Ilmu dan Teknologi Daging (Pembuatan Bakso)
Tinjauan Pustaka
KLik gambar untuk memperbesar |
Bakso merupakan produk olahan daging
yang dibuat dengan cara melumatkan daging, kemudian mencampurnya dengan
bumbu-bumbu, pati, dan air. Campuran tersebut kemudian dibentuk bulat-bulat
lalu dimasak dalam air panas (Tamino, 2005). Bakso sebagai produk daging,
mengandung nilai gizi yang tinggi karena kandungan protein hewani yang sangat
diperlukan oleh manusia terutama untuk pertumbuhan (Lestari, 1991).
Bakso
sebenarnya terbuat dari daging sapi dan tepung tapioka yang dibentuk bulatan,
namun pada perkembangannya kemudian sebutan bakso merupakan keseluruhan adonan
butiran-butiran daging beserta kuah, mie, dan bahan lainnya (Astuti, 1983).
Secara
umum bakso tersusun atas tiga komponen utama yaitu daging, bahan pengisi (filler),
dan bumbu-bumbu serta beberapa bahan tambahan yang berfungsi sebagai bahan
pengikat (Soeparno, 2005).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah grinder, pisau, timbangan, panci, dan kompor.
Bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daging 500 g (top side), es
batu 100 g, tepung bakso, bawang goreng, tepung tapioka 125 g, merica 1 sendok
teh, garam 7 g, bawang putih.
Metode
Sebanyak 0,5 kg daging sapi dipisahkan dari jaringan
kulit, lalu digiling halus. Selanjutnya ditambahkan 7 g garam dalam mesin
pencampur. Setelah itu dimasukkan 10 g bawang merah, 125 g tepung tapioka, 3 g
merica, 20 g bawang putih, 1,5 g misonyal dan 1 g penyedap. Kemudian dimasukkan
100 g air es dan dicampur hingga homogen. Selanjutnya dibentuk bulat dan
dimasukkan pada air yang mendidih sampai
mengapung.
Uji Organoleptik. Produk bakso diuji organoleptik sesuai dengan
kriteria yang ada yaitu warna, rasa, tekstur, daya terima kemudian dibandingkan
dengan kontrol produk yang berasal dari pabrik.
Uji
Keempukan. Pengukuran keempukan dilakukan dengan menggunakan alat
Penetrometer merek K.I.C dengan beban seberat 10 g. Sampel diletakkan dibawah
jarum penetrator dimana jarum penunjuk disiapkan pada angka 0. Besarnya angka
keempukan dapat diketahui dengan membaca angka pada alat dikalikan dengan 1/10
mm.
Hasil dan Pembahasan
Daging.
Daging didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk olahan jaringan tersebut yang
sesuai untuk dimakan dan tidak menimbulkan gangguan bagi yang memakannya (Soeparno,
2005). Di Indonesia daging yang banyak dikonsumsi adalah daging sapi, daging
domba, daging babi, dan daging kambing, daging kuda juga dikonsumsi, daging
tersebut sering disebut daging merah (Soeparno, 2005). Bahan pengisi. Bahan
pengisi yang ditambahkan kedalam adonan bakso dimaksudkan untuk meningkatkan
kapasitas air, memperbaiki tekstur dan menurunkan biaya produksi. Hasil penelitian
Triatmojo et al. (1992), menunjukkan bahwa tepung sagu, ganyong, garut dan
gandum dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung tapioca sebagai bahan pengisi
pada pembuatan bakso. Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan bakso
adalah tepung tapioca. Imbangan tepung tapioca dengan daging sebesar 20:80
sampai 30:70 menghasilkan bakso yang berkualitas paling baik (Triatmojo, 1992).
Garam. Garam dapur dapat memperbaiki tekstur
daging, dalam hal ini ion klor dari garam dapur merupakan faktor utama yang
menjadikan garam mampu menahan air. Garam dapur juga mampu melarutkan protein
aktin dan myosin yang merupakan zat penstabil emulsi (Kanoni dan Naruki, 1992).
