemak) tidak mengalami hidrolisis karena tidak
adanya enzim yang dapat membantu terjadinya reaksi tersebut, sedangkan air
tidak dapat membantu terjadinya reaksi hidrolisis. Adapun penambahan fenol red
dan Na2CO3 serta inkubasi pada suhu 37o C
mempunyai fungsi yang sama seperti pada tabung 1 dan 2.
Penurunan
tegangan permukaan oleh garam kholat. Tabung
pertama diisi 2 ml air dan serbuk belerang, belerang yang dimasukkan tidak
jatuh kedasar air namun tetap berada diatas permukaan air. Tabung kedua
diisi 2 ml empedu dan ditambah serbuk belerang dan belerang jatuh
kedasar tabung. Serbuk belerang jatuh
kedasar tabung karena ada larutan empedu yang dapat menurunkan tegangan
permukaan. Pada tabung yang diisi air serbuk belerang tidak jatuh kedassar
karena tidak ada larutan empedu. Air tidak dapat menurunkan tegangan
permukaan.
Uji
Gmelin. Tabung diisi 3 ml HNO3 pekat
kemudian ditambah 1 ml empedu melalui dinding tabung lalu terbentuk 3 lapisan
larutan, lapisan atas bewarna hijau,lalu dibawahnya ada cincin ungu dan lapisan
dibawahnya bening, namun lapisan itu lama-lama menghilang menjadi bening.
Cincin warna terbentuk karena HNO3 pekat mengoksidasi pigmen empedu.
Uji
Fouchet. Tabung diisi
2,5 ml empedu kemudian dimasak ditambah 2 tetes MgSO4 dan 5 ml BaCl2
10%, lalu dimasak dan disaring didapatkan larutan bewarna hijau. Kemudian
endapan yang didapat yakni BaSO4 ditambah 1 tetes larutan fouchet
endapan berubah menjadi biru kehijauan Bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin
sehingga warnanya berubah menjadi hijau.
Kesimpulan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
pencernaan nutrient pakan melalui proses hidrolisis oleh enzim dan mengetahui
fungsi organ sekreternya.
Di
dalam mulut terjadi pencernaan fisik
(dengan gigi) dan enzimatis (dengan enzim ptialin). Pencernaan yang terjadi
adalah pencernaan amilum menjadi maltosa.
Pada
lambung terjadi pencernaan protein menjadi pepton dengan bantuan enzim pepsin.
Pepsin sendiri dihasilkan dari pepsinogen yang bekerja dalam lingkungan asam,
dengan bantuan HCl. HCl mengubah pepsinogen menjadi pepsin dan pepsin mengubah
protein menjadi pepton.
Pada
pankreas terjadi pencernaan protein, lemak dan karbohidrat. Pencernaan ini
dibantu oleh enzim tripsin, kemotripsin, lipase dan amilase yang kesemuanya
bersifat alkali. Selain ketiga enzim diatas pencernaan masih dibantu oleh
empedu.
Empedu bersifat alkali yang
membantu membuat makanan yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral. Di
dalam empedu terkandung garam-garam organik, garam-garam mineral, kholesterol
dan zat warna bilirubin dan biliverdin. Adapun fungsi dari empedu itu adalah
merubah zat yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air, menurunkan
tegangan permukaan sehingga lemak berubah menjadi emulsi lemak, mengaktifkan
lipase dan membantu penyerapan vitamin K.
Daftar
Pustaka
Ganong, F.W. 2003. Fisiologi
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Tillman, Allen.1998. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Thomy, Z. 1998. Biologi Bintap. Yrama Widya: Bandung.
Comments
Post a Comment