Penyamakan Kulit
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak masa prasejarah pemanfaatan kulit telah dikenal oleh
masyarakat. Hal tersebut terbukti dari peninggalan tertulis maupun
pahatan/relief pada batu yang menunjukkan bagaimana proses pengolahan kulit dan
kegunaannya pada manusia sebagai pakaian serta rumah maupun tenda dari bahan
kulit (bangsa Indian). Di Semenanjung Asia terutama India dan China ditemukan
bukti tertulis. Di Afrika khususnya Mesir ditemukan pakaian dari kulit yang
dipakai untuk membungkus mummy. Di Eropa, pengembaraan bangsa Moor telah
membawa budayanya sampai Spanyol sehingga teknologi pengolahan kulit berkembang
sampai negaranegara Eropa lainnya. Di Museum Berlin disimpan batu yang
menggambarkan proses pengolahan kulit harimau. Demikian pula di British Museum
kini tersimpan pakaian dan sepatu dari kulit dari masa prasejarah. Perkembangan
proses pengolahan kulit secara sederhana dan pemanfaatannya di Asia disebarkan
ke Asia dan Afrika oleh Marcopolo.
Pada mulanya kulit hewan besar dan
kulit hewan kecil dikeringkan dengan jalan diasapi. Seiring dengan perkembangan
peradaban manusia ditemukanlah suatu cara untuk memperbaiki mutu kulit mentah,
yaitu dengan menambahkan\ bahan-bahan nabati yang mengandung senyawa tannin seperti
kulit (babakan) kayu, ranting kayu dan buah-buahan.
Di negara-negara yang beriklim
dingin kulit merupakan barang yang sangat vital terutama sebagai bahan pakaian.
Pada zaman modern sekarang jas dan jaket pada prinsipnya merupakan adaptasi
dari pakaian zaman dahulu. Dari memorimemori yang diketemukan oleh bangsa
Yunani Kuno, mereka kemudian menggunakan kulit secara meluas untuk bahan baju,
sepatu, helm, celana dan sebagainya. Demikian juga bangsa anglo sakson telah
menggunakannya dengan dekorasi dan berbagai desain dari logam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit merupakan hasil sampingan dari
hewan yang dagingnya dikonsumsi. Kulit yang dihasilkan dari binatang yang
dagingnya dikonsumsi harganya terjangkau. Sebaliknya, kulit binatang yang dagi
ngnya tidak dikonsumsi harganya cukup mahal seperti kulit buaya, biawak dsb.
Ada jenis binatang langka yang dilindungi dan dilarang untuk diburu misalnya
gajah, buaya, harimau dsb, sehinngga kulit dari jenis binatang ini juga langka.
1. Jenis Kulit Berdasarkan Asal Hewan
- Hewan ternak : sapi, kerbau, kuda, Kambing, domba, babi.
- Hewan melata : buaya, biawak, komodo, ular, kodok
- Hewan air: ikan pari, ikan kakap, ikan tuna
- Hewan liar: gajah, harimau
- Burung : burung unta, ayam
2. Pembagian Kelompok Kulit
1.
Kulit besar (Sapi,kerbau, kuda, gajah)
2.
Kulit kecil (kambing, domba, kijang, kelinci)
3.
Kulit reptil (ular, buaya, biawak, kadal,
kodok)
4.
Kulit ikan (pari, hiu, tuna).
Penyamakan kulit merupakan suatu
proses untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak
oleh pengaruh fisik, kimia dan biologis) menjadi kulit yang lebih stabil
terhadap pengaruh tersebut yang biasa disebut kulit tersamak (leather).
Penyamakan kulit bertujuan untuk mencegah terjadinya lisis dan autolisis
terhadap komponen-komponen penyusun kulit.
Jenis
penyamakan yang kita kenal ada empat, yakni :
1.
Penyamakan mineral Jenis bahan penyamak yang
sering digunakan dalam penyamakan ini antara lain yang berasal dari golongan
aluminium seperti tawas putih (K2SO4 Al2(SO4)3 24H2O), golongan krom seperti
Cr2O3 (produk komersial dengan merek Chromosal-B) dan Zirkonium. Produk kulit
jadi (leather) yang biasa dihasilkan melalui penyamakan ini antara lain
: kulit untuk sepatu, bahan jaket, tas kantor, dompet dan lap (chamois).
2.