Garam yang ditambahkan kedalam produk olahan berfungsi untuk member flavor,
pengawet dan melarutkan protein otot. Penggunaan garam sangat bervariasi
berkisar antara 1,5 sampai 5%.
Air. Air merupakan komponen yang tersebar dalam bakso.
Besarnya air yang terkandung dalam bakso tergantung dari banyaknya air yang
ditambahkan dalam adonan dan proporsi daging yang digunakan (Triatmojo, 1992).
Penambahan air ini juga berfungsi untuk meningkatkan keempukan, jus daging dan menggantikan
sebagian air yang hilang selama prossesing panas (Soeparno, 2005).
Penambahan air biasanya dalam bentuk es batu
yang berfungsi untuk menstabilkan suhu selama proses chopping dan membantu proses pembentukan emulsi (Astuti,
1983). Penambahan es batu juga bertujuan agar tidak terjadi denaturasi protein
dan menyebabkan kejutan temperatur yang berakibat kontraksi mendadak dari
serabut otot daging sehingga terjadi kekenyalan khusus (Setiyono,1992).
Bumbu-bumbu. Bumbu-bumbu berfungsi sebagai penyedap
rasa dan antioksidan. Beberapa rempah-rempah seperti bawang putih dan lada
mempunyai efek pengawetan, karena anti
bakteriostatiknya (Naroki dan Kanoni, 1992). Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang dibuat dengan cara
melumatkan daging kemudian mencampurnya dengan bumbu-bumbu, pati dan air.
Campuran tersebut kemudian dibentuk bulat-bulat, lalu dimasak dalam air panas
(Tamino, 1988).
Menurut Astuti (1983) bakso merupakan salah satu
produk olahan daging yang dibuat dengan cara melumatkan daging lalu
mencampurnya dengan bumbu-bumbu, bahan pengisi, telur, air, dan bahan-bahan
tambahan. Campuran tersebut lalu dibentuk bulat-bulat dan direbus dalam air
panas. Sebagai produk daging bakso mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi
karena mengandung protein hewani yang lengkap dan seimbang (Triatmojo, 1992).
Bakso
Bahan-bahan Pembuatan Bakso
No.
|
Bahan
|
Berat (g)
|
1.
|
Daging sapi
|
500
|
2.
|
Es batu
|
252,4
|
3.
|
Tepung tapioka
|
125,5
|
4.
|
Merica
|
3,3
|
5.
|
Garam
|
11,2
|
6.
|
Bawang putih
|
20,3
|
7.
|
Misonyal
|
1,5
|
8.
|
Penyedap
|
1,3
|
9.
|
Bawang merah goreng
|
10,3
|
Uji Organoleptik Bakso
No.
|
Parameter
|
Hasil praktikum
|
Kontrol
|
1.
|
Warna
|
Abu-abu
|
Abu-abu cerah
|
2.
|
Rasa
|
Agak asin
|
Asin
|
3.
|
Tekstur
|
Halus berurat
|
Halus berserat
|
4.
|
Keempukan
|
Empuk
|
Empuk
|
5.
|
Daya terima
|
Suka
|
Suka
|
Hasil
dari uji organoleptik bakso dengan parameter warna adalah abu-abu dan variabel
kontrol adalah abu-abu cerah. Bakso olahan pabrik rasanya enak sama dan
variabel kontrol bakso sangat enak. Sementara tekstur dari bakso hasil uji
halus berurat sementara variabel kontrol yang tersedia teksurnya halus berserat. Hal ini dapat
disebabkan antar lain karena daging yang digunakan masih terdapat jaringan ikat
dan chopping yang dilakukan kurang baik. Daging yang digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan bakso sebaiknya mempunyai spesifikasi daging segar, berwarna
merah cerah, mempunyai bau yang spesifik daging segar (tidak berbau), mempunyai
kekerasan sedang, kandungan lemaknya cukup, tidak terdapat bagian-bagian yang
liat (urat), ataupun bagian yang berwarna hitam atau kehijauan (Astuti, 1983).