Penyamakan nabati Jenis bahan penyamak yang
digunakan adalah bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti akar,
batang dan daun. Prinsipnya bahwa semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung tannin
dapat digunakan. Contoh tumbuhan yang sering digunakan antara lain : mahoni,
pisang, teh, akasia, bakau. Tumbuhan yang mengandung tannin dicirikan oleh rasa
yang sepat dan reaksi dengan besi seperti pisau menghasilkan warna ungu
kehitaman. Contoh produk kulit jadi yang dihasilkan adalah sepatu sol (sepatu
kerja/sepatu militer/polisi).
3.
Penyamakan sintetis Penyamakan sintetis
menggunakan bahan-bahan dari golongan fenol yang telah dibesarkan molekulnya
melalui proses sulfonasi dan kondensasi. Produk komersial dijual dengan merek
basyntan, irgantan dan tanigan. Tujuan yang diharapkan dari penyamakan ini
adalah memperoleh kulit jadi dengan menampilkan kesan aslinya, seperti kulit
reptil (ular, buaya biawak) maupun pada kulit kaki ayam. Melalui teknik
penyamakan ini relief (rajah) khas yang dimiliki masing-masing kulit
tetap dipertahankan dan akan tetap tampak sebagai suatu seni (art)
tersendiri.
4.
Penyamakan minyak Jenis bahan penyamak
yang digunakan adalah berasal dari minyak ikan. Salah satu contoh bahan
penyamak minyak yang telah banyak dijumpai di pasaran adalah minyak ikan hiu.
Dalam perdagangan biasa dikenal dengan nama minyak ikan kasar. Minyak ikan yang
digunakan memiliki ikatan C rangkap atau bilangan yodium dengan kisaran 80-120.
Produk kulit jadi yang dihasilkan misalnya adalah : kulit bulu (zemleer).
Proses Dasar Penyamakan Kulit
Secara umum penyamakan kulit memiliki
tahap-tahap sebagai berikut :
a.Tahap pertama adalah proses pendahuluan (beam
house operation) yang meliputi : perendaman, pembuangan lemak, pengapuran,
buang bulu, buang daging, pengapuran ulang, buang kapur, pengikisan protein dan
pengasaman
b.
Tahap kedua proses penyamakan
c.
Tahap ketiga adalah proses finishing yang
meliputi : pemeraman, pemerahan, pengetaman, penetralan, pengecatan dasar,
peminyakan, fiksasi, pengurangan kadar air, perataan rajah, pengeringan,
pembasahan kembali, pelemasan, pementangan, pengampelasan, pengecatan tutup dan
pengkilapan.
Adapun penjelasan secara mendetail dari
setiap tahap proses tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut :
1.
Perendaman (soaking) Tujuan dilakukannya
tahap perendaman adalah : a) mengembalikan kadar air yang hilang selama
pengawetan, b) mengembalikan sifat-sifat kulit mentah seperti keadaan semula
dan c) membersihkan kulit awetan dari bahan-bahan pengawet seperti garam,
darah, lemak serta sisa-sisa kotoran. Prinsip kerja proses perendaman adalah
bahwa air yang masuk ke dalam kulit akan membasahkan kembali dan mengencerkan
garam pengawet serta melarutkan protein globuler. Bila protein globuler tidak
dibuang akan berpengaruh terhadap proses penyamakan. Penambahan desinfektan
akan menghambat pertumbuhan mikroba.
2.
Pembuangan lemak (degreasing) Proses ini
bertujuan untuk menghilangkan lemak alami yang ada pada kulit.
3.
Pengapuran (liming) Tahap ini bertujuan
untuk : a) Menghilangkan epidermis, bulu, kelenjar keringat, kelenjar minyak
dan zat-zat yang tidak diperlukan, b) mempermudah pelepasan lapisan subkutis,
c) membengkakkan dan memisahkan ikatan serabut kolagen menjadi serabut yang
terpisah dan d) melarutkan substansi perekat korium. Prinsip kerja proses
pengapuran adalah bahwa : a) kapur akan menghidrolisis protein (molekul
sederhana) dan melarutkannya serta Na2S yang digunakan akan mereduksi protein
keratin sehingga akan lebih mudah dihidrolisis oleh basa.
4.
Buang buang bulu (unhairing) Proses
buang buang bulu bertujuan untuk membuang bulu yang tidak diperlukan.
5.
Buang daging (fleshing) Proses buang
daging bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa daging, lemak dan lapisan
subkutis. Prinsipnya bahwa sisa daging atau subkutis yang tertinggal pada
bagian flesh akan menghambat penetrasi bahan kimia dan bahan penyamak. Proses
ini dilakukan dengan menggunakan mesin fleshing dan sisa-sisa daging dan lemak
serta lapisan subkutis yang masih tertinggal seharusnya dihilangkan hingga
bersih.
6. Pengapuran ulang (reliming) Proses ini
bertujuan untuk menyempurnakan tujuan proses pengapuran awal. Prinsip kerjanya
bahwa kapur akan mencerna sisa-sisa rambut, epidermis, protein globuler maupun
lemak. Komponen lemak dapat dihilangkan dengan menggunakan pisau.
7.
Buang kapur (deliming) Proses buang
kapur bertujuan : a) menghilangkan kapur yang terikat oleh kolagen dan kapur
tidak terikat yang berada di antara serat kolagen serta b) menurunkan
pembengkakan yang terjadi pada saat proses pengapuran. Prinsip dilakukannya
proses buang kapur adalah kapur yang tertinggal di dalam kulit harus dihilangkan
oleh karena penyamakan harus dilakukan pada suasana asam. Kapur yang terikat
secara kimia selanjutnya dapat dihilangkan melalui proses selanjutnya.
8.
Pengikisan protein (bating) Tujuan
dilakukannya proses bating adalah : a) membuat agar permukaan (grain)
pada kulit samak terlihat lebih bersih, halus dan lembut, b) agar dihasilkan kulit
samak yang bertekstur lunak, lembut dan stretchy serta c) untuk
mendegradasi lemak dan protein-protein globular.
9.
Pengasaman (pickling) Tujuan
dilakukannya proses pengasaman antara lain : a) menyiapkan kondisi kulit agar
sesuai dengan kondisi larutan penyamak sehingga bahan penyamak mudah masuk,
terdistribusi dan bereaksi dengan kolagen kulit, b) menetralkan sisa-sisa kapur
dan menghilangkan flek-flek besi yang berasal dari Na2S saat dilakukan proses
pengapuran.
10.
Penyamakan (tanning) Tujuan
dilakukannya proses penyamakan adalah untuk mengubah kulit mentah yang mudah
busuk menjadi kulit samak yang awet, lembut dan tidak membengkak bila
dibasahkan lagi. Kulit yang sudah diproses (soaking-pickling) masih
dapat mengalami proses pembusukan, sehingga untuk mencegah hal tersebut maka
kulit harus segera disamak.
11.
Pemeraman (aging) Proses pemeraman
dilakukan dengan tujuan : a) mengurangi kadar air kulit, b) menghilangkan
lipatan-lipatan selama proses sebelumnya dan c) mengusahakan agar kulit
mencapai luas maksimum. Kegiatan ini dilakukan dimana kulit-kulit yang telah
melalui proses penyamakan ditumpuk satu persatu, bagian daging berada dibawah
dan bagian rajah berada di atas. Bagian paling atas ditutup dengan plastik dan
bagian daging diletakkan menghadap ke atas. Hal terpenting yang harus
diperhatikan bahwa proses pengetusan (aging) yang terlalu lama dengan
cara menumpuk kulit di atas kuda-kuda maupun papan penumpukan dapat
mengakibatkan kulit mudah berjamur. Dalam mengantisipasi hal tersebut, maka
seharusnya dilakukan perendaman kulit dalam drum yang berisi air hangat (suhu
70°C) dan anti jamur (misalnya : Biocide C3). Selain itu proses aging
diupayakan jangan terlalu lama, apabila kadar air kulit sudah berkurang maka proses
kulit sudah dapat dilanjutkan kembali.
12.
Pemerahan (sammying) Proses
pemerahan dilakukan dengan menggunakan mesin perah/mesin sammying ataupun
dengan cara manual. Jika kulit masih terlalu basah maka proses ini diulang lagi
sampai kulit terasa keset jika dipegang.
13.
Pengetaman (shaving) Proses
pengetaman dikerjakan dengan menggunakan mesin shaving. Kulit yang telah
dishaving kemudian ditimbang sebagai acuan untuk menentukan bahan-bahan kimiawi
pada proses selanjutnya.
14.
Penetralan (neutralization) Tujuan
proses penetralan adalah untuk mengurangi kadar keasaman kulit agar tidak
menghambat proses pengecatan dasar. Prinsip kerjanya adalah bahwa kulit yang
disamak dengan bahan penyamak krom, tingkat keasamannya masih tinggi sehingga
harus dinetralkan sebelum dicat dasar karena cat dasar biasanya bersifat
anionik (menuntut suasana netral).
15.
Pengecatan dasar. Proses pengecatan dasar
biasanya dilakukan untuk kulit-kulit yang akan disamak dengan banyak penyamak
krom, sedang kulit yang akan disamak dengan banyak penyamak nabati maupun
sintetis, proses ini jarang dilakukan karena bahan penyamak nabati sudah
menampilkan warna coklat sesuai warna zat penyamaknya. Tujuan proses pengecatan
dasar adalah untuk memberi warna dasar pada kulit. Cat dasar atau cat celup (synthetic
dyestuff) yang biasa diberikan terbuat dari derivat batubara yang
menghasilkan aniline, naftalena dan lainnya yang struktur molekulnya
mengandung cincin benzena. Cat celup dikelompokkan menjadi dua golongan,
yakni cat dasar anion (anionic dyes) dan kation (cationic dyes).