Selain itu, tekstur bakso juga dapat dipengaruhi oleh garam yang ditambahkan
dalam adonan bakso. Karena garam dapat memperbaiki tekstur produk semacam bakso
daging sapi (Tamino, 1988). Pada uji keempukan hasilnya adalah empuk dan daya
terima bakso setelah diuji sangat suka sama dengan variabel kontrol yang
tersedia.
Uji Kualitas Fisik Bakso
1. Uji pH
No.
|
Sampel
|
pH
|
||
I
|
II
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Hasil praktikum
|
5,84
|
5,84
|
5,84
|
2. Uji daya ikat air
No.
|
Sampel
|
Kadar air bebas
|
Kadar air total
|
% DIA
|
||||
Luas area basah
|
Mg H2O
|
Kadar air bebas
|
Berat sebelum dioven
|
Berat setelah dioven
|
Kadar air total
|
|||
1.
|
Hasil praktikum
|
7 cm2
|
65,84
|
21,95%
|
1,5
|
0,8
|
70 %
|
46,05
|
3. Uji keempukan
No.
|
Sampel
|
Keempukan
|
|||
I
|
II
|
III
|
Rata-rata
|
||
1.
|
Hasil praktikum
|
170
|
135
|
105
|
136,67
|
2.
|
Kontrol
|
9,2
|
7,3
|
6,2
|
7,567
|
Pada uji kualitas fisik bakso, bakso diuji dengan
parameter keempukan dari 3 sisi bakso adalah 170 mm, 135 mm dan 105 mm dengan rata-rata 136,67 mm. Sementara
variabel kontrol memiliki keempukan 9,2 mm, 7,3 mm dan 6,2 mm dengan rata-rata 7,567
mm. keempukan suatu bakso sangat dipengaruhi oleh struktur daging bakso yang
digunakan dan komponen air dalam bakso. Penambahan air ini juga berfungsi untuk meningkatkan keempukan, jus
daging dan menggantikan pengganti air yang hilang pada saat prosesing (Soeparno,
2005).
Kesimpulan
Hasil uji keempukan bakso sebesar
136,67 mm dan hasill organoleptik bakso menunjukan bahwa bakso memiliki warna abu-abu,
rasanya agak asin, tekstur halus berserat, keempukannya ampuk, dan daya
terimanya sangat disuka. Hasil uji kualitas fisik bakso dalam praktikum
menunjukkan bahwa pengolahan bakso masih dalam kisaran normal bakso.
Daftar Pustaka
Astuti, E. 1983 . Pengolahan
Daging Cured, Sosis, dan Bakso di PT. Tirta Ratna Unit Badranaya Bandung . Laporan Kerja
Praktek Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Lestari, S.1991. Bisnis Bakso Yang Menguntungkan. Media Pertanian
DKI, Jakarta.
Setiyono.1992. Kualitas Fisik dan
Komposisi Kimia Bakso Daging Sapi, ayam, dan Kombinasinya dengan variasi Aras Sodium
Tripoliphospat, Skim milk dan Asam Askorbat. Fakultas Peternakan UGM,
Yogyakarta.
Soeparno, R. A. 2005. Ilmu Daging
Edisi ke-5. Penterjemah Amminudin Parrakasi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Tamino.1988.Studi Pembuatan Bakso Daging Sapi Instan.
Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM,
Yogyakarta.
Triatmojo, S. 1992 Pengaruh Level Tepung Tapioka dan
Daging Terhadap Mutu Bakso Daging Sapi. Laporan Penelitian UPF Fakultas
Peternakan UGM, Yogyakarta.
Comments
Post a Comment