16.
Peminyakan Tujuan proses peminyakan
adalah : a) untuk melemaskan kulit agar lebih lunak dan mempunyai kemuluran
yang tinggi dan b) Mempertahankan kulit dari kerusakan oleh pengaruh air,
karena kulit yang telah mengalami proses peminyakan, daya serap dan daya tolak
terhadap molekul air sangat baik. Prinsip kerjanya bahwa minyak atau lemak
dapat mengubah sifat-sifat penting antara lain : kulit menjadi lebih lunak,
lebih fleksibel, lebih liat, lebih mulur dan permukaan rajahnya menjadi lebih
halus. Jenis minyak yang biasa digunakan antara lain : a) minyak mineral (paraffin
wax dengan titik leleh 35-56oC ; montan wax dengan titik leleh
76-86oC ; ceresine wax dengan titik leleh 60-85oC), b) minyak hewan
(lemak sapi dengan titik leleh 35- 38oC, c) minyak nabati (minyak kelapa dan
minyak jarak) dan d) minyak ikan (minyak natural) (cod oil dan sperm
oil).
17.
Fiksasi Proses fiksasi dilakukan
bertujuan untuk mengikat cat dasar pada serat kulit sehingga tidak terjadi
kelunturan dan menghindari kerusakan kulit akibat pengaruh mikroorganisme.
18.
Pengurangan kadar air (striking out)
dan perataan rajah (setting out) Proses ini bertujuan untuk : a)
mengurangi kadar air kulit, b) menghilangkan lipatan-lipatan yang terjadi
selama peminyakan dan penumpukan serta c)memaksimalkan luas permukaan kulit.
19.
Pengeringan (drying) Proses ini
bertujuan untuk mengurangi kadar air kulit hingga mencapai 18- 20%, baik yang
mengisi kulit maupun yang terikat secara kimiawi sampai batas tertentu. Metode
pengeringan yang biasa dilakukan adalah dengan sistem penggantungan,
pementangan dan pasta.
20.
Pembasahan kembali (conditioning) Proses
pembasahan kembali bertujuan untuk menaikkan jumlah air bebas, air tidak
terikat di dalam kulit supaya kulit siap menerima perlakuan fisik pada saat proses
pelemasan nantinya.
21.
Pelemasan (stakking) Proses ini
bertujuan untuk melemaskan kulit dan mengembalikan luas kulit yang mengkerut
selama proses pengeringan. Proses pelemasan ini menggunakan drum milling yang
berisi bola-bola karet dengan diameter 5-10 cm atau dengan cara manual dengan
tangan menggunakan alat bantu berupa lempengan logam yang berbentuk lingkaran
yang dipasang pada kayu tegak. Proses pelemasan ini dilakukan selama 3-5 jam.
Untuk kulit garmen pelemasan dilakukan sebanyak 2 kali.
22.
Pementangan Proses pementangan dilakukan
untuk kulit yang dikeringkan dengan sistem gantung, sedangkan kulit yang
dikeringkan dengan sistem pentang tidak perlu. Tujuan proses ini adalah untuk
menambah luas kulit dan meratakan kulit yang bentuknya kurang baik atau kurang
simetris.
23.
Pengamplasan (buffing) Proses ini
hanya dilakukan hanya pada bagian daging (flesh) saja sedang bagian atas
atau bagian bulu (nerf) tidak dilakukan proses pengamplasan. Proses pengamplasan
dilakukan dengan tujuan : a) menghaluskan kulit bagian daging yang masih kasar
dan b) untuk meratakan dan mengurangi ketebalan kulit.
24.
Pengecatan tutup (spraying) Proses
pengecatan tutup bertujuan untuk : a) memperindah penampilan kulit dengan
memperkuat warna, mengkilapkan, menghaluskan penampakan rajah ; b) menutup
cacat atau warna dasar yang tidak rata serta ; c) melindungi rajah kulit dari kerusakan
karena gesekan, panas, hujan dan sinar matahari.
25.
Pengkilapan (glazing) Proses ini
dilakukan setelah proses pengecatan tutup. Glazing berasal dari bahasa
Inggeris yang berarti “mengkilapkan”. Tujuan proses ini adalah mengkilapkan
lapisan cat tutup dan sekaligus memadatkan permukaan kulit agar lebih
bercahaya, menarik dan lebih indah. Peralatan biasanya menggunakan mesin atau
secara manual menggunakan tempurung atau kulit binatang laut yang halus dan
keras serta dapat pula menggunakan kaca.
BAB III
PEMBAHASAN
Adapun
proses penyamakan kulit buaya adalah sebagai berikut
Sortasi dan penimbangan. Merupakan
tahap persiapan kulit sebelum dilakukan proses penyamakan. Tahap ini merupakan
tahap dimana kulit diseleksi untuk menetukan mana kulit yang layak untuk di proses. Setelah
dilakukan seleksi maka kulit di timbang.
Proses perendaman (Soaking). Perendaman
bertujuan untuk melemaskan kulit terutama kulir kering, sehingga mendekati
kulit hewan yang baru lepas dari badannya. Perendaman juga bertujuan untuk
membuang darah, feces, tanah dan bahan atau zat zat asing yang tidak hilang
pada waktu pengawetan. Bahan yang digunakan adalah air, teepol, soda abu.
Proses pengapuran (Liming). Tujuan
dari pengapuran adalah untuk membengkakkan kulit, mempermudah pembuangan bulu,
epidermis dan lain-lain selama 24 jam. Bahan yang digunakan adalah air, natrium
sulfida, kapur.
Proses buang daging (Fleshing). Kulit
yang masih terdapat daging dihilangkan dengan pisau seset atau dengan mesin
buang daging.
Proses pengapuran ulang (Relimming). Bertujuan
untuk menghilangkan bulu dan zat-zat yang masih tertinggal pada kulit pada
proses pengapuran. Bahan yang digunakan adalah air, dan kapur.
Proses buang kapur (Delimming). Proses
buang kapur ini bertujuan untuk membuang sisa-sisa kapur, baik yang terikat
maupun tidak terikat dalam kulit. Bahan yang digunakan antara lain air, ZA,
H2SO4 yang telah diencerkan 10X dengan air.div>
Proses pengikisan protein (Bating) Proses
ini bertujuan untuk memecahkan zat kulit dengan khemikalia yang mengandung protein.
Bahan bating yang digunakan adalah oropon.
Proses pembuangan lemak (Degreasing). Bertujuan
untuk membuang sisa-sisa lemak baik setelah pickle maupun sebelum proses penyamakan.bahan-bahan
kimia yang digunakan antara lain iragol Daatau sandopan DTC.
Proses pengasaman (Pickling). Bertujuan
untuk mengasamkan kulit pada pH 3 – 3, 5. bahan pickle berasal dari asam-asam organik
lemah seperti format dan laktat, selainitu juga menggunakan air, garam, HCOOH
dan H2SO4.
Proses penyamakan (Tanning). Tanning
bertujuan untuk menghindari kekakuan dan kekerasan kulit, sehingga kulit tetap
lemas ketika dalam keadaan kering dan dapat bertahan lama. Bahan-bahan yang
digunakan dalam proses ini diantaranya adalah mimosa, krom, formalin, Na2CO3.
Proses penggantungan (Aging). Setelah
proses tanning maka kulit akan mengalami proses aging, dimana kulit
digantungkan di atas kuda-kuda kayu dan biarkan agak kering tanpa penjemuran
dengan sinar matahari. Setelah itu kulit ditimbang dan di cuci selama 15 menit.
Proses netralisasi (Neutralization). Bertujuan
untuk menetralkan asam bebas yang berada pada kulit. Bahan-bahan yang dipakai
untuk netralisasi yaitu bahan-bahan yang bersifat alkalis.
Proses penyamakan ulang (Retanning). Penyamakan
ulang dimaksudkan untuk memberikan sifat unggul yang lebih baik yang dimiliki
bahan penyamak lain. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah bahan
penyamak sintesis, nabati atau mineral.
Proses pewarnaan dasar (Dyeing). Proses
ini bertujuan untuk memberikan warna dasar pada kulit tersamak agar dapat
memperindah penampakan kulit jadi. Bahan yang digunakan antara lain air,
leveling agent, cat dasar, asam formiat.
Proses peminyakan (Fat Liquoring). Proses
peminyakan bertujuan untuk mendapatkan kulit samak yang lebih tahan terhadap
gaya tarikan atau gaya mekanik lainnya, disamping itu untuk menjaga serat kulit
agar tidak lengket satu dengan lainnya, sehingga kulit lebih lunak dan lemas.
Bahan yang digunakan adalah air, minyak sulphonasi dan ditambahkan anti jamur.
Proses fixasi (Fixation). Proses
ini bertujuan untuk memecahkan emulsi minyak dan air sehingga airnya mudah menguap
pada saat dikeringkan. Bahan kimia yang digunakan adalah HCOOH yang telah
diencerkan 10X dengan air, dan ditambahkan anti jamur.
Proses pengeringan (Drying). Tujuan
dari proses pengeringan ini adalah mengurangi kadar air bebas di dalam kulit
secara bertahap tanpa merusak kulit, zat penyamak dan minyak yang ada di dalam
kulit, caranya dengan menggantung kulit pada kuda-kuda kayu dan
diangin-anginkan.
Proses penyelesaian. Pada proses ini
kulit di beri binder, pigment, penetrator, filler, wax, thinner atau lack
sesuai dengan tujuan penggunaan kulit samak tersebut. Kulit yang telah di cat
dan dikeringkan lalu disetrika atau diembosh untuk memberi motif pada permukaan
kulit dan memperindah penampakannya.
Penyamakan Krom
Proses
penyamakan kulit bertujuan untuk mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh
aktifitas mikroorganisme,khemis, atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih
tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Metode penyamakan kulit menggunakan
bahan penyamak nabati dan bahan penyamak mineral.
Bahan
penyamak mineral yang yang berasal dari logam kromium disebut krom. Penyamak
mineral paling umum menggunakan krom mutunya ditentukan oleh kadar krom (yang
biasa dinyatakan sebagai krom oksidasi). Metode penyamakan krom sangat berbeda
dengan metode penyamakan nabati. Demikian pula hasilnya. Penyamakan krom
menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemes, dan lebih tahan terhadap panas yang
tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi dan hasilnya akan lebih baik bila
dilakukan pengecatan. Karena sifat-sifat tersebut kulit samak krom lebih cocok
untuk dijadikan kulit atasan. Garam besi menghasilkan kulit yang kurang baik
warnanya dan mudah patah, sedangkan garam aluminium menghasilkan kulit berwarna
putih.
Penyamakan
krom (chrome) merupakan penyamakan yang di mulai dengan pH rendah atau keadaan
asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3. Oleh sebab itu kulit perlu pengasaman agar
mendapatkan kondisi yang di inginkan. Lama proses penyamakan krom biasanya
memerlukan waktu antara 4 sampai 8 jam. Hal ini bukan merupakan patokan atau
standart,tetapi juga tergantung dari tebal tipisnya kulit.
Selesai
proses penyamakan,kemasakan kulit diuji gengan air mendidih selama 2 menit.
Jika terjadi pengkerutan tidak lebih dari 10%,berarti kondisi kulit sudah
masak. Faktor yang penting dalam mempengaruhi sifat fisis kulit tersamak di
antaranya adalah struktur kulit mentahnya. Kekuatan tarik merupakan salah satu
faktor yang perlu di perhatikan dalam melakukan penilaian terhadap kulit
jadinya.
Kekuatan
tarik yang rendah menunjukkan kualitas serat kulit yang rendah. Dalam industri
perkulitan,kulit krom menempati pasaran yang sangat baik terutama untuk kulit
atasan sepatu,sarung tangan,pakaian dan lain-lain.
Kelebihan-kelebihan
kulit samak krom yaitu:
1.
Kulit tersamak yang dihasilkan warnanya
lebih terang
2.
Kekuatan tariknya lebih tinggi
dibandingkan dengan samak lainnya.
3.
Kestabilan yang baik terhadap bahan-bahan
kimia kecuali alkali.
4.
Mempunyai sifat fisik kemuluran dan
kelunturan yang baik.
5.
Pada proses pengecatan dasar,menghasilkan
warna yang cemerlang.
6.
Daya serap yang baik terhadap air dan
udara.
7.
Proses penyamakannya dengan waktu yang
relatif pendek.
8.
Mempunyai sifat kelunakan yang baik.
9.
Tahan terhadap air atau pencucian.
Bahan Penyamak Krom
Bahan penyamak
krom dibuat dengan jalan mereaksikan beberapa bahan tertentu seperti kalium
bikhromat, gula pasir, dan asam sulfat. Bahan penyamak krom ini dapat berbentuk
tepung (powder),padat atau cairan. Yang paling banyak dipasaran adalah bahan
penyamak yang berbentuk tepung. Biasanya yang berbentuk cair biasa disebut
Reduced Chrome.
Warna bahan
penyamak krom adalah hijau tua, yang merupakan warna dari krom kompleks
bervalensi 3+. Garam kompleks dibuat dari natrium bikromat (Na2Cr2O7) atau
kalium bikromat (K2Cr2O7) yang direduksi dengan glucose atau gula pasir dalam
suasana asam.
Pereaksi
yang digunakan reduced chrome adalah sebagai berikut
·
Natrium trio sulfat
·
Perhidrol (H2O2 3%)
·
Larutan NaOH 0,1 M
·
Larutan NaOH 1 M
·
Asam chlorida (HCl 4 M)
·
Esther
·
Kalium Iodida (KI 1M )
·
PP indicator
·
Amylum Indicato
·
Batu didih
Ikatan Bahan Penyamak Krom dengan Kulit
Dalam
penyamakan krom terdapat 4 tahapan reaksi yang terjadi bersamaan. Reaksi ini
terjadi antara ligan-ligan koordinasi pada kromium komplek. Dengan pengaturan
kondisi pH,suhu,dan konsentrasi kemungkinan dominasi dari masing-masing reaksi
dapat dikontrol. Keempat reaksi-reaksi itu adalah:
1.Reaksi antara gugus OH dan krom
2.Reaksi antara kation dari komponen krom dan
sulfat
3.Reaktivitas dari bahan masking,misalnya
formiat
4.Reaktivitas dari protein kulit
Pada pH rendah
konsentrasi OH⁺ dalam larutan juga rendah dan basisitas
kromium juga rendah. Reaksi pertama dengan kenaikan pH akan mengarah ke kanan.
Koordinasi dari ion-ion sulfat cenderung tidak dipengaruhi oleh pH dan ion
sulfat akan masuk ke dalam kompleks pada pH rendah. Pembentukan ikatan
koordinasi asam organik lemah atau bahan masking (masking agent) dengan kromium
komplek,tergantung pada asam dan nilai pH yang tinggi akan menaikkan
kereaktifan Protein kulit ,setelah terjadinya ionisasi tersebut nilai pH
menjadi rendah dan kereaktifan terhadap kromium juga lebih kecil. Reaksi gugus
karboksil pada protein sama dengan asam lemah tetapi cenderung lebih
dipengaruhi oleh perubahan pH.
Kenaikkan pH akan
menaikkan basisitas kromium komplek (lebih banyak OH yang masuk kedalam
komplek). Dengan naiknya nilai pH maka reaktifitas protein juga meningkat dan
tahap awal penyamakan tercapai. Pada akhir penaikan basisitas yang berarti
basisitas tinggi dan ion sulfat sebagian sudah meninggalkan komplek.
Penggabungan kromium komplek secara sempurna dengan protein kulit akan
menghasilkan ikatan silang. Dengan naiknya basisitas,dua senyawa kromium saling
bergabung antara satu dengan lainnya melalui gugus OH.
Mekanisme Penyamakan Krom
Garam khrom yang
dapat digunakan untuk penyamakan adalah garam Cr yang bervalensi 3 dalam bentuk
senyawa khrom sulfat basis. Selain sisa asam yang terdapat gugus OH yang
terikat pada atom Cr. Perbandingan jumlah OH terikat dengan jumlah maksimum Cr
dapat mengikat OH disebut Basisitas. Selain dari basisitas mutu dari bahan
penyamak khrom ditentukan oleh kadar khrom yang biasa dinyatakan sebagai
Cr2O3.
Sifat
dari larutan khrom adalah sebagai berikut
·
Dalam larutan pekat molekulnya kecil, sehingga
penetrasinya mudah
· Dalam larutan encer molekulnya besar, sehingga
penetrasinya sukar
· Pada basisitas rendah daya ikat (fiksasi)
rendah
· Pada basisitas tinggi daya ikat (fiksasi)
tinggi
· Pada basisitas rendah mudah larut
· Pada basisitas tinggi akan mengendap
· Pada basisitas tinggi akan mengendap
Penyamakan dimulai
dengan daya ikat kecil, prestasi besar kemudian setelah khrom masuk ke dalam
kulit, daya ikat dinaikkan dengan cara menaikkan basisitas. Biasanya di mulai
dari basisitas 20-33%, kemudian dinaikkan pada basisitas 50-55%. Garam khrom
ini mampu bereaksi dan membentuk ikatan dengan asam amino bebas dalam struktur
protein kolagen yang relative.
Ikatan yang
terbentu antara khrom dengan protein kulit disebut ikatan saling yang terbentuk
selama proses penyamak akan menyebabkan berubahnya sifat kulit mentah menjadi
lebih tahan terhadap pengaruh fisis maupun khemis seperti yang telah disebut
dimuka. Seperti halnya bahan penyamak nabati, bahan penyamak krom juga
mempunyai sifat-sifat tertentu yang berhubungan dengan besar kecil molekul
krom, yang erat kaitannya dengan basisitas antara lain menurut Schorlemmer,
Procter, dan Sistem Amerika.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyamakan Krom
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyamakan krom antara lain:
a.Basisitas
Bahan penyamak krom membuat keberadaan basisitas. Basisitas yang semakin tinggi akan memperbesar krom komplek dalam larutan. Penggabungan dua atau lebih atom krom lebih dulu secara bersama dengan group hidroksil mengakibatkan terjadinya olation. Basisitas berhubungan sekali dengan pH. Reaksi antara krom komplek dengan OH dalam larutan tidak akan segera terbentuk,sehingga perubahan pH tidak menghasilkan basisitas baru dengan segera.
Bahan penyamak krom membuat keberadaan basisitas. Basisitas yang semakin tinggi akan memperbesar krom komplek dalam larutan. Penggabungan dua atau lebih atom krom lebih dulu secara bersama dengan group hidroksil mengakibatkan terjadinya olation. Basisitas berhubungan sekali dengan pH. Reaksi antara krom komplek dengan OH dalam larutan tidak akan segera terbentuk,sehingga perubahan pH tidak menghasilkan basisitas baru dengan segera.
Basisitas dalam
krom kompleks di definisikan sebagai presentase jumlah molekul hidroksil (OH)
yang terikat dalam total valensi krom. Jika atom krom mengikat satu gugus
hidroksil berarti senyawa ini mempunyai basisitas 33%,sedangkan yang mengikat
dua gugus hidroksil (OH) senyawa ini mempunyai basisitas 66%.
Di dalam penyamakan krom dimulai dengan larutan yang mempunyai daya samak rendah yang berarti basisitas rendah dan diakhiri dengan larutan yang mempunyai daya samak tinggi yang berarti basisitas tinggi yaitu maksimum pada basisitas 50%.
Basisitas merupakan hal yang penting karena ini berhubungan dengan larutan krom,sehingga dalam penambahan ke dalam larutan krom,sehingga dalam penambahan bahan-bahan seperti NaHCO
a, Na₂CO₃,dalam penambahan ke dalam larutan krom
harus dengan perlahan-lahan dan dengan pengadukan. Jika konsentrasi alkali
terlalu tinggi akan menyebabkan terjadi garam krom yang terlalu cepat,dan
apabila terjadi hal tersebut sulit untuk dipisahkan kembali sehingga akan
berakibat fatal.
Di dalam penyamakan krom dimulai dengan larutan yang mempunyai daya samak rendah yang berarti basisitas rendah dan diakhiri dengan larutan yang mempunyai daya samak tinggi yang berarti basisitas tinggi yaitu maksimum pada basisitas 50%.
Basisitas merupakan hal yang penting karena ini berhubungan dengan larutan krom,sehingga dalam penambahan ke dalam larutan krom,sehingga dalam penambahan bahan-bahan seperti NaHCO
b. pH
Nilai pH dari larutan penyamakan krom sangat penting dimana pH yang tinggi akan mempercepat reaksi pada protein. Jika pH terlalu cepat atau terlalu tinggi akan mempercepat pengendapan bahan penyamak krom dalam larutan.
Nilai pH dari larutan penyamakan krom sangat penting dimana pH yang tinggi akan mempercepat reaksi pada protein. Jika pH terlalu cepat atau terlalu tinggi akan mempercepat pengendapan bahan penyamak krom dalam larutan.
c. Temperatur
Temperatur yang
tinggi akan mempercepat pergeseran reaksi. Pada temperatur tinggi reaksi
pengikatan bahan penyamak krom dengan protein kulit semakin cepat dan olasi
dari bahan penyamak krom menjadi lebih besar. Perbedaan pengaruh kebengkakan,
penyamakan yang tidak rata, dan rajah tergambar dapat disebabkan karena
temperature yang tinggi pada awal tahap penyamakan. Hampir semua penyamakan
krom dimulai pada temperatur yang rendah.
d.Waktu
Proses penyamakan
krom dan terbentuknya komplek baru, basisitas baru, olasi dan komplek yang
ter-masking bukan merupakan reaksi yang cepat. Kecepatan masing-masimg reaksi
berubah dengan kondisi pH dan temperatur.
e.
Konsentrasi
Pada konsentrasi
tinggi lebih banyak ligan dalam larutan yang akan bergabung dengan snyawa krom.
Basisitas dari krom komplek juga akan menjadi rendah. Konsentrasi dan
keseimbangan larutan dalam proses penyamakan krom harus dijaga agar tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Said, Muhammad Irfan. 2012. Ilmu dan
Teknologi Pengolahan Kulit. Universitas Hasanuddin. Makassar
Numpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